25 Tahun Gempa Flores

Testimoni Korban Gempa Flores Mengundang Air Mata

Air mata itu terurai ketika mendengarkan testimoni saksi mata dan korban Muhammad Sahadu, mantan guru SD di Pulau Babi

Penulis: Eugenius Moa | Editor: Rosalina Woso
POS KUPANG/EGINIUS MO'A
Relawan bencana alam Gerakan 1212 melakukan simulasi pertolongan kepada korban dalam peringatakan 25 tahun gempa bumi dan tsunami melanda Kota Maumere di Pulau Flores, Selasa (12/12/2017). 

Laporan Wartawan Pos Kupang, Eginius Mo'a

POS-KUPANG.COM|MAUMERE--Peringatan 25 tahun bencana alam gempa bumi dan gelombang tsunami tanggal 12 Desember 1992 menimpa Kota Maumere di Pulau Flores, mengundang air mata warga Kota Maumere di Tugu Tsunami, Selasa petang sampai malam.

Air mata itu terurai ketika mendengarkan testimoni saksi mata dan korban Muhammad Sahadu, mantan guru SD di Pulau Babi.

Pulau ini luluh lantah diobrak gelombang tsunami menewaskan 300 warga. Testimoni juga dibawakan Ali Sadikin, warga Kampung Wuring, Desa Wolomarang saat itu dan Kusman Efendi, warga Kampung Buton, Kelurahan Kota Uneng.

Mahasiswa IKIP Muhammadyah Maumere, Rani membacakan puisi `Zikir Anak Laut' dan lakon puisi gempa dengan puisi berjudul `Aku Bertanya PadaMu,' karya Abdul Rasyad Wahab.

Lakon ini menampilkan ratapan sepasang suami-istri kehilangan anak perempuan yang sementara bermain ditimpah gempa.

Peringatan usia seperempat abad gempa bumi dan tsunami juga disimulasikan penanganan korban bencana alam oleh relawan kemanusiaan dalam Gerakan 1212 beranggotakan BPBD, PMI, Tagana, Relawan PB Wolomarang, Forum PRB Kabupaten Sikka, Caritas Keuskupan Maumere dan Palang Merah Remaja SMAS Katolik John Paul II Maumere.

Tokoh masyarakat Sikka, Drs. Daniel Woda Palle, mengungkapkan pergulatanya ketika ditugaskan mantan Gubernur NTT,(alm) dr.Hendrik Fernandez, datang ke Maumere membantu pemerintah daerah.

Menjejakan kaki di Bandara Waioti (sebelum diganti nama menjadi Bandara Frans Seda), kata Dan Palle, fasilitas bandara itu kebanyakan hancur. Ia membayangkan betapa rusaknya kota Maumere saat itu.

Ia keliling kota menyaksikan kondisi masyarakat dan bangunan yang rusak total. Hendak berangkat ke STFK Ledalero sekitar 10 Km arah barat Kota Maumere, kisah Dan, jalan Maumere-Nita dihadang material batu dan kayu. Jalan alternatif melalui Nele seterusnya ke Koting dan Nita.

Ia mengaku senang bisa mengikuti peringatan gempa bumi dan tsunami di lakukan di Tugu Tsunami mengingatkan kepada warga Sikka dan generasi yang akan datang.

"Peringatan ini mengingatkan kembali tentang kecelakaan, kesengsaraan 25 tahun lalu. Semua agama punya kepercayaan yang sama. Musibah ini adalah anugerah, terimalah dengan iklas," ujar mantan Bupati Sikka.

Dan juga mengatakan senang mendengarkan testinomo tiga korban gempa. Karena ia tak bisa mengalaminya langsung.

Namun peringatan berlansung di eks taman Kota Maumere dihadiri Bupati dan Wakil Bupati Sikka, Drs. Yoseph Ansar Rera, dan Drs. Paolus Nong Susar, Kapolres Sikka, AKBP I Made Kusuma Jaya, S.H,S.IK, Danlanal Maumere, Kolonel (Marinir) Sumantri dan puluan udangan dari birokrat kurang direspon masyarakat umum. Praktis hanya peserta peringatan memenuhi arena acara. (*)

Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved