Obsesive Kompulsif: Cemas yang Perlu Terapi
AAK berpenampilan rapi, layaknya pegawai pada umumnya. Ketika dilakukan pemeriksaan, AAK menjawab semua
Melihat kasus di atas, cemas karena krisis perkuliahan, menimbulkan respon berpikir atau terobsesif sebagai sudah menyelesaikan kuliah dan menjadi perawat. Perilaku yang mengikuti obsesif ini adalah bekerja sebagai perawat di rumah sakit (kompulsif). Orang itu akan mengulang-ulang perilaku yang ada dalam pikirannya itu, karena membuat cemasnya berkurang.
Dengan berjalannya waktu, orang itu menjadi nyaman dengan keadaan yang manipulatif ini. Pikiran yang mendominasi menuntut harus dilakukan dalam tindakan-tindakan. Walaupun pikiran ini disadari irasional, namun dirinya tidak dapat melepaskan atau mengontrol pikiran tersebut, karena sudah merasa nyaman dengan keadaan ini, seperti seorang yang menjalani proses "cuci otak".
Seorang obsesif-kompulsif terlihat wajar sama dengan orang sehat jiwa lainnya.
Betapa kita terpapar terhadap masalah kejiwaan, sama seperti kita terpapar terhadap penyakit fisik.
Cobalah mulai memikirkan kesehatan jiwa, tidak hanya melulu kesehatan fisik. Seseorang yang cepat marah, sulit mengendalikan emosi, nafsu tinggi (makan, miras, rokok, dll), fanatik terhadap sesuatu, bermusuhan, dendam, curiga, irihati, sombong/angkuh, dan sejumlah daftar sikap dan perilaku buruk lainnya, bermasalah dengan kesehatan jiwa.
Perlu berubah, "move on" ke level yang lebih tinggi, tingkat kedewasaan yang lebih tinggi. Seperti yang dikatakan Albert Einstain "you cannot master a problem at the level where it was created", anda tidak dapat menguasai suatu permasalahan, jika anda masih berada pada tingkat dimana permasalahan itu terjadi. Berusahalah.*