Ipteks Bagi Masyarakat
Peternak Sapi di Amarasi Mulai Tinggalkan Sistem Paron dan Terapkan Teknologi Biogas
Kesadaran ini muncul setelah peternak memperoleh ilmu pengetahuan teknologi dan seni (Ipteks) dari pihak Politani Negeri Kupang.
Limbah tersebut ditampung pada bak pengencer, lalu dimasukkan ke dalam digester.
Biodigester yang dirancang dapat menampung 40 Kg feses dan 22 liter urine sehingga biogas yang dihasilkan sebesar 6 m3 atau setara dengan 3,72 liter minyak tanah.
Kemudian dilakukan pemasangan pipa distribusi gas dan kompor dari biodigester. Pemasangan pipa dengan tujuan agar gas yang dihasilkan dapat dialirkan ke kompor.
Adapun pipa yang digunakan adalah pipa jenis PVC dan dilengkapi dengan stop kran untuk mengatur penggunaan biogas.
Pipa distribusi gas disambung dengan kompor sehingga gas dapat dikonfersi menjadi energy panas. Dan digunakan untuk memasak.
Selanjutnya, pengenceran limbah (feses dan urine) dilakukan di bak pengenceran. Pengenceran dilakukan dengan cara mencampur air dan limbah. Perbandingan lim dan air adalah 1:1 artinya 1 liter air dicampurkan ke 1 liter limbah.
Gas yang dihasilkan diukur dengan cara menghidupkan kompor dan menghitung waktu penyalaan kompor.
Berdasarkan pengamatan yang dilakukan, gas yang dihasilkan dapat menyala 45 menit secara terus menerus, sehingga penggunaan atau pemanfaatannya dibagi menjadi 3 kali yaitu pada pagi, siang dan malam hari.
"Jadi, energi dari biogas tersebut digunakan untuk keperluan memasak. Sedangkan sisa limbah padat dari biodigester digunakan sebagai bahan baku pupuk bokashi atau sebagai pupuk organi dan digunakan untuk proses budidaya tanaman sayuran," ujar Jemseng.(*)