Ipteks Bagi Masyarakat
Peternak Sapi di Amarasi Mulai Tinggalkan Sistem Paron dan Terapkan Teknologi Biogas
Kesadaran ini muncul setelah peternak memperoleh ilmu pengetahuan teknologi dan seni (Ipteks) dari pihak Politani Negeri Kupang.
Menurutnya, pemanfaatan limbah tersebut dapat dilakukan dengan desain atau pembuatan kandang yang sehat dan pembuatan biodigester sebagai penghasil biogas.
Jemseng mengatakan, kegiatan Ipteks bagi masyarakat (IbM) Kelompok Tani Mutiara dan Kelompok Tani Mawar diawali dengan sosialisasi program kepada anggota kelompok tentang rencana kerja dan tahapan pelaksanaan program.
Dalam diskusi bersama anggota kelompok, lanjutnya, disepakati berbagai hal tentang peranan anggota dalam proses pembuatan kandang sapi, prinsip pemeliharaan ternak sapi yang efisien dengan cara perbaikan kandang pemeliharaan sapi.

Selain itu pemberian pakan yang sesuai dengan kebutuhan ternak, pemanfaatan limbah sebagai bahan baku biogas, dan pemanfaatan limbah sebagai pupuk organik.
Disamping itu dilakukan penyuluhan tentang keuntungan yang diperoleh dari ternak sapi, pemanfaatan energi alternatif (biogas) seluruh program yang akan dilaksanakan.
"Dalam kegiatan sosialisasi dan penyuluhan tersebut anggota kelompok sangat antusias dalam diskusi tersebut. Hal ini terlihat dari proses pembuatan kandang, rancang bangun biodigester, dan pemanfaatan limbah untuk pertanian organik," ujar Jemseng.
Berdasarkan kesepakatan dengan pemerintah desa dan tokoh tani kedua kelompok maka disepakati untuk melakukan penyuluhan tentang perubahan perilaku petani agar muncul kesadaran untuk menerima informasi baru.
Informasi baru dimaksud di antaranya tentang konstruksi kandang yang baik dan pemberian pakan yang sesuai, kelemahan dari sistem pemeliharaan paron serta kelebihan dari pemeliharaan dengan konstruksi kandang.
Anggota kelompok akhirnya menyadari bahwa sistem pemeliharaan paron yang selama ini dilakukan memiliki kelemahan yang sangat besar dan dari sisi ekonomi sangat merugikan.
"Tindaklanjutnya, disepakati untuk dibuat kandang," ujar Jemseng.
Menurut Jemseng pembuatan kandang sapi dibuat menghadap ke timur dengan ukuran luas kandang 4,5 x 2,5 m untuk tiga ekor sapi.

Konstruksi kandang terbuat dari kayu dengan lantai semen (kemiringan 150) dan atap dari bahan lokal (daun gewang).
Kandang dilengkapi dengan drainase dan saluran pembuangan limbah (feses dan urine) yang mudah dibersihkan.
Pembuatan saluran pembuangan limbah dilengkapi dengan bak penampung yang dapat digunakan untuk mengencerkan feses dan urine, sebelum dimasukkan dalam digester.
Pembuatan kandang dan saluran dilakukan bersama anggota kelompok dan berlangsung selama dua bulan, dan lansung digunakan.
Jumlah sapi yang dipelihara sebanyak tiga ekor sehingga menghasilkan 38-41 kg limbah setiap hari.