Inilah Relasi Antara Kemiskinan, Korupsi dan Perasaan Bahagia
Program ini disepakati bersama pada 21 Oktober 2015 sebagai tujuan bersama hingga tahun 2030. SDGs hadir untuk
Idealnya, pemerintah memiliki dan menggunakan basis data terpadu yang valid, lengkap serta akurat. Dengan demikian program kebijakan tidak tumpang tindih serta tepat sasaran dalam menanggulangi kemiskinan di NTT.
Alasan lain yang membuat NTT berstatus "daerah miskin" karena masih maraknya kasus korupsi di daerah ini. Bahkan Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK), Saut Situmorang, menyatakan ada 10 daerah yang rawan adanya tindak pidana korupsi dan menjadi prioritas pengawasan KPK.
Sepuluh daerah tersebut adalah Aceh, Papua, Papua Barat, Riau, Banten, Sumatera Utara, Bengkulu, Jawa Tengah, Sulawesi Tengah, dan juga Provinsi Nusa Tenggara Timur.
Indonesia Corruption Watch (ICW) menyatakan bahwa praktek korupsi yang terjadi di Indonesia termasuk di NTT dilakukan dengan berbagai modus. Mulai dari kegiatan atau proyek fiktif, anggaran ganda, praktik mark up maupun mark down, laporan fiktif, penggelapan, penyalahgunaan wewenang, hingga modus pungutan liar.
Seorang sastrawan, budayawan dan penulis Indonesia, Arswendo Atmowiloto, menyatakan bahwa istilah korupsi, suap, pembobolan, mark up, catut, artinya sama. Tidak jujur. Artinya sama, tidak menuju ke keadilan sosial. Artinya, merampas nyawa kehidupan lain.
Miskin dan Tak Bahagia
Setiap orang pasti ingin mendapatkan kebahagiaan dalam menjalani kehidupannya di dunia. Masing-masing orang punya definisi yang berbeda untuk menjabarkan kata bahagia.
Untuk mengukur kebahagiaan masyarakat maka BPS melakukan Survei Pengukuran Tingkat Kebahagiaan (SPTK) 2017. Survei ini menghasilkan nilai indeks yang disebut dengan Indeks Kebahagiaan Indonesia dengan skala 0 -100. Semakin tinggi nilai indeks maka menunjukkan bahwa tingkat kehidupan penduduk yang semakin bahagia.
Sebaliknya, semakin rendah nilai indeks menunjukkan bahwa tingkat kehidupan penduduk semakin tidak bahagia.
Indeks Kebahagiaan disusun melalui tiga dimensi yaitu dimensi perasaan (affect), dimensi makna hidup (eudaimonia), dan dimensi kepuasan hidup (life statisfaction). Dimensi kepuasan hidup masih terbagi lagi menjadi dua subdimensi yaitu subdimensi kepuasan hidup personal dan subdimensi kepuasan hidup sosial.
Indeks Kebahagiaan provinsi-provinsi di Indonesia pada tahun 2017 berada pada rentang nilai antara 67,52 sampai dengan 75,68. Tiga provinsi dengan nilai indeks kebahagiaan tertinggi secara berturut-turut adalah Provinsi Maluku Utara (75,68), Maluku (73,77), dan Sulawesi Utara (73,69).
Sedangkan posisi NTT adalah "juara" ketiga indeks kebahagiaan terendah dengan nilai indeks 68,98. Kali ini yang mengalahkan NTT adalah Papua dan Sumatera Utara dengan nilai indeks kebahagiaan terendah di Indonesia yaitu nilainya sebesar 67,52 dan 68,41.
Dari penjelasan di atas maka dapat ditarik sebuah kesimpulan sederhana bahwa NTT merupakan daerah miskin karena masih maraknya praktik korupsi sehingga masyarakatnya menjadi tidak bahagia.
Bagaimana bisa bahagia ketika tak mampu memenuhi kebutuhan dasar? Bagaimana bisa bahagia ketika mutu pendidikan terabaikan? Bagaimana bisa bahagia ketika biaya kesehatan masih teramat mahal?
Bagaimana bisa bahagia ketika lapangan pekerjaan tidak tersedia? Bagaimana bisa bahagia ketika pelayanan publik berbelit-belit? Bagaimana bisa bahagia ketika jalanan banyak yang rusak? Bagaimana bisa bahagia ketika oknum-oknum pemerintah melakukan berbagai pungutan liar dalam pelayanan publik?
Bagaimana bisa bahagia ketika dana untuk pembangunan masih banyak dikorupsi? Bagaimana bisa bahagia ketika pembangunan di NTT hanya "jalan di tempat"?
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/ilustrasi-bahagia_20170405_093245.jpg)