Guru SMA Atambua Sering Terpeleset di Sekolah, Ini Penyebabnya
Jika hujan tiba seperti beberapa waktu lalu, tidak akan ada apel atau upacara bendera lantaran lapangan yang berlumpur.
Penulis: Fredrikus Royanto Bau | Editor: Alfons Nedabang
Laporan Wartawan Pos Kupang.com, Edy Bau
POS-KUPANG.COM | ATAMBUA - Musim hujan seolah menjadi mimpi buruk bagi murid dan guru SMA Negeri 2 Atambua.
Jalan masuk ke sekolah yang terletak di Berkase, Desa Tukuneno, Kecamatan Tasifeto Barat, Kabupaten Belu ini belum beraspal.
Sebagian halaman sekolah berlantai semen.
Hal ini menyebabkan lumpur berlebih di area sekolah.
Jika hujan tiba seperti beberapa waktu lalu, tidak akan ada apel atau upacara bendera lantaran lapangan yang berlumpur.
Jalan masuk yang belum diaspal juga membuat guru-guru dan murid sering terpeleset.

Wakil Kepala Sekolah Kurikulum SMA Negeri 2 Atambua, Fransiskus Seran Klau mengatakan, sekolah itu sudah berusia tujuh tahun namun masih banyak kekurangan yang dihadapi sekolah itu.
Adapun kekurangan yang dihadapi sekolah tersebut yang membutuhkan penanganan segera antara lain, jalan masuk yang belum diaspal, tembok penahan longsor, pagar keliling, lapangan sekolah.
"Lokasi sekolah ini kontur tanahnya labil dan rawan longsor. Ada sekitar tiga titik yang longsor dan membutuhkan tembok penahan karena gedung sekolah bisa ambruk. Dan juga butuh jalan masuk yang diaspal kurang lebih 100 meter," kata Fransiskus saat ditemui Rabu (11/10/2017).
Menurutnya, jika musim hujan tiba, kompleks sekolah selalu dilalui banjir dan ruang kelas dipenuhi lumpur sehingga para siswa dan guru memakai sandal dan baru mengenakan sepatu ketika berada di dalam kelas.

"Ini sungguh menyedihkan. Ibu-ibu guru sering jatuh terpeleset kalau hujan," katanya.
Selain itu, lanjut Fransiskus, sekolah yang saat ini memiliki 395 orang siswa dan 40 orang guru ini masih mengalami kekurangan lain berupa ketiadaan kantor dan ruang guru serta kekurangan unit komputer.
"Untuk kantor dan ruang guru, kami terpaksa membuat sekat salah satu ruang kelas," tambahnya.
Pihaknya, lanjut Fransiskus, sudah sering menyampaikan kekurangan dan kendala yang dihadapi, bahkan sudah pernah ada anggota DPRD Belu dan pihak Kecamatan Tasifeto Barat datang meninjau sekolah tersebut namun sampai saat ini belum ada tanggapan.
"Kami pada prinsipnya berterimakasih kepada anggota DPRD Belu dan kecamatan yang sudah datang meninjau sekolah ini, kami berharap apa yang telah dilihat bisa direalisasikan," pungkasnya. (*)