Revolusi Media Pembelajaran di NTT Tertinggal Jauh, Inilah Penyebabnya

Kalau masih mengandalkan kemampuan verbal sang guru untuk menjelaskan, maka pembelajaran mencangkok

Editor: Dion DB Putra
zoom-inlihat foto Revolusi Media Pembelajaran di NTT Tertinggal Jauh, Inilah Penyebabnya
Net
Ilustrasi

Selain itu, materi pembelajaran pun dengan gampang didistribusikan kepada anak didik melalui grup WhatsApp kelas.

Menyaksikan itu, saya benar-benar merasa kita sudah jauh ketinggalan.

Mereka berlari dan terus berlari, sementara kita masih berkubang dengan karut marut masalah lama tentang sarana dan prasarana pendidikan.

Kalau pendidik di NTT sudah merasa hebat kalau bisa menggunakan powerpoint (sebab masih ada yang belum bisa powerpoint), maka para pendidik di Jawa justru sudah meninggalkannya dan beralih pada media dan cara lain yang jauh lebih efektif.

Upaya intervensi agar memulai revolusi media pembelajaran dapat dilakukan dengan pelatihan-pelatihan kepada para guru di semua jenjang pendidikan.

Akan tetapi, untuk jangka panjang, hemat saya, intervensi di tingkat kampus adalah sebuah kebutuhan strategis. Belum banyak kampus (LPTK) di NTT yang mencurahkan perhatian serius pada produksi dan penggunaan media pembelajaran inovatif.

Alhasil output jurusan pendidikan dan keguruan di kampus-kampus kita pun kurang paham dan kurang terampil mengembangkan media pembelajaran.

Ketika sudah menjadi guru, mereka tidak bisa berbuat banyak, bahkan sulit membedakan media pembelajaran, alat dan bahan pembelajaran sebagaimana terlampir pada RPP, apalagi kalau RPP-nya diperoleh secara instan dari internet.

Ibarat sebuah jembatan yang menghubungkan suatu tempat dengan tempat lain, begitulah peran media pembelajaran dalam menghubungan materi pembelajaran dan tujuan pembelajaran.

Tujuan pembelajaran dapat tercapai jika penggunaan media pembelajaran benar-benar diperhatikan. Menurut Sudjana dan Rivai (2015) penggunaan media inovatif dalam pembelajaran membuat pelajaran menjadi lebih menarik, lebih gampang dimengerti dan situasi KBM pun lebih variatif.

Itulah yang menjadi alasan mengapa pengetahuan dan keterampilan tentang media pembelajaran bagi para pendidik maupun calon pendidik di NTT penting untuk diajarkan dan dibiasakan. Pendidikan NTT harus lebih cepat berbenah.

Revolusi besar harus dilakukan jika tidak ingin semakin jauh tertinggal. Kilauan inovasi pembelajaran yang biasa kita jumpai di Jawa harus bisa ditularkan ke dalam dunia pendidikan kita.

Kalau pemerintah, kampus-kampus dan sekolah-sekolah kita tidak segera memulai, lantas kapan NTT bisa mengejar ketertinggalan? *

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved