In Memoriam Gisela Borowka, Dia Selalu Pesan Minuman Ini dari Lembata

Kosmas mengenal dekat dengan Mama Putih, karena istrinya Ina Boro selalu bersama Mama Putih saat masih di Lembata.

Penulis: Frans Krowin | Editor: Putra
In Memoriam Gisela Borowka, Dia Selalu Pesan Minuman Ini dari Lembata
ISTIMEWA
Gisela Borowka

POS KUPANG.COM -- "Gisela Borowka atau biasa disapa Mama Putih memang sudah cukup lama meninggalkan Lembata. Kira-kira 30 tahun yang lampau. Tapi sampai saat ini, kami masih merasakan ikatan emosional yang sangat kuat. Sampai sebelum sakit, Mama Putih selalu minta dikirimi tuak dari Lembata. Makanya kalau ada orang yang ke Alor, kami pasti selalu kirim tuak untuknya."

Kesan yang mendalam ini disampaikan Kosmas Boro Manuk, ketika ditemui Pos Kupang di kediamannya, Rabu (9/8/2017).

Kosmas mengenal dekat dengan Mama Putih, karena istrinya Ina Boro selalu bersama Mama Putih saat masih di Lembata.

Dia menuturkan, Mama Gisela Borowka datang ke Lembata sekitar tahun 1960-an. Mama Gisela datang mengikuti Izabella Diaz Gonzales atau biasa disapa Mama Hitam setelah menyelesaikan pendidikan kebidanan di Jerman.

Setiba di Lembata, kenang Kosmas, Mama Putih bersama Mama Hitam sama-sama memberikan pelayanan kesehatan kepada masyarakat Lembata, terutama yang menderita penyakit lepra.

Pelayanan diberikan sungguh luar biasa. Baik Mama Putih maupun Mama Hitam memberikan pelayanan yang tulus kepada para pasien.

Mereka demikian menyatu dengan pasien, sehingga orang Lembata tak pernah melupakan jasa kedua pendiri Rumah Sakit (RS) Damian-Lewoleba ini.

Pelayanan kesehatan itu, kenang Kosmas, tak hanya dilayani saat pasien datang ke RS Damian.

Mama Putih dan Mama Hitam malah memberikan pelayanan ke desa-desa baik menunggangi kuda atau pun dengan berjalan kaki.

Saat itu, lanjut Kosmas, keduanya rela berlelah-lelah mencari pasien dari desa yang satu ke desa yang lain. Bahkan mereka tak pernah meminta bayaran yang lebih kepada keluarga pasien.

"Yang saya ingat betul, kalau ada pasien dengan luka yang menganga lebar di tubuhnya, Mama Putih tak pernah jijik memberikan pelayanan. Dengan tangan yang telaten dan dengan hati yang tulus, Mama Putih juga Mama Hitam memberikan pelayanan hingga pasien sembuh," ujarnya.

Dan, tatkala meninggalkan Lembata untuk pindah ke Alor, Mama Putih tak pernah melupakan Lembata. Hubungan komunikasi terus dijalin.

Bahkan ketika Mama Hitam meninggal dunia sekitar tahun 2012 lalu di Lewoleba, Mama Putih datang dari Alor dan cukup lama tinggal di Lewoleba.

Bahkan ketika pulang ke Alor, Mama Putih masih terus mengirim pesan agar dikirimi tuak dari Lembata. "Makanya, kami selalu kirim tuak dari Lembata ke Alor. Kami biasa kirim lima liter atau tidak 10 liter," ujarnya.

Tuak dari Lembata ini, kenang Kosmas, tidak diminum sendiri. Mama Putih minum bersama orang-orang dekatnya di tanah kenari. Selain minum bersama, Mama Putih juga menyimpan yang lainnya di kulkas untuk diminum sendiri.

"Mama Putih itu tidak saja minum tuak manis, tapi juga tuak raha (tuak keras). Kalau telan obat, mama putih bukannya dengan air putih tapi dengan tuak. Kami tahu betul kebiasaan Mama Putih," tutur Kosmas.

Ia merasa sangat sedih mendengar kabar duka tentang berpulangnya Mama Putih saat sedang menjalani perawatan medis di RSU Prof. Dr. WZ Johannes-Kupang. Dirinya berkeinginan ke Alor untuk melayat.

Selamat jalan Mama Putih, jasamu saat masih di Lembata tak akan pernah dilupakan. Selamat jalan Mama, doa kami selalu menyertaimu. (kro)

  • Berita Populer
    Ikuti kami di
    KOMENTAR

    BERITA TERKINI

    © 2023 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved