Romo Rubi Resmi Jadi Uskup Agung Semarang, Ribuan Umat Hadiri Penahbisannya

Proses penahbisan uskup baru tersebut berlangsung di Lapangan Bhayangkara, kompleks Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Jumat (19/5/2017).

Penulis: Agustinus Sape | Editor: Agustinus Sape
TRIBUN JATENG/HERMAWAN HANDAKA
Penahbisan Mgr Robertus Rubiyatmoko sebagai Uskup Agung Semarang di Lapangan Bhayangkara, kompleks Akademi Kepolisian (Akpol) Semarang, Jumat (19/5/2017). 

Lalu ketika Sang Dubes mengucapkan dengan jelas bahwa Moko dipilih Paus Fransiskus menjadi Uskup Agung Semarang, dorongan emosi yang sangat kuat menggelegar dari dalam dirinya. Moko tidak bisa berbuat apa-apa. “Ini yang saya nggak mau,”tegasnya saat itu.

Romo Rubi ketika ditahbiskan menjadi Uskup Agung Semarang, Jumat (19/5/2017).
Romo Rubi ketika ditahbiskan menjadi Uskup Agung Semarang, Jumat (19/5/2017). (Sesawi.net)

Moko pun masih bernegosiasi meski akhirnya tetap menerima tugas itu. “Saya tanya, ini sebuah keharusan atau pilihan. Dan Nuncio bilang, ini bukan pilihan, tapi keharusan.”ujar Moko.

Sebagai orang hukum, Moko menyadari kata ‘harus’ berarti tidak bisa ditolak. “Tuhan selalu mengejutkan dan tidak ada kata lain selain mengiyakan,”ujar Nuncio.

Jangan Cukur Kumis

Beberapa waktu sesudah terpilih sebagai Uskup Keuskupan Agung Semarang, Mgr. Robertus Rubiyatmoko bertemu dengan Uskup Agung Jakarta sekaligus Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Ignatius Suharyo menyampaikan celotehan umat dan koleganya mengenai kumisnya.

“Beliau minta pertimbangan saya apakah kumis tebal yang dimilikinya sebaiknya dibiarkan atau dicukur,”ujar Suharyo saat homili pada Perayaan Ekaristi Penahbisan Uskup Keuskupan Agung Semarang, di Lapangan Bhayangkara Akpol, Semarang, Jumat (19/5/2017).

Uskup Agung Jakarta yang tadinya juga Uskup Agung Semarang ini lalu menjawab “Jangan, Bapa Uskup. Biarkan saja kumisnya,”ujarnya.

Menurut Suharyo, sikap uskup terpilih ini merupakan tanda kesediaan untuk meninggalkan segala sesuatu untuk melayani umatnya. “Persis Santo Paulus yang mengatakan, kalau makan daging korban menjadi batu sandungan, seumur-umur saya tidak akan makan daging lagi,”tutur Suharyo.

Suharya lalu menjelaskan bahwa ketika menasihati para rasul, Yesus mengatakan bahwa saking cintanya Tuhan rambut kepala mereka pun dihitung. “Kalau rambut kepala dihitung, pasti rambut kumis juga. Jadi, tak usah dibuang. Kalau perlu disemir,”tegas Suharyo. (tribunjateng.com/sesawi.net)

Sumber: Tribunnews
Halaman 2/2
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved