Breaking News

Guru dan Tantangan Tahun Ajaran Baru

Mamasuki tahun ajaran baru ini sekolah selalu disibukkan dengan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan penyiapan perangkat pembelajaran

Editor: Agustinus Sape
zoom-inlihat foto Guru dan Tantangan Tahun Ajaran Baru
POS KUPANG/MUHLIS AL ALAWI
PROTES--Salah satu orangtua murid melancarkan aksi protes terkait penerimaan siswa baru di SMA Negeri 1 Kupang, Jumat (6/7/2012) siang.

Oleh: Maria Gorety Lanang
Guru SMAN 7 Kupang

SEBENTAR lagi kita akan memasuki tahun ajaran baru 2016/2017. Mamasuki tahun ajaran baru ini sekolah selalu disibukkan dengan Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) dan penyiapan perangkat pembelajaran. Pada tahun ini juga NTT mendapat jatah 19 persen sekolah yang sudah harus menerapkan Kurikulum 2013 dari tingkat SD, SMP, SMA/SMK. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan telah mempersiapkan para guru dengan memberikan pelatihan pada guru sasaran K13 se-NTT. Yang menjadi tantangan adalah apakah guru mampu memberikan yang terbaik dalam pembelajaran K13 di sekolah masing-masing? Inilah PR kita sebagai pendidik. Jangan-jangan yang berubah hanya yang ada dalam benak kita para guru kurikulum saja, tetapi action classnya masih seperti yang dulu atau cesing saja yang berubah, tetapi komponen di dalamnnya masih yang lama.

Sebagaimana yang sering dilontarkan oleh Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan bahwa kompetensi guru Indonesia sebagai tenaga pengajar dan pendidik tengah digenjot dalam rangka meningkatkan kualitas pendidikan secara umum. Kehadiran guru mutlak diperlukan dalam pembelajaran di sekolah. Kalau ada siswa tetapi tidak ada guru, maka tidak akan terjadi pembelajaran di sekolah. Seorang guru harus mampu berinteraksi secara baik dan menyenangkan dengan siswa, karena seorang guru menjadi teladan bagi siswanya.

"Semua guru dapat membawa seorang anak ke ruang kelas, tapi tidak semua guru dapat membuat anak didiknya belajar". Kalimat ini mau menegaskan kepada kita bahwa semua kita bisa masuk ke ruang kelas dan mengajar, tapi apakah anak didik yang kita ajarkan atau proses pembejaran di kelas itu mampu membuat anak belajar? Hal ini masih menjadi sebuah tanda tanya besar. Proses belajar adalah upaya perubahan tingkah laku. Adanya sejumlah pengetahuan, keterampilan dan sikap dalam pembalajaran di kelas adalah indikator bahwa siswa tersebut mengalami perkembangan dalam belajar.

Kerawanan hubungan guru dan siswa sangat ditentukan sejauh mana tingkat kompetensi yang dimiliki oleh seorang guru. Menjadi guru tidak hanya sekedar tampil di kelas, di hadapan sejumlah siswa lalu memberikan pembelajaran seadanya, tetapi seorang guru dituntut untuk menciptakan skenario pembelajaran yang memberikan interaksi dan menjawab masalah-masalah yang nantinya akan dihadapi siswa di masyarakat.

Akhir-akhir ini guru menjadi sorotan publik, yang mana banyak tindakan mengharuskan guru untuk cerdas dan bijak dalam profesinya. Ada hal yang harus diperbaiki oleh pendidik profesional dalam pengabdian mencerdaskan anak bangsa di negeri tercinta ini.

Berikut diuraikan beberapa tantangan bagi guru di tahun ajaran baru nanti. Pertama, Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB). Setiap tahun ajaran baru satuan pendidikan di NTT khusus Kota Kupang selalu saja mengalami masalah. Di jenjang SMA misalnya banyak sekolah yang membeludak dan ada pula sekolah yang sedikit sekali peserta didiknya. Hal ini adalah tantangan bagi semua pemangku kepentingan di bidang pendidikan. Kepala sekolah sebagai pimpinan pada suatu satuan pendidikan diharapkan untuk mengatur sebaik mungkin sesuai dengan kapasitas atau daya tampung yang ada di sekolahnya. Tidak adanya pemetaan yang jelas inilah yang sering kali membuat sekolah menjadi lahan garapan oknum tertentu. Banyaknya katebelece atau nota-nota wasiat yang membuat pihak sekolah merasa diintervensi dan bahkan dirugikan secara aturan akademik yang ditetapkan oleh pihak sekolah. Sistem pemetaan peserta didik baru berdasarkan lokasi tempat tinggal adalah penting, sebab hal ini akan berdampak ketika siswa tersebut menjalankan proses belajar. Datang tepat waktu bagi seorang peserta didik adalah bagian dari proses pembelajaran di sekolah, ini akan menjadi kendala ketika radius rumah atau jarak tempat tinggal dan sekolah itu tidak mudah dijangkau.

Kedua, kesiapan guru menurut Undang-Undang No 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dikatakan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan usia dini, jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menegah. Berkaitan dengan tugas pengabdian seorang pendidik, maka perlu kesiapan secara akademik maupun non akademik. Menjadi seorang guru di era digital, yang seakan-akan mau memberikan sebuah lampu kuning bagi kita para guru, bahwa kita harus profesional dalam proses pembelajaran. Bahwa ketika guru itu tidak membentengi diri, tidak mempunyai kompetensi yang cukup dalam pembelajaran di kelas, maka kita akan tertinggal dari siswa. Ketika hal tersebut terjadi, yang ada hanya tindakan emosional dan hal ini akan berakibat buruk bagi dirinya sendiri.

Dulu kita mengenal sistem pendidikan konvensional, guru dengan tegas menyuruh anak duduk, diam, dengar, dan mencatat semua yang dijelaskan oleh guru secara tepat atau yang kita kenal dengan central teaching. Seorang guru dituntut harus profesional atau berkompeten di bidangnya. Bahwa ada banyak hal yang mestinya diubah oleh guru, perkembangan era digital mengharuskan guru untuk berpikir inovatif dan kreatif dalam segala tindakannya di sekolah. Bagaimana guru menciptakan lingkungan belajar yang menyenangkan bagi peserta didiknya. Bagaimana kreatifnya seorang guru dalam mengimplementasikan kedisiplinan yang mana peserta didiknya datang dengan latar belakang karakter yang berbeda.

Untuk menjadi guru yang sukses dan selalu dirindukan oleh para peserta didik, maka hendaknya seorang guru memiliki beberapa faktor berikut. Pertama, mengetahui perannya. Hal ini dimaksudkan guru perlu bertanya diri mengapa ia harus mengajar, apa yang harus ia ajarkan, bagaimana ia mengajar. Pertanyaan-pertanyaan ini hanya bisa dijawab ketika seorang guru mengetahui tujuan dari pendidikan itu sendiri. Kedua, menyiapkan bahan pembelajaran. Pendidikan berkualitas bisa diperoleh dari berbagai kegiatan dan pengajaran yang saling berhubungan. Pengajaran harus memengaruhi pembelajaran dan pembelajaran harus memengaruhi pengajaran. Dalam hal ini mengejar lebih dari sekedar memberi tahu dan belajar lebih dari sekedar mendengar. Mencapai hasil yang maksimal dalam pembelajaran di kelas, maka guru perlu membuat perencanaan pembelajaran. Ini adalah barometernya. Mem-planning-kan pembelajaran di kelas sangat mutlak dilakukan seorang guru. Bagaimana ia dapat mencapai hasil yang ditargetkan kalau ia sendiri tidak menyusun skenario pembelajaran secara tepat dan sistematis. Guru sering kali lalai dalam hal ini, padahal perencanaan pembelajaran memberikan jaminan tercapainya tujuan pembelajaran dari topik materi yang diajarkan dalam setiap tatap muka. Kinerja guru selalu diukur dari ketercapaian hasil peserta didiknya. Guru masuk ruangan dan mengajar tanpa perencanaan, maka tidak ada ketercapaian yang dicapai saat itu. Selalu ada anggapan bahwa ia sudah mengajar puluhan tahun dan sudah banyak pengalaman. Perencanaan pembelajaran baginya tidak penting. Itu hanya bersifat administratif belaka. Padahal pendidikan menghendaki adanya perubahan pola pikir dari seorang guru, bahwa yang diajarkan adalah peserta didik, manusia utuh yang datang dengan sejumlah pengalaman. Dengan demikian, pembelajaran inovatif dan kreatif sangat dibutuhkan oleh seorang guru. Ketiga, menyiapkan peserta didik. Guru perlu menyiapkan anak didiknya untuk berkonsentrasi pada proses pembelajaran dan tidak disibukkan dengan hal-hal lain. Untuk menghadirkan jiwa anak didik secara utuh di kelas tidaklah mudah bagi seorang guru dan pendidik di era digital sekarang ini. Saat siswa bisa mengetahui banyak hal hanya dengan dunia maya. Guru perlu membuat treatment dengan anak didiknya, literasi membuat anak untuk berkonsentrasi pada apa yang menjadi topik bahasan di kelas saat itu. Berikan gambar-gambar atau kata-kata, atau kalimat inti materi yang membuat anak didik tertarik dan aktif dalam proses pembelajaran.

Keempat, cara pengajaran yang tepat. Guru hendaknya cerdas dan tepat dalam mengambil langkah-langkah atau memulai proses pembelajaran. Artinya, taktik dan metodik sangat menentukan tercapainya tujuan pembelajaran saat itu. Langkah-langkah pengajaran yang tepat akan membuat anak didik lebih betah dan berkonsentrasi dalam belajar. Saat mengajar guru berprinsip bahwa anak didiknya itu datang ke sekolah dengan pengetahuan awal (prior knowledge) pemrosesan, pengaitan, metakognisi, penerjemahan serta sintesis. Hal ini penting bagi seorang guru untuk menentukan strategi pengajaran yang tepat dan cocok diajarkan pada anak didiknya. Seringkali anak didik mengalami kejenuhan belajar di kelas karena guru tidak tepat dalam membuat langkah-langkah pembelajarannya. Teknik pengajaran yang tepat oleh seorang guru adalah cerminan kepribadian dan pengabdian guru tersebut.*

Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved