Diskusi Produksi dan Tata Niaga Ternak di NTT, Heru Kaget Sapi Mati di Kandang

Heru salah satu pengusaha ternak dari Jakarta mengaku kaget saat diberitahukan bahwa sapi asal NTT mati saat berada di dalam kandang miliknya. Padaha

Penulis: Oby Lewanmeru | Editor: Alfred Dama

Laporan Wartawan Pos Kupang,Oby Lewanmeru

POS KUPANG.COM, KUPANG -- Heru salah satu pengusaha ternak dari Jakarta mengaku kaget saat diberitahukan bahwa sapi asal NTT mati saat berada di dalam kandang miliknya. Padahal, sapi itu masih diberi makan sebelum melakukan sholat magrib.

Heru menyampaikan hal ini ketika hadir dalam diskusi tentang kebijakan dan strategi peningkatan produksi ternak dan efisiensi tata niaga ternak sapi di NTT.

Diskusi yang diselenggarakan oleh Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Perhimpunan Peternak Sapi Kerbau Indonesia (PPSKI) NTT ini berlangsung di Hotel Aston, Jalan Timor Raya Kupang, Senin (18/4/2016) malam.

Diskusi ini dihadiri Kepala Dinas Peternakan NTT, Dani Suhadi, Dirjen Peternakan dan Kesehatan Hewan RI, Prof. Muladno, Ketua Umum DPP PPSKI, Ir. Teguh Widyana, Ketua DPD PPSKI NTT,Dr. Marthen Mulik, para pengusaha ternak asal NTT ,Jawa Barat dan Jakarta. Moderator dalam diskusi ini adalah Direktur Bincang-bincang Agribisnis, Eka.

Pada sesi diskusi, Heru yang merupakan salah satu pengusaha ternak yang selalu membeli atau menerim ternak sapi dari pengusaha NTT ini membeberkan sejumlah persoalan menyangkut kondisi ternak sapi dari NTT.

Menurut Heru, salah satu masalah yang mereka hadapi selaku pengusaha yang membeli sapi dari NTT , yakni sapi - sapi asal NTT selalu mati ketika berada di Jakarta.

"Ada sapi dari NTT yang berada dalam kandang tiba-tiba mati. Suatu sore sapi itu masih makan seperti biasa, tapi ketika magrib sapi itu langsung mati," kata Heru.

Dia menjelaskan, sekitar satu bulan dirinya merasa aman, namun lima bulan kemudian ada sapi yang mati lagi.

"Kami sebagai pengusaha pesimis karena resiko kematian sapi asal NTT tinggi. Kita cari sapi sudah sulit lalu mati lagi," katanya.

Feri pengusaha ternak asal Bogor, Jawa Barat mengatakan, selama ini mereka menjual melakukan penggemukan dan penjualan sapi lokal ke wilayah Jabodetabek dan Jawa Barat.
Dia mengatakan, kandangnya berkapasitas 800-1000 ekor.

Namun dalam tiga bulan terakhir hanya terisi 300 ekor. "Saya sebetulnya pesimis sapi dari NTT ini bisa isi kandang kami," kata Feri.

Dia juga menyoroti soal kuota yang diberikan pemerintah karena saat ini pasokan sapi ke Jawa terus berkurang. Sedangkan soal sapi yang mati, dirinya juga sering mengalami.
Kepala Dinas Peternakan NTT, Dani Suhadi mengatakan, sesuai hasil sensus BPS tahun 2010 dan 2013 ada kenaiakn 500. 000 menjadi 700.000 ekor.

Terkait kematian ternak sapi di Jakarta dan Bogor, Dani menegaskan, kondisi yang terjadi itu seharusnya disampaikan kepada pemerintah NTT dalam hal ini Dinas Peternakan.

"Tolong sampaikan kepada kami, karna kami tidak tahu perlakuan apa yang diberikan di sana. Dan tentu kami tidak bisa ikuti sampai di sana pasca pengiriman. Silahkan outopsi saja dan sampaikan hasilny kepada kami," kata Dani.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
  • Ikuti kami di
    AA

    Berita Terkini

    Berita Populer

    © 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
    All Right Reserved