Paskah dan Tuntutan Keberpihakan
Di Eropa dan Amerika Utara yang ditanyakan adalah soal keberadaan Tuhan: Apakah Tuhan benar-benar ada
Kerahiman Tuhan pun dibawa-bawa untuk mendiamkan kasus-kasus seperti ini. Menghadapi kenyataan seperti di atas perlu disadari bahwa Paskah tidak membenarkan pengaburan praktik yang tidak adil dan pendiaman atas penindasan, juga yang dilakukan oleh orang-orang yang tampaknya saleh dan taat beragama. Paskah adalah perayaan keberpihakan Tuhan kepada korban ketidakadilan, dan ini serentak berarti peristiwa pembongkaran pola pikir, tata nilai, perilaku dan sistem sosial, religius, ekonomi dan politik yang menindas.
Pembongkaran ini tidak berakibat pada penyingkiran para pelaku kejahatan, apabila mereka mengakui kesalahannya, menyatakan penyesalannya dan mempunyai tekad untuk mengubah diri. Tuhan yang berpihak kepada korban dan para pejuang keadilan adalah juga Tuhan yang menyodorkan tangan merangkul para pelaku kejahatan yang menunjukkan tekad untuk tidak berkubang dalam praktik pemenjaraan yang dilakukannya terhadap mereka yang tidak berdaya.
Namun, proses perubahan ini amat sering justru terhalangi oleh argumen-argumen religius yang mengatasnamakan tuntutan kemurahan hati. Kemurahan hati hanya mempunyai makna jika berhadapan dengan orang-orang yang sadar akan kesalahannya dan bertekad membarui diri.*