Keunikan Wahyu Kristen yang Membebaskan
Pekan suci dimulai dengan Minggu Palma. Sorak-sorai terhadap Yesus menyimpan sakit hati

Oleh Inosensius Sutam
Rohaniwan Katolik dan Dosen STKIP St. Paulus Ruteng
POS KUPANG.COM - Minggu ini umat Kristen memasuki pekan suci dan trihari suci. Salah satu alasan pekan ini disebut suci, karena pada pekan ini kita merayakan atau mendengar keunikan Wahyu Kristen. Keunikan Wahyu Kristen ialah bahwa Allah selalu tampil pada peristiwa, saat dan tempat yang membuat manusia takut, cemas dan ingin menjauh, dan apa yang menakutkan itu kemudian menjadi jalan baru yang menyelamatkan dan membahagiakan.
Pekan suci dimulai dengan Minggu Palma. Sorak-sorai terhadap Yesus menyimpan sakit hati, iri hati, dan pengkhianatan. Semua orang mau dielu-elukan, disorak-sorai dengan gembira. Tetapi ada harapan di balik itu yang sering tidak dapat dipenuhi, dan di saat itu sorak-sorai itu berubah menjadi kekecewaan, kemarahan, pengkhianatan, dan hujatan.
Yesus menolak menjadi raja orang Yahudi, karena itu semua yang mengelukannya berbelok dan berbalik, memaki dan mengumpatNya. Inilah manusia berwajah ganda, plin-plan. Hal ini diperparah oleh mereka yang memang sudah menaruh sakit hati, dengki dan dendam terhadapNya. Yesus adalah raja yang menguasai hati, jiwa dan roh, dan tentu saja badan. Ia ingin bertakhta dalam hati, jiwa dan roh setiap orang, karena itu semua orang yang bersorak dan menyembahNya dari, dalam, dan dengan hati, jiwa dan roh pasti akan menjumpaiNya sebagai raja sejati, raja semesta alam, raja kehidupan.
Ia bukan raja yang ingin menduduki takhta duniawi. Yesus sebagai Wahyu Allah bukan seorang oportunis, dan Ia tidak lari dari situasi sulit dan konfliktual ini, karena itu Ia tidak menghindarinya, malah memasukinya; Ia justru membuat jalan dalam situasi ini; Ia mengubah sakit hati, dengki, kecewa, makian, umpatan, dan pengkhianatan menjadi sebuah pujian dan sorak-sorai yang melahirkan keheningan, kesetiaan, kesabaran dan pengampunan. Di sini Yesus mau bersolidaritas dengan mereka yang difitnah, dikhianati, dan didendami, sekaligus membebaskan mereka yang suka memfitnah, iri hati, dendam dan berkhianat.
Pada hari Kamis Putih, dengan membasuh kaki para muridNya, Yesus Kristus memasuki dunia perbudakan dan bersatu dengan para budak. Perbudakan adalah sesuatu yang sangat menakutkan, dan tentu saja ingin dihindari. Tetapi Wahyu Kristen dalam diri Yesus Kristus mendatanginya, dan mau mengubahnya sebagai sebuah bentuk pelayanan total tanpa pamrih.
Yesus menawarkan pembebasan pada kaum budak, dengan mengambil pekerjaan mereka, tapi tanpa harus bermental budak. Dalam kenyataannya, yang memperbudak orang lain, justru juga menjadi budak dari nafsunya. Rantai perbudakan menjadi putus, ketika rantai itu dipanasi api cinta, sehingga ia menjadi rantai perhiasan yang indah. Dalam hal ini, Yesus, Wahyu Allah, ingin bersolidaritas dengan para budak, dengan orang kecil dan lemah, kaum terpinggir yang dieksploitasi dan tak tersentuh kesejahteraan sekaligus membebaskan mereka dan para penindasnya.
Pada hari Jumat Agung, Yesus Kristus menghadapi pengadilan yang tidak adil dan kekerasan berupa penyiksaan. Ia tidak menghindari ketidakadilan dan kekerasan itu, tetapi tentu juga tidak menerimanya begitu saja, sebaliknya Ia menunjukkan keadilan kelembutan ilahi. Ia menggunakan akal sehat dan kecerdasan manusiawi dan ilahi ketika ia menjawab Pilatus dan menantang seorang hamba imam agung yang menamparNya.
Rantai ketidakadilan dan kekerasan menjadi putus, ketika api cinta mengubah besi rantai itu menjadi pedang keadilan dan pisau tajam yang membedah hati yang keras-membatu. Di sini Yesus ingin bersolidaritas dengan korban kekerasan dan ketidakadilan sekaligus membebaskan pelaku kekerasan dan ketidakadilan itu.
Pada hari Jumat Agung, Yesus Kristus juga menerima cambuk, mahkota duri, paku, tombak, cuka dan salib. Salib adalah hukuman yang hanya berlaku bagi warga non-romawi, warga bangsa terjajah, budak dan bagi penjahat kelas kakap. Ini sebuah hukuman diskriminatif. Semua orang ingin menghindari hal ini.
Yesus menerima salib, hukuman hina, keji dan biadab. Ia menerimanya bukan dengan sikap pasif dan fatalis, karena tidak bisa melawan, karena jika Ia mau, Ia bisa menurunkan bala tentara surgawi untuk membebaskanNya, tetapi karena Ia mau masuk ke dalam akar kekejian, kebiadaban dan penghinaan, dan mau mematikannya pada akarnya itu. Ia ingin memasuki jalan dan logika kejahatan itu dan mengubahnya dari dalam. Ia memasuki lumpur dosa, bukan karena tidak bisa menolaknya, tetapi karena hanya dengan masuk di dalamnya, Ia dapat mengeluarkan manusia yang ada di dalamnya. Karena itulah jalan salib disebut jalan keselamatan.
Di sini Yesus Kristus mau bersolidaritas dengan mereka yang mengalami diskriminasi, mereka yang menanggung hukuman berat, padahal mereka itu terpaksa melakukan kejahatan karena ketidakadilan sosial.
Akhirnya pada hari Jumat juga Yesus menerima kematian dan masuk dalam kubur. Kematian adalah akar dari semua ketakutan. Ia menjadi titik batas dan akhir. Semua orang sama dalam kematian. Rahim dari kematian adalah kubur, di mana hidup menjadi kabur. Kubur adalah dunia kematian, dunia maut yang penuh kegelapan. Semua orang normal gemetar, cemas dan takut menghadapinya.
Yesus mau memasuki dunia kematian dan menginap di kubur sebagai rumah orang mati. Bukan karena Ia kalah pada kematian, tetapi karena Ia mau masuk pada sumber ketakutan manusia, dan mengubah sumber gelap itu menjadi sumber terang dan kehidupan. Di sini Yesus bersolidaritas dengan semua yang sudah meninggal, dan mengangkat mereka ke dunia kehidupan. Dengan itu, kematian menjadi akhir dari satu fase kehidupan, dan bahwa kubur menjadi rahim kehidupan baru. Dengan mengeluarkan peluh, darah, dan air, serta dengan memasuki kubur Yesus juga mau bersatu dan bersolidaritas dengan alam yang rusak oleh dosa; Ia merangkulnya dan menebusnya, sehingga menjadi ciptaan baru.
Itulah keunikan wahyu Kristen dalam diri Yesus Kristus. Ia mau memasuki dan mengalami realitas dosa dalam seluruh dimensi, unsur, akar dan rohnya sekaligus pada saat yang sama Ia mengubahnya menjadi sebuah titik belok dan titik balik menuju keselamatan dan kebahagiaan. Itulah salah satu inti pesan Paskah. Selamat pesta Paskah.*