Nyepi dan Gerhana Matahari
Nyepi dirayakan dalam bentuk antara lain tidak menyalakan lampu (amati geni) selama 24 jam
Oleh I Gusti Bagus Arjana
Ketua Paruman Walaka, Parisadha Hindu Dharma Indonesia Provinsi NTT
POS KUPANG.COM - Agak menarik liburan Nyepi tahun Saka 1938 pada 9 Maret 2016 diwarnai terjadinya Gerhana Matahari Total (GMT). Apakah ada korelasi antara Hari Raya Nyepi dan Gerhana Matahari, atau sifatnya kebetulan, atau terjadi secara reguler dalam skala waktu tertentu?
Nyepi dirayakan dalam bentuk antara lain tidak menyalakan lampu (amati geni) selama 24 jam, siang dan malam dan gerhana menimbulkan gelap sejenak di siang hari, meskipun hanya beberapa menit.
Gerhana kali ini tidak lagi disambut dengan mitos, namun dipahami sebagai fenomena alam biasa yang kejadiannya langka, karena tidak seluruh permukaan Bumi dapat menyaksikannya. Kini gerhana Matahari dijadikan event wisata di mana beberapa daerah menyambutnya dengan festival budaya. Pemerintah dalam hal ini Kementerian Pariwisata menjadikannya sebagai momentum untuk menyedot arus wisatawan manca negara berkunjung ke Indonesia.
Di Indonesia dapat disaksikan GMT pada tanggal 9 Maret, yang juga bertepatan dengan hari libur nasional, peringatan Hari Raya Nyepi yang dirayakan oleh umat Hindu.
Nyepi dan Gerhana
Seperti diketahui, Hari Raya Nyepi dirayakan oleh umat Hindu, sekali dalam setahun, biasanaya jatuh setiap bulan Maret, namun tanggalnya yang berbeda. Dalam terminologi sastra Hindu khususnya di Bali, hari Nyepi jatuh pada Tilem Kesanga (bulan kesembilan dalam kalender Bali atau setiap bulan Maret dalam kalender Masehi).
Tilem sebagai bulan mati karena saat ini bulan nyaris tidak menampakkan sinarnya sehingga keadaan gelap sepanjang malam. Kondisi sebaliknya adalah Purnama, di mana bulan bersinar secara maksimum sehingga malam yang gulita menjadi terang benderang. Situasi bulan Purnama ini sangat disenangi oleh banyak kalangan, orang-orang menikmati dan mendapatkan inspirasi, dijadikan tema lagu yang bernuansa cinta.
Malam bulan Purnama sangat didambakan oleh muda-mudi untuk menjalin kasih sehingga sangat bermakna bagi mereka yang sedang kasmaran. Umat Hindu menjadikan hari Tilem dan Purnama, datangnya setiap 15 hari itu untuk bersembahyang memuja dan berbakti kepada Tuhan yang dilakukan di berbagai Pura.
Gerhana Matahari terjadi pada saat kedudukan Bumi, Bulan dan Matahari terletak pada satu garis lurus. Kedudukan seperti ini di mana Bulan berada di antara Bumi dan Matahari mengakibatkan sinar Matahari ditutupi oleh bulan sebagian atau keseluruhan (total) sehingga sinar Matahari tertutup oleh bulan yang menimbulkan gelap di siang hari selama beberapa menit.
Kondisi ini tidak akan terjadi setiap bulan atau setiap tahun karena tergantung dari posisi Bumi, Bulan dan Matahari. Bumi bersama Bulan masing-masing berputar pada sumbunya, disebut berotasi, dan bersama-sama mengelilingi Matahari sebagai pusat, disebut berevolusi. Tentu kita ingat juga Matahari adalah pusat Solar System, dikelilingi oleh planet-planet melalui orbitnya masing-masing. Gerhana, baik gerhana Bulan maupun gerhana Matahari, tidak akan terjadi dalam kurun waktu yang singkat karena terkait dengan garis edar masing-masing pada orbitnya.
Jadi, hari raya Nyepi tidak akan selalu ditandai dengan gerhana Matahari. Pakar Astronomi memiliki kompetensi untuk mengkalkulasi kapan terjadinya gerhana Bulan atau gerhana Matahari, baik gerhana sebagian maupun gerhana total.
Gerhana Matahari pada 9 Maret ini adalah gerhana Matahari total, siklusnya terjadi ratusan tahun, kali ini terlihat di sebagian Sumatera, Kalimantan bagian selatan dan Sulawesi bagian tengah serta Maluku Utara. Kota-kota di wilayah ini yang dilintasi oleh gerhana mengalami gelap di pagi hari bervariasi selama 3 -5 menit.
Hari-hari yang terkait dengan perayaan keagaman Hindu itu banyak ditentukan oleh posisi/kedudukan serta peredaran Bulan dan Matahari sehingga penyebutan hari keagamaan itu dihubungkan dengan bulan atau sasih dan wuku (skala waktu 35 hari).
Atas dasar itu, hari Nyepi jatuh pada setiap Tilem Sasih Kesanga (bulan mati pada bulan kesembilan). Rangkaian hari raya Nyepi itu diawali dengan Melasti (prosesi sembahyang ke laut). Melasti memiliki makna membersihkan hati, pikiran, membersihkan diri dan perangkat upacara (upakara) sebelum jatuh puncak hari Nyepi itu. Hari raya Nyepi seperti diketahui adalah hari perenungan, refleksi dan introspeksi diri memohon dan mengikuti tuntunan hidup dari Ida Sang Hyang Widhi Wasa (Tuhan Pencipta alam semesta).
Hari Nyepi ditandai dengan 4 larangan atau pantangan (Catur Brata Penyepian) yakni: 1) tidak bepergian (amati lelungaan), 2) tidak menyalakan api (amati geni), 3) tidak melakukan aktivitas atau pekerjaan (amati karya) dan 4) tidak berpesta dan berhura-hura (amati lelanguan). Kegiatan hari itu dikenal dengan sepi total atau sipeng, selama 24 jam.