Empat Sumber Air di Ruteng Kering
Empat sumber mata air berhenti mengalir dan lima sumber mata air debit turun sampai 50 persen selama musim kemarau 2014 ini.
POS KUPANG.COM, RUTENG -- Empat sumber mata air berhenti mengalir dan lima sumber mata air debit turun sampai 50 persen selama musim kemarau 2014 ini. Kekurangan pasokan air bersih kepada konsumen pada beberapa wilayah di Kota Ruteng, menjadi langganan di setiap musim kemarau.
Semua mata air itu dikelola Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM) Tirta Komodo Ruteng. Empat sumber air yang telah mati sejak 2012, yakni Wae Dalo dan Wae Ngerengong di Kelurahan Wae Rii, Wae Sosor di Kelurahan Pau, dan Wae Reget di Kelurahan Leda.
Lima sumber mata air yang turun drastis debit air, yakni Wae Rii yang semula 2,5 liter/detik menjadi 1 liter/detik, Wae Ces dari 19 liter/detik menjadi 10 liter/detik, Wae Lerong 4,5 liter/detik menjadi 2,5 liter/detik, Wae Pong 75 liter/detik menjadi 60 liter/detik dan Wae Rowang dari 20 liter/detik menjadi 15 liter/detik.
"Distribusi kepada konsumen digilir supaya bisa kebagian air. Konsumen sering klaim kepada PDAM, kenapa air tak mengalir ke rumahnya," kata Direktur PDAM Tirta Komodo Ruteng, Klemens Man, S.H, Selasa (7/10/2014) di Ruteng.
Menurut Klemens, perlu dilakukan rehabilitasi sumber dan perbaikan lingkungan sekitar sumber mata air. Perluasan lahan untuk kebutuhan tempat tinggal dan kebun sedapat mungkin dikurangi.
"Dampaknya sangat terasa saat ini. Bahkan, jangka panjang Kota Ruteng akan mengalami krisis air bersih seperti kejadian di tempat lain. Empat mata air sudah kering total. Kami rencanakan membongkar jaringan pada empat lokasi itu," ujar Klemens.
Klemens menambahkan, gangguan distribusi air bersih kepada konsumen juga karena dilakukan rehabilitasi jaringan di Jalan Adi Sucipto yang mengganggu distribusi air bersih untuk konsumen di Cunca Lawar dan Wae Buka. Perbaikan jaringan pipa pada Jalan Ahmad Yani membawa dampak bagi pelayanan air bersih di Jalan Satar Tacik dan Kampung Kumba. Perbaikan jaringan di wilayah Kumba mengganggu distribusi untuk konsumen di Pongara dan Golo Cumbi.
Jaringan pipa pada tiga lokasi ini tumpang tindih, sehingga harus dipisahkan agar kelak tak mengganggu distribusinya. Jadwal perbaikan itu diakui Klemens tidak strategis, tetapi harus dilakukan daripada dibiarkan berlarut-larut. (ius)