Salman Rushdie: Saya Tak Ingin Bersembunyi Lagi

Rushdie berhenti menggunakan nama palsu pada 11 September 2001, ketika Teheran mengatakan, ancaman eksekusi terhadap dia sudah berakhir.

Editor: Ferry Ndoen
AFP/JOEL SAGET
Penulis buku The Satanic Verses, Salman Rushdie. 

POS KUPANG.COM - - Masihkah Anda ingat dengan nama Salman Rushdie? Di adalah novelis yang menulis buku menghebohkan "Tha Satanic Verses" atau "Ayat-ayat Setan".

Pada 14 Februari 1989, pemimpin spiritual Iran Ayatollah Ruhollah Khomeini menganggap buku Rushdie ini sebagai penistaan agama dan menjatuhkan hukuman mati untuk sang penulis.

"Saya tak ingin lagi bersembunyi," kata Rushdie kepada AFP dalam kunjungannya ke Paris, Perancis.

Rushdie, yang oleh sebagian orang dianggap sebagai penulis terhebat India setelah Rabindranath Tagore, akhirnya harus menghabiskan waktu 13 tahun menggunakan nama palsu dan perlindungan polisi.

Satgas Bersama Masyarakat Kerja Bakti Urus Sarana Air Bersih

Dinsos Kota Kupang Dampingi Siswi SD Korban Kekerasan Seksual

"Saat itu saya berusia 41 tahun, kini saya 71 tahun. Kondisi sudah lebih baik," ujar Rushdie.

"Kita hidup di masa semua hal berubah dengan cepat. Dan ini adalah masalah lama. Kini banyak hal yang bisa ditakuti dan banyak orang lain yang bisa dibunuh," kata dia dengan nada sedih.

Rushdie berhenti menggunakan nama palsu pada 11 September 2001, ketika Teheran mengatakan, ancaman eksekusi terhadap dia sudah berakhir.

Meski demikian, polisi tak berseragam massih disiagakan di luar kantor penerbitnya di Paris saat melayani wawancara dengan AFP.

Sementara, beberapa polisi lain juga disiagakan di taman tak jauh dari bangunan itu.

Sebelumnya, Rushdie telah meyakinkan para pengunjung yang skeptis di sebuah pameran buku di Perancis bahwa dia sudah hidup normal di New York, AS.

Di kota itu, Rushdie sudah tinggal hampir dua dekade.

"Saya bahkan naik kereta bawah tanah," lanjut dia.

" The Satanic Verses" adalah buku kelima Rushdie dan kini dia tengah menyelesaikan bukunya yang ke-18.

Buku baru itu berjudul "The Golden House" yang berkisah tentang seorang pria dari Mumbai, yang seperti dirinya, mencoba memulai kehidupan baru di New York untuk melupakan masa lalunya.

"Masa-masa kelam penuh kekacauan, ancaman bom, pembunuhan salah satu penerjemah buku saya, penembakan, dan penikaman dua lainnya, kini terasa amat jauh," ujar Rushdie.

Halaman
12
Sumber: Kompas.com
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved