Berita Kota Kupang
Sang Arsitek Haik Lontar Bilang NTT Itu Unik
Mengapa NTT menjadi daerah uang dipilih Bayu untuk uji coba alat pencatat debit dan muka air buatannya?
Penulis: Adiana Ahmad | Editor: Rosalina Woso

Laporan Reporter POS KUPANG.COM, Adiana Ahmad
POS-KUPANG.COM|KUPANG--Bayu Dwi Apri Nugroho, PhD,, dosen pada Fakultas Teknologi Pertanian Universitas Gajah Mada menghebohkan Indonesia karena berhasil merancang alat pencatat debit dan muka air pada saluran irigasi dengan memanfaatkan teknologi digital. Alat itu untuk pertama kalinya ada di Indonesia dan diterapkan di NTT.
Mengapa NTT menjadi daerah uang dipilih Bayu untuk uji coba alat pencatat debit dan muka air buatannya?
Ditemui usai Pertemuan dengan Kepala Dinas PU NTT dan Jajarannya bersama utusan dari Bappenas, Kemenkominfo dan Kemendes di Dinas PU NTT, Senin (12/11/2018) malam, Bayu mengungkapkan, NTT unik karena dengan keterbatasan air bisa mengairi daerah irigasi.
Baca: Kasus Selingkuh Menonjol Di Ende Utara
Baca: Hasil Lelang Jabatan Sudah Diserahkan ke KASN
Baca: Hari Ini Hari Terakhir Ujian Kompetensi Dasar Testing CPNS di Mabar, 30 Orang Sudah Lolos
Baca: Hari Ini TMMD ke -103 Ditutup, Ini Hasil Karyanya
Baca: Hujan Guyur Labuan Bajo, Ruas Jalan Berubah Jadi Kolam Kecil
Baca: Istri Anang Hermansyah Ini Sering Menangis. Alasannya Begini!
Selain itu, musim kering yang lebih panjang yakni 9 bulan dan basah hanya tiga bulan menjadi tantangan tersendiri baginya untuk melakukan sesuatu sebagai solusi dati keterbatasan tersebut.
"Awalnya saya pasang alat cuaca dan tanah di Tarus. Alat ini buatan Jepang. Sementara masalah data ini khan sensitif sekali. Saya kemudian mendapat tantangan dari Pak Benyamin untuk buat alat sensor terkait debit. Kalau saya menggunakan alat dari Jepang, otomatis pihak yang buat barang tersebut akan mengetahui datanya. Saya berpikir bagaimana kalau kita buat sendiri. Kemudian saya membuat alat untuk cuaca dan tanah itu sendiri," kata Bayu.
Bayu mengatakan, sebenarnya yang menjadi permasalahn bukan merancang alatnya. Tapi pikir rumusnya sampai keluarkan angka. "Kalau hardwere-nya bikin alat gampang. Anak S1 juga bisa," jelas Bayu.
Dikatakan Bayu, untuk membaca data dari Haik Lobtar tidak sulit karena
sudah ada di aplikasi.
Baca: Ada yang Baru 16 Tahun! Inilah Deretan Selebriti Ini Berani Menikah di Usia Remaja
Baca: 5 Macam Makanan Penambah Berat Badan yang Bisa Bantu Program Penggemukan Tubuhmu
Baca: Haik Lontar Jadi Topik Talk Show Di Metro TV
Baca: Berkas PAW Dewan Sudah di Meja Bupati
Baca: Longsor di Nagekeo - Elpi Parera Minta Segera Ada Tanggap Darurat
Baca: Perkelahian Antar Remaja di Malaka Tengah Meresahkan Masyarakat
Baca: Longsor di Nagekeo- BPBD Evakuasi Warga ke Lokasi Aman
"Kalau debit air bisa cek real time. Tetapi sebenarnya . Ada hal yang lebih besar di balik itu. Pertama., efisiensi karena NTT daerah kepulauan sehingga kita tidak perlu datang ke lokasi, kita tidak perlu telepon. Kalau sebelumnya kita butuh data harus menelepn orang atau turun ke lapangan dengan biaya besar dan berhari-hari, dengan alat ini bisa real time. Setiap saat, kemudian kita bisa mencetak hasilnya yang seharusnya ditulis petani atau pengamat, kita bisa langsung cetak tanpa harus datang ke lokasi. Kedua, mencegah konflik sosial yang sering terjadi. Pemerintah selama ini sulit menyelesaikan konflik di lapangan karena kekurangan air.
Dengan alat ini, pemerintah tinggal tunjuk kenapa air tidak dapat karenabm debit airnya cuma sekian," demikian Bayu.
Bayu mengatakan, dengan pencatatan manual , sifatnya subyel sekali. "Kalau ada waktu, ya ukur. Kalau ada kegiatan lain, tidak ukur lalu angka kira-kira. Ini yang sering terjadi dan stigma NTT selalu kekurangan air. Padahal data itu bukan data riil tapi karangan.
Dari alat ini bisa diketahui NTT tidak kekurangan air. Hanya perlu dimanage secara baik. Kedua, dari sektor pertanian, dengan pengaturan air gunakan alat ini, produksi pertanian di Tarus meningkat dari 5,4 ton menjadi 12 ton per hektar.
Nah bisa dikatakan kalau NTT tidak kekeringan," jelas Bayu. (*)