Berita Gerhana Bulan Total

Jelang Gerhana Bulan Terlama, Simak Tata Cara Sholat Gerhana Bulan Blood Moon Sesuai Sunah

Tata Cara Sholat Gerhana Bulan terlama Blood Moon Sesuai Sunah, Mulai dari Niat Hingga Salam

Editor: Fredrikus Royanto Bau
NET
Ilustrasi Shalat 

POS-KUPANG.COM - Gerhana bulan total yang disebut-sebut bakal menjadi gerhana bulan terlama abad ini akan terjadi pada Sabtu, 28 Juli 2018, dini hari. Umat Islam disunahkan untuk melakukan sholat gerhana (KBBI: salat).

Total durasi gerhana bulan terlama tersebut mencapai 103 menit merupakan yang terlama hingga lebih dari 100 tahun ke depan.

Gerhana bulan terlama ini bisa disaksikan hampir di seluruh wilayah Indonesia.

Baca: 2 Anggota Polres Ini Diringkus karena Diduga Terlibat Narkoba

Baca: Menlu Retno Minta Pelaku Pemerkosaan Pelajar Indonesia Dihukum Berat

Baca: Siksa Tahanan hingga Tewas, Dua Polisi Ini Dihukum Mati

ilustrasi
ilustrasi (Kafeastronomi.com)

Maka, dalam syariat Islam, bagi mereka yang menjumpai adanya gerhana, baik gerhana bulan maupun matahari, dianjurkan untuk bertakbir dan mengerjakan sholat (salat;KBBI) gerhana.

Anjuran itu didasarkan pada perkataan Rasulullah Muhammad SAW, dalam riwayat hadis Bukhari.

فَإِذَا رَأَيْتُمُوهُمَا فَافْزَعُوا إِلَى الصَّلاَةِ
”Jika kalian melihat gerhana tersebut (matahari atau bulan) , maka bersegeralah untuk melaksanakan salat.”

Karena salat gerhana jarang dilakukan, dan ada yang berbeda dari salat biasa, salat wajib lima waktu, maka sebaiknya membaca kembali soal tata cara salat gerhana itu.

Ini tata cara sholat gerhana bulan maupun gerhana matahari, seperti dikutip dari laman rumaysho.com;

Baca: Ini Komitmen Resmi Pimpinan Kabupaten Kupang Periode 2018-2023

Baca: Bupati Terpilih Sebut Tim Kecil Sedang Rampungkan Dokumen RPJMD

Baca: Brigjen Agus Terharu Saat Tiba di Kolipadan, Ini Penyebabnya

Pertama, berniat salat gerhana di dalam hati mengerjakan salat gerhana.

Kedua, Takbiratul ihram yaitu bertakbir sebagaimana salat biasa.

Ketiga, membaca do’a istiftah dan berta’awudz, kemudian membaca surat Al Fatihah dan membaca surat yang panjang (seperti surat Al Baqarah) sambil dijaherkan (dikeraskan suaranya, bukan lirih) sebagaimana terdapat dalam hadits Aisyah:

جَهَرَ النَّبِىُّ – صلى الله عليه وسلم – فِى صَلاَةِ الْخُسُوفِ بِقِرَاءَتِهِ
”Nabi shallallahu ’alaihi wa sallam menjaherkan bacaannya ketika salat gerhana.” (HR. Bukhari no. 1065 dan Muslim no. 901)
Namun karena keterbatasan orang yang mampu membaca suratan panjang, maka bacaan imam pada pilihan suratan yang pendek pun tidak mengapa.

Keempat, kemudian ruku’ sambil memanjangkannya.

Kelima, kemudian bangkit dari ruku’ (i’tidal) sambil mengucapkan ’SAMI’ALLAHU LIMAN HAMIDAH, RABBANA WA LAKAL HAMD’

Keenam, setelah i’tidal ini tidak langsung sujud, namun dilanjutkan dengan membaca surat Al Fatihah dan surat yang panjang. Berdiri yang kedua ini lebih singkat dari yang pertama.

Halaman
12
Sumber: Pos Kupang
Berita Terkait
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved