Belu Terkini
Kendala Jaringan Internet, Siswa-siswi di Belu Perbatasan RI-RDTL, Ujian ANBK di Rumah Warga
Kepala Sekolah SD Inpres Nanenoe, Paulus Seran, menjelaskan kondisi jaringan di sekolah tidak memungkinkan untuk pelaksanaan ujian.
Penulis: Agustinus Tanggur | Editor: Oby Lewanmeru
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Agustinus Tanggur
POS-KUPANG.COM, ATAMBUA - Kendala jaringan internet menjadi tantangan bagi pelaksanaan Asesmen Nasional Berbasis Komputer (ANBK) di wilayah perbatasan.
Sebanyak 15 siswa-siswi kelas V SD Inpres Nanenoe, Desa Nanenoe, Kecamatan Nanaet Duabesi, Kabupaten Belu, terpaksa mengikuti ujian di rumah warga. Senin, 29 September 2025.
Kepala Sekolah SD Inpres Nanenoe, Paulus Seran, menjelaskan kondisi jaringan di sekolah tidak memungkinkan untuk pelaksanaan ujian.
Hal itu memaksa pihak sekolah mencari alternatif lokasi agar siswa tetap bisa mengikuti ANBK sesuai jadwal.
“Kalau dipaksakan di sekolah, anak-anak sulit login karena jaringan tidak stabil. Tahun lalu pun sudah pernah dicoba, tetapi tidak berhasil,” ujarnya, saat dihubungi Pos Kupang.
Baca juga: BPN Belu Pastikan Tanah Wakaf dan Rumah Ibadah Aman Secara Hukum
Menurut Paulus, keterbatasan akses internet di perbatasan sudah lama dirasakan masyarakat. Ia berharap pemerintah dapat memperhatikan persoalan ini dengan menambah menara pemancar jaringan (tower), terutama di wilayah Laktutus dan sekitarnya yang berbatasan langsung dengan Republik Demokratik Timor Leste.
Selain minimnya infrastruktur, dominasi sinyal operator telekomunikasi dari Timor Leste (Roaming) juga menjadi kendala tambahan. Hal ini kerap membuat jaringan Telkomsel tidak stabil dan sulit diakses.
“Harapan kami, pemerintah segera menambah tower agar akses pendidikan dan komunikasi di daerah perbatasan bisa lebih lancar. Anak-anak juga bisa belajar dengan lebih baik tanpa hambatan jaringan,” tambahnya.
Keluhan juga datang dari warga Laktutus, Kecamatan Nanaet Duabesi. Anton, salah seorang warga yang dihubungi terpisah, menilai perjuangan anak-anak di perbatasan sangat berat.
Ia mengaku prihatin melihat siswa harus berpindah tempat hanya untuk bisa ikut ujian.
“Kasihan sekali anak-anak. Mereka sudah belajar, sudah siap ikut ujian, tetapi tetap terhambat karena jaringan. Ini bukan hanya soal ujian, tapi soal masa depan mereka. Kami di perbatasan juga ingin anak-anak bisa sekolah dengan fasilitas yang layak,” katanya.
Ia pun berharap pemerintah pusat maupun daerah lebih serius memperhatikan pendidikan di wilayah perbatasan.
“Kami mohon agar segera ada solusi nyata, misalnya menambah tower baru. Jangan sampai anak-anak di sini selalu ketinggalan hanya karena internet yang lemah,” pungkasnya. (gus)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.