Krisman Riwu Kore Sebut Stunting Jadi Masalah Serius di Sabu Raijua, Tahun 2024 Capai 32,2 Persen

Stunting masih menjadi masalah serius di Kabupaten Sabu Raijua. Tahun 2024 angka stunting di kisaran 32,2 persen, jauh di atas target nasional.

Penulis: Elisabeth Eklesia Mei | Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM/EKLESIA MEI
MUSYAWARAH- Bupati Sabu Raijua, Krisman B Riwu Kore bersama jajaran pemerintahan melakukan Pra Musrenbang Tematik Penanggulangan Stunting tingkat Kecamatan yang digelar di Aula Kantor Camat Sabu Tengah, Rabu (17/9/2025). 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eklesia Mei

POS-KUPANG.COM, SEBA - Bupati Sabu Raijua, Krisman B. Riwu Kore, SE., MM menyebut stunting menjadi masalah serius di Kabupaten Sabu Raijua, yang mana angka stunting tahun 2024 mencapai 32,2 persen.

Hal ini dikatakan Krisman B Riwu Kore saat menghadiri kegiatan Pra Musrenbang Tematik Penanggulangan Stunting tingkat Kecamatan yang digelar di Aula Kantor Camat Sabu Tengah, Rabu (17/9/2025).

"Stunting masih menjadi masalah serius di Kabupaten Sabu Raijua. Tahun 2024 angka stunting kita masih di kisaran 32,2 persen, jauh di atas target nasional yaitu 18 persen," kata Krisman.

Krisman mengatakan, kegiatan pra musrenbang tematik itu menjadi forum strategis untuk membangun kapasitas dan komitmen bersama dalam merencanakan, mengimplementasikan, memantau, dan mengevaluasi intervensi penanggulangan stunting dari tingkat desa hingga kecamatan.

"Angka stunting di Kecamatan Sabu Tengah berada pada kisaran 24 persen. Walau lebih rendah dari rata-rata kabupaten, angka ini tetap tinggi jika dibandingkan dengan target nasional,” imbuhnya.

Menurut Krisman, untuk menurunkan angka stunting di Sabu Raijua, seluruh pihak perlu melakukan langkah nyata melalui dua pendekatan utama yaitu pendekatan spesifik dan sensitif.

Krisman menjelaskan, untuk intervensi spesifik akan langsung menyasar pada ibu hamil dan bayi, misalnya dengan pemberian suplemen, vitamin ibu hamil, serta pemantauan ketat pada 1.000 hari pertama kehidupan anak.

Kemudian, lanjutnya, intervensi sensitif yaitu lebih luas dan bersifat pencegahan sejak dini, bahkan sebelum pernikahan. Yang mana, peran orang tua, tokoh agama, dan masyarakat sangat penting dalam memberikan edukasi kepada pasangan muda untuk merencanakan kehamilan secara baik, sehat, dan terarah.

“Kalau pencegahan tidak dimulai sejak awal, akan sulit mengatasi stunting setelah bayi lahir. Karena itu, semua pihak harus ambil bagian, dari keluarga hingga pemerintah,” tegas Krisman.

Dikatakan Krisman, dampak stunting bersifat jangka panjang. Yang mana, anak yang mengalami stunting rentan terhadap penyakit, memiliki keterbatasan perkembangan otak, dan sulit bersaing di era global.

“Anak-anak kita adalah masa depan daerah ini. Kalau sejak kecil tidak kita siapkan dengan baik, akan sulit bagi mereka menghadapi persaingan,” ujar Krisman.

Krisman menambahkan, untuk percepatan penanggulangan stunting di Kecamatan Sabu Tengah maka perangkat daerah, camat, kepala desa, kepala puskesmas, tokoh masyarakat, dan tokoh agama harus menjadi ujung tombak dengan memberikan edukasi dan pendampingan kepada masyarakat.

“Kita harus serius. Mari rencanakan dengan baik agar setiap program benar-benar bisa dieksekusi. Dengan kerja sama dan komitmen bersama, saya yakin kita bisa menekan angka stunting secara signifikan,” pungkasnya. (mey)

 

 

 

Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved