Indonesia Pacific Cultural Synergy

Kreasi Anyaman Lintas Samudra: Krafting Bambu Jadi Simbol Persahabatan Budaya

Kegiatan ini merupakan hasil dari residensi kreatif selama 4–10 November 2025, di mana para peserta dari Fiji, New Caledonia, Palau, Vanuatu

Editor: Sipri Seko
POS-KUPANG.COM/TARI RAHMANIAR ISMAIL
IPACS - Booth Drafting Bambo di ajang Indonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025. 

Laporan reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail

POS-KUPANG.COM, KUPANG — Dari potongan bambu sederhana, tangan-tangan kreatif dari tujuh negara Pasifik dan wilayah Timur Indonesia melahirkan karya seni penuh makna. Inilah yang tersaji dalam showcase “Crafting Bambu” di ajang Indonesia Pacific Cultural Synergy (IPACS) 2025, yang digelar di Kupang, Nusa Tenggara Timur pada Selasa 11 November 2025.

Kegiatan ini merupakan hasil dari residensi kreatif selama 4–10 November 2025, di mana para peserta dari Fiji, New Caledonia, Palau, Vanuatu, Tonga dan Kiribati, serta dari wilayah Papua dan Maluku.

Isti selaku Kurator Bambu mengatakan para peserta belajar langsung teknik menganyam dan mengolah bambu menjadi berbagai produk seni dan kerajinan.

“Setiap peserta kami tantang untuk membuat satu karya anyaman secara individu, dan juga satu karya kolektif. Salah satunya bentuk ikan yang menjadi simbol kebersamaan lintas budaya,” ujar Isti, Selasa (11/11).

Menariknya, banyak peserta yang baru pertama kali mengenal bambu. Salah satunya, Malesi dari Fiji, yang sebelumnya belum pernah menganyam menggunakan bambu, namun berhasil menghasilkan karya indah hanya dalam beberapa hari pelatihan.

Selama program residensi di Hotel Aston Kupang, para peserta tak hanya diajarkan cara menganyam, tetapi juga filosofi budaya bambu yang begitu lekat dengan kehidupan masyarakat Nusantara.

“Bambu dan budaya tidak bisa dipisahkan. Sejak lahir hingga akhir hayat, bambu selalu hadir dari alat potong tali pusat, bahan rumah, hingga perlengkapan upacara adat,” ujarnya.

Hasil karya para peserta berjumlah lebih dari 30 produk melebihi target awal 18 karya individu. Sebagian besar karya ini masih ditampilkan sebagai showcase dan belum dijual, namun beberapa produk tersedia untuk dibeli langsung dari pengrajinnya. 

Harga yang ditawarkan pun bervariasi, mulai dari Rp25 ribu hingga sekitar Rp200 ribu.

Selain bambu, para peserta juga memanfaatkan bahan alami lain seperti kelapa dan pandan laut, menyesuaikan dengan kekayaan alam di negara masing-masing. 

Kolaborasi lintas negara ini bukan hanya mempertemukan teknik, tapi juga mempererat hubungan budaya dan kreativitas di kawasan Pasifik.

“Kami ingin menghubungkan para pengrajin dari Indonesia Timur dan negara-negara Pasifik. Harapannya, setelah acara ini berakhir, mereka bisa meneruskan keterampilan yang didapat dan mengembangkannya di komunitas masing-masing,” ujarnya. 

Malesi salah satu peserta dari negara Fiji mengatakan sebelumnya produk yang ia buat dari kelapa karena mudah ditemukan di tempatnya.

"Saya bawa produk saya yang saya buat dan belajar lagi dengan membuat kreativitas melalui bambu. Senang dan tentunya akan menjadi ilmu mahal," ungkapnya.

Ia juga berharap kegiatan ini bukan hanya sebagai simbol persahabatan budaya tetapi terus berlanjut untuk memajukan ekonomi antar negara. (iar) 

 

 

Baca berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE.NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved