NTT Terkini 

Pengusaha Ajak Petani Kopi Ngada Tingkatkan Produktivitas

Rudi mendapat informasi dari sesama pengusaha bila permintaan ekspor kopi Bajawa meningkatkan.

Penulis: Irfan Hoi | Editor: Oby Lewanmeru
POS-KUPANG.COM/HO
HIPMI NTT - Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) NTT Rudi Rikoni mengajak petani kopi di Kabupaten Ngada agar meningkatkan produktivitas kopi. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG  - Wakil Ketua Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (HIPMI) NTT Rudi Rikoni mengajak petani kopi di Kabupaten Ngada agar meningkatkan produktivitas kopi

Menurut Rudi, dampak iklim hingga alih fungsi lahan kopi menjadi penyebab. Selain, ada persoalan lainnya seperti hama maupun harga yang tidak sesuai dengan keinginan petani. 

Padahal, kata dia, keberadaan kopi dari Ngada ikut membantu petani lokal, termasuk untuk meningkatkan ekonomi. untuk itu, ia mendorong agar perhatian khusus ke petani. 

"Pengembangan pertanian berkelanjutan, pemberdayaan petani, membantu petani supaya produktivitas tinggi. Pengembangan industri kopi, itu akan menambah produktivitas," katanya, Minggu (26/10/2025). 

Rudi berkata, penurunan produktivitas kopi itu memang berdampak juga ke pengusaha. Salah satunya juga mengenai mutu kopi. Jika itu tidak diperhatikan maka akan berimbas lebih besar. 

Baca juga: Opini: Popularitas, Paradoks dan Ancaman Krisis Kopi Arabika Bajawa


Padahal, kualitas dari kopi Bajawa sangat bagus. Banyak perusahaan kopi dalam maupun luar negeri menggunakan kopi dari Bajawa, selain kopi dari Timor Leste. 

"Kalau kopi Bajawa itu kami pengusaha, itu mutu nomor dua terbaik di dunia. Kopi Jakarta kebanyakan kopi dari Bajawa. Saingannya dari Timor Leste," katanya. 

Selama ini, kata dia, HIPMI sering melakukan pengiriman kopi dari NTT, khususnya dari Bajawa ke luar NTT.

Pengiriman biasanya masuk ke Jakarta dan dilanjutkan ke luar negeri. 

Rudi mendapat informasi dari sesama pengusaha bila permintaan ekspor kopi Bajawa meningkatkan. 

Tapi, produktivitas kopi dari Bajawa sangat kurang. Alhasil, harganya pun lebih melambung tinggi. 

"Ekspor itu tinggi. Tapi produksi menurun. Kami ajak petani untuk fokus. Sekarang ini sebagian ambil dari Timor Leste. Produksi menurun, harganya agak tinggi," katanya. 

Kalau produktivitas kopi lebih maksimal maka pemenuhan ke pasar bisa dilakukan. Dampaknya petani hingga pengusaha bila mendapat keuntungan yang cukup. Rudi menyebut, penjualan kopi dilihat dari grade A hingga C. 

"Tergantung grade. Kalau ada bagus untuk ekspor, mutu pas-pasan dipakai dalam negeri," katanya. (fan) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS 

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved