NTT Terkini

Mahasiswa Bakar Ban di Depan DPRD NTT, Simbol Perlawanan Rakyat

Asap hitam mengepul di halaman gedung wakil rakyat, menandai puncak ekspresi kekecewaan massa terhadap kebijakan kenaikan tunjangan DPRD

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/YUAN LULAN
BAKAR BAN - Aksi demonstrasi Aliansi Mahasiswa Pemuda NTT di depan Gedung DPRD NTT, Selasa (9/9/2025), diwarnai pembakaran ban bekas sebagai simbol perlawanan. 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Yuan Lulan

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Aksi demonstrasi Aliansi Mahasiswa Pemuda NTT di depan Gedung DPRD NTT, Selasa (9/9/2025), diwarnai pembakaran ban bekas sebagai simbol perlawanan.

Asap hitam mengepul di halaman gedung wakil rakyat, menandai puncak ekspresi kekecewaan massa terhadap kebijakan kenaikan tunjangan DPRD.

Ansar, salah satu orator dari Serikat Mahasiswa Indonesia (SMI), menegaskan aksi bakar ban tersebut bukanlah tindakan anarkis, melainkan bagian dari kebebasan berekspresi. 

“Bentuk lain dari ekspresi kami hari ini adalah membakar ban, bukan membakar gedung ataupun merusak fasilitas umum. Itu cara kami menunjukkan perlawanan tanpa mengganggu ketertiban umum atau membahayakan nyawa orang lain,” ujarnya lantang.

Ia juga menyinggung soal hak konstitusional warga negara dalam menyampaikan pendapat di muka umum. Menurutnya, upaya pelarangan terhadap aksi semacam ini justru bisa dianggap sebagai bentuk pemungkaman.

“Apabila kalian melarang kami melakukan aksi ini, sama saja menyangkali undang-undang dasar itu sendiri. Ini bagian dari kebebasan berekspresi yang dijamin negara,” tambah Ansar.

Situasi aksi sempat memanas ketika polisi mencoba memadamkan ban yang dibakar massa menggunakan alat pemadam api ringan.

Baca juga: Diskusi Memanas, DPRD NTT Minta Mahasiswa Serahkan Aspirasi ke Gubernur

Upaya itu dilakukan dengan alasan keamanan, namun mendapat respons kurang baik dari demonstran. Aksi pembakaran ban terjadi hingga dua kali dan setiap kali dipadamkan polisi, massa kembali menyalakan api.

Ketegangan memuncak saat terjadi saling dorong antara mahasiswa dan aparat di depan pintu masuk DPRD NTT.

Meski demikian, situasi berhasil dikendalikan sehingga tidak berujung pada bentrokan lebih luas.

Menurut massa aksi, pembakaran ban menjadi pesan simbolis bahwa kondisi di NTT sedang tidak baik-baik saja.

“Tujuan kita bakar ini supaya media melihat bahwa NTT sedang darurat. Kita ingin tunjukkan bahwa rakyat sedang menghadapi banyak persoalan,” tegas Ansar. (uan)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Sumber: Pos Kupang
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved