NTT Terkini
Seminar 150 Tahun SVD Angkat Isu Lingkungan Hidup dan Misi Kemanusiaan
Memperingati 150 tahun berdirinya Serikat Sabda Allah (SVD), digelar seminar bertajuk Bersaksi tentang terang dari segala penjuru bagi setiap orang
Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro
POS-KUPANG.COM, KUPANG - Dalam rangka memperingati 150 tahun berdirinya Serikat Sabda Allah (SVD), digelar seminar bertajuk Bersaksi tentang terang dari segala penjuru bagi setiap orang, di Ballroom St. Hendrikus Rektorat, Lantai IV Kampus Penfui, Sabtu (30/8/2025).
Seminar ini mengangkat tema besar “SVD dan Penyelamatan Lingkungan Hidup di Tengah Dunia Terluka” sebagai wujud kepedulian gereja terhadap isu lingkungan global.
Acara yang dimulai pukul 08.30 WITA ini dihadiri oleh rohaniwan, akademisi, mahasiswa, serta masyarakat umum. Seminar dipandu moderator P. Peter Tan, SVD, dengan menghadirkan sejumlah narasumber dari berbagai bidang.
Rektor Universitas Katolik Widya Mandira (Unwira) Kupang, Pater Dr. Philipus Tule, S.H., S.S., M.Hum., dalam sambutannya sekaligus membuka seminar, menyampaikan apresiasi kepada panitia.
Pater Philipus Tule menilai, panita telah menyelenggarakan rangkaian kegiatan 150 Tahun SVD. Rangkaian tersebut antara lain bakti sosial, lomba baca Kitab Suci, pentas seni, drama, tari, hingga seminar ilmiah.
“Melalui kegiatan ini, kita berharap pesan moral dan spiritual mengenai kepedulian terhadap lingkungan hidup bisa terus digaungkan, sejalan dengan misi SVD untuk membawa terang dan harapan bagi semua orang. Misi dan panggilan merawat lingkungan yang juga menjadi misi SVD selama 150 tahun sudah semakin luas dan berkembang,” ungkap Pater Philipus Tule.
Uskup Kupang, Mgr. Paulus Budi Kleden, SVD, hadir secara daring dengan materi “Karya SVD Sejagat: Penyelamatan Dunia dan Akhirat”.
Mgr. Paulus Budi Kleden menegaskan bahwa kebebasan manusia harus dihargai, namun tindakan sekecil apa pun menjadi ukuran hidup kekal.
“Seperti yang ditulis oleh Santo Yakobus, iman tanpa perbuatan adalah sia-sia. Gereja berpartisipasi dalam penyelamatan dunia sekaligus mempersiapkan keselamatan akhirat,” tegas Mgr. Paulus Budi Kleden.
Dalam pemaparannya, Mgr.Paulus Budi Kleden juga menekankan sepuluh perintah aksi hijau sebagaimana tertuang dalam Healing A Wounded World Through JPIC Faithful to the Word (2022).
Antara lain mendengarkan jeritan bumi dan kaum miskin, menemukan kembali Injil ciptaan, menyadari penyalahgunaan alam sebagai dosa ekologis, serta memulai aksi ekologis dari rumah masing-masing.
“Saya percaya Tuhan akan membuat segala sesuatu baik dan akan menyembuhkan luka-luka yang ditimbulkan oleh berbagai situasi buruk. Sekarang kita tidak boleh lupa apa yang mesti kita lakukan,” tutup Mgr. Paulus Budi Kleden.
Dari aspek sosial dan keamanan, Kombes Pol. Sri Astuti Ningsih, S.Sos., Plh. Kasatgaswil NTT Densus 88 AT Polri, menyampaikan materi bertajuk “Pengaruh IRET terhadap Lingkungan Hidup Sosial”. IRET merujuk pada intoleransi, radikalisme, ekstremisme, dan terorisme.
“Radikal bukan tentang agama, melainkan pemikiran yang memaksakan kehendak agar orang lain sejalan dengan keyakinannya,” ujar Sri Astuti Ningsih.
Menurut Sri Astuti Ningsih, paham radikal berpotensi menumbuhkan perpecahan sosial, memicu kecurigaan, hingga menimbulkan konflik horizontal antar kelompok masyarakat. Lebih jauh, radikalisme menggerus nilai kebhinekaan dan rasa persatuan.
“Terorisme menciptakan ketakutan sehingga masyarakat kehilangan rasa aman. Bahkan ekstremisme bisa menghancurkan jaringan sosial dengan memisahkan individu dari lingkungannya hanya karena perbedaan ideologi. Kesatuan bangsa harus dijaga bersama, dengan memperkuat peran sosial, budaya, dan komunitas lintas sektor agar masyarakat dapat dibentengi dari pengaruh radikal,” pungkas Sri Astuti Ningsih.
Br. Angelinus Nadut, S.Si., M.Si., mengulas materi “Misi Ekologis dalam Perspektif Kimia: Selamatkan Bumi Mulai dari Rumah”.
Br. Angelinus Nadut menjelaskan keterkaitan erat unsur kimia dan proses biologis yang menopang kehidupan di bumi.
“Seluruh makhluk hidup tersusun atas unsur utama CHONPS - karbon, hidrogen, oksigen, nitrogen, fosfor, dan sulfur - yang menjadi dasar kehidupan. Keberlanjutan hidup bergantung pada keseimbangan ekosistem dan siklus biogeokimia,” terang Br. Angelinus Nadut.
Dalam perspektif kimia, Br. Angelinus Nadut menekankan pentingnya menjaga siklus unsur, peran air sebagai pelarut universal, serta penerapan prinsip green chemistry untuk mengurangi limbah berbahaya. (uge)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.