Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Minggu 9 November 2025, "Hati Bukan Pasar Melainkan Rumah Tuhan Berdiam"
Yesus bersama para murid-Nya berangkat ke Yerusalem untuk Hari Raya Paskah
Minggu Biasa XXXII
Pesta Pemberkatan Gereja Basilik Lateran
HATI BUKAN PASAR MELAINKAN RUMAH TUHAN BERDIAM
(Yeh 47:1-2.8-9.12; Mzm 46:1-3.5-6.8-9; 1Kor 3:9b-11.16-17; Yoh 2:13-22)
"Yesus membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing-domba dan lembu mereka; uang para penukar dihamburkan-Nya ke tanah, dan meja-meja mereka dibalikkan-Nya." (Yoh 2:15).
Yesus bersama para murid-Nya berangkat ke Yerusalem untuk Hari Raya Paskah.
Ketika tiba Yesus menemukan para pedagang berjual beli di dalam Bait Allah.
Yesus secara agresif mencambuk, mengusir, menghamburkan uang dagangan mereka di lantai, meja-meja dijungkirbalikkan.
Inilah cara Yesus menyucikan Bait Allah dari praktek kotor yang menyajiskan rumah Allah melalui transaksi jual-beli (hewan dan penukar uang) yang penuh dengan mafia.
Manipulasi harga baik hewan korban maupun nilai tukar uang yang diperdagangkan.
Mereka sibuk dengan bisnis untuk keuntungan ekonomis belaka, sementara urusan rohani yang menjadi inti keberadaan di Bait Allah mereka abaikan.
Tindakan Yesus tegas - keras bertujuan untuk membersihkan transaksi duniawi yang rekayatip -manipulatif.
Menghindari upaya mengotori hidup dengan dosa dan aktivitas hampa tak bernilai dalam ketaksadaran.
Hati nurani dan akal mereka penuh dengan perhitungan bisnis, keuntungan setiap tahun dalam Hari Raya Paskah.
Ketika hati menjadi pasar - bisnis ekonomi, sudah pasti bahwa kesibukkan material - duniawi jauh lebih dominan ketimbang urusan spiritual.
Yesus mau pulihkan hidup mereka yang rentan menjadi hamba uang ke hamba Yahwe yang sejati.
Namun hidup yang sudah terlampau rusak oleh uang tak mudah lagi untuk dipulihkan, selain kejahatan berikut menyusul.
Dalam kepanikan besar, mereka menyerang Yesus dengan mempertanyakan otoritas-Nya. Jawab Yesus tegas, "Rombaklah Bait Allah ini, dan dalam tiga hari Aku akan mendirikannya kembali." (Yoh 2:19).
Yesus membuka mata iman mereka untuk lebih mendalam memandang siapa Dia sesungguhnya. Bait Allah sesungguhnya adalah Diri Yesus sendiri.
Sebagai pengikut Tuhan, kita pun dipanggil menjadi bait Allah yang hidup.
Dalam bait Allah, ada rahmat yang selalu mengalir bagai air. Yehezkiel oleh bantuan malaikat, ia melihat air mengalir dari Bait Suci; "Ke mana saja air itu mengalir, semua yang ada di sana hidup.
Pada tepi sungai tumbuh beraneka ragam pohon buah-buahan, yang duannya tidak pernah layu dab buahnya tidak habis-habis." (Yeh 47:9.12).
Rahmat Allah seperti air, ke mana dan kapan saja ia turun dan ada, pasti hadir sukacita, kegembiraan dalam hidup. Ada kehidupan dalam raga yang rapuh.
Dengan optimisme rohani yang kuat, Pemazmur bernadah, "Allah itu bagi kita tempat perlindungan dan kekuatan, sebagai penolong dalam kesesakan sangat terbukti.
Sebab itu kita tidak takut, sekali pun bumi berubah, sekali pun gunung-gunung goncang di dalam laut." (Mzm 46:1-3).
Allah benteng dan pertahanan kita. Sebab Allah dalam Diri Yesus, ada dalam diri kita yang fana ini.
Maka Santo Paulus menegaskan bahwa tubuh kita adalah tempat Allah berdiam.
"Kamu adalah ladang Allah dan bangunan-Nya. Jika ada orang yang membinasakan Bait Allah, maka Allah akan membinasakan dia. Sebab Bait Allah adalah kudus dan Bait Allah itu adalah kamu." (1Kor 3:9b.17).
Diri kita adalah Bait Allah, tempat Roh Allah berdiam.
Paulus mengajak kita agar berusaha menjadi rumah Allah yang hidup.
Saling berbagi rahmat kasih untuk hidup bersama yang membawa sukacita dan kegembiraan.
Sebagai ladang-Nya buah-buah kebaikan yang tak pernah habis itu mesti dibagikan.
Hindari hati pasar yang hanya sibuk dengan bisnis dan urusan duniawi. Hari Minggu banyak umat yang ke pasar dan lalai bahkan lupa ke gereja (hati pasar, hati ekonomi). Hatinya tidak lagi jadi rumah Tuhan melainkan arena bisnis.
Tuhan Yesus sebagaimana Ia menyucikan Bait Suci Yerusalem, Ia pun mau memurnikan kembali hati dan akal kita. Ia mereparasi rumah diri kita menjadi rumah doa, rumah kasih bagi semua orang yang berkehendak baik.
Mari, setiap hari Minggu kita ke gereja, kita bawa bait Allah diri kita masing-masing untuk bersekutu dengan Bait Allah besar Yesus Kristus sebagai kepala Gereja.
Setiap Hari Minggu, Tuhan mau membangun kembali diri kita yang rapuh dalam dosa.
Diri yang gampang tercemar noda dosa, Yesus mau bersihkan.
Tuhan mau pulihkan kita bahwa hati kita bukan pasar yang membuat diri kita hanya sibuk dengan urusan duniawi (pasar hari minggu sudah menjadi hal wajar) dan lupa bahwa diri kita adalah rumah Tuhan untuk urusan rohani.
Kita menjawab kerinduan Tuhan yang oleh bara kasih-Nya mau membersihkan dan membangun kembali bait hidup kita rapuh dan tercemar.
Selamat Hari Minggu. Tuhan berkatimu semua. (RP. FF. Arso Kota, Minggu/Pekan Biasa XXXII/C/I, O91125).
| Renungan Harian Katolik Minggu 9 November 2025, "Cinta untuk Rumah-Mu, Menghanguskan Aku" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Minggu 9 November 2025: Bait Allah Sejati yang Hidup |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Sabtu 8 November 2025, "Setia dan Jujur Dalam Hal Kecil" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Sabtu 8 November 2025, "Bijak dalam Hal Duniawi" |
|
|---|
| Renungan Harian Katolik Sabtu 8 November 2025, “Setia Dalam Perkara-perkara Kecil” |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Pater-Fransiskus-Funan-Banusu-SVD.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.