Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Sabtu 1 November 2025, "Mengejar Hidup Kudus"

Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO-DOK
Pastor John Lewar, SVD 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi

Bersama Pastor John Lewar, SVD

Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz

STM Nenuk Atambua Timor – NTT

Sabtu, 1 November 2025

Hari Raya Semua Orang Kudus

Wahyu 7: 2 – 4.9 – 14;1 Yohanes 3: 1 – 3; Matius 5: 1 – 12a

Warna Liturgi Putih

Mengejar Hidup Kudus

Hari ini, 1 November, kita merayakan Hari Raya semua Orang Kudus.

Perayaan ini dipersembahkan kepada Tuhan bagi mereka yang telah hidup dalam persekutuan dengan Tuhan di surga.

Ini berbeda dengan perayaan yang akan kita rayakan pada tanggal 2 November, yang dipersembahkan bagi kaum beriman telah meninggal yang masih menantikan surga.

Hari raya ini mula-mula dirayakan di lingkungan Gereja Timur untuk menghormati semua saksi iman yang mati bagi Kristus dalam usahanya merambatkan iman Kristen.

Di lingkungan Gereja Barat, khususnya di Roma, pesta ini bermula pada tahun 609 ketika Paus Bonifasius IV secara resmi merombak Pantheon, yaitu tempat ibadat kafir untuk dewa-dewi Romawi, menjadi sebuah gereja.

Gereja ini dipersembahkan kepada Santa Maria bersama para Rasul.

Apa yang mengagumkan dari perayaan semua orang kudus ini?

Kesaksian hidup mereka. Selama berziarah di dunia ini, mereka telah berusaha semaksimal mungkin menghayati iman akan Yesus Kristus setiap hari.

Perikop Injil hari ini yaitu Sabda Bahagia tepat sekali menggambarkan kesaksian iman dan ganjaran kesetiaan mereka.

Mereka hidup miskin di hadapan Allah, berdukacita, lemah lembut, lapar dan haus akan kebenaran, murah hati, suci hati, membawa damai, dianiaya karena kebenaran dan segala yang jahat difitnahkan kepada mereka.

Menarik bahwa setiap ayat sabda bahagia ini selalu diakhiri dengan ganjaran antara lain, mereka akan memperoleh surga, penghiburan, memiliki bumi, akan dipuaskan, kemurahan, melihat Allah, akan disebut sebagai anak-anak Allah.

Hari ini, kita diundang supaya bergegas mengejar hidup kudus.

Orang-orang kudus sungguh menyadari panggilan menjadi murid Yesus adalah panggilan menjadi kudus.

Untuk itu, mereka tidak takut berjuang teguh dalam iman. Hidup kudus harus menjadi prioritas kita.

Sabda Bahagia adalah sabda yang mengguncangkan, menantang dan menuntut kita akan suatu perubahan nyata.

Jika tidak, hidup kudus hanya akan merupakan kata-kata.

Darimana kita harus memulai hidup kudus ini? Yesus bersabda, “Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang empunya Kerajaan Sorga” (Mat.5:3).

Yesus menekankan pentingnya suasana hati. Biasanya orang-orang kaya merasa aman dengan kekayaan mereka, dan berpikir bahwa, kalau kekayaan tersebut terancam, maka hidup di dunia akan runtuh.

Yesus sendiri menegaskan hal ini dalam perumpamaan orang kaya yang bodoh; dia sangat angkuh, namun bodoh.

Dia merasa akan mampu menjamin hidupnya; tidak menyadari bahwa dia bisa mati hari itu juga (Luk 12:16-21).

Kekayaan apapun bentuknya tidak menjamin 
kelangsungan hidup kita di dunia.

Bahkan ada kecenderungan ketika kita merasa kaya, kita merasa puas diri sehingga tidak menyisakan ruang bagi sabda Allah dan kasih kepada sesama.

Kita perlu belajar terus menjadi hidup lepas 
bebas, tidak terikat bahkan melekat pada ciptaan.

Paus Fransiskus berkata 
bahwa menjadi miskin dalam hati, itulah kekudusan (GE, 67-70).

Sehubungan dengan ini, kita perlu juga merenungkan sabda Yesus ini, “Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan melihat Allah” (Mat.5:8).

Sabda bahagia ini berbicara tentang mereka yang memiliki hati 
sederhana, murni dan bersih, tanpa noda; tentang hati yang sanggup mengasihi, tanpa membiarkan apa pun dalam hidupnya yang bisa mengancam, melemahkan ataupun membahayakan kasih.

Kitab Suci menegaskan, “Manusia melihat apa yang di depan mata, tetapi Tuhan melihat hati, Allah ingin berbicara kepada hati kita, di dalam hati itu Dia ingin menuliskan hukum-Nya.

Kita perlu memelihara hati supaya tidak tercemar oleh noda dosa yang mengakibatkan kita 
egois; membuat cinta kita tidak seimbang kepada Tuhan dan sesama.

Hati itu 
suci tetapi bisa sekali menjadi sangat ternoda oleh dosa.

Hati yang murni penuh 
dengan cinta kasih dan karya kasih. Ini mau menunjukkan betapa pentingnya 
hati yang mengasihi Tuhan sepenuhnya juga sesama.

Apa yang keluar dari hati 
itulah yang menajiskan orang, sebab dari dalam hati muncul pembunuhan, 
pencurian, kesaksian palsu dan tindakan-tindakan jahat lainnya (Mat 15:18-19). 

Dari niat hati timbullah keinginan serta keputusan terdalam yang menggugah. 

Ketika hati mengasihi Allah dan sesama; bukan hanya kata-kata hampa, itulah 
hati suci yang akan melihat Allah.

Menjaga hati tetap bersih dari segala yang 
menodai kasih, itulah kekudusan.

Akhirnya, mari kita membarui semangat mengusahakan hidup kudus. Mari kita 
mohon doa dan bantuan para kudus.

Mereka adalah saudara-saudari kita dalam iman Gereja katolik yang kudus.

Mereka adalah Gereja yang sudah berbahagia di surga; kita adalah Gereja yang masih berziarah di dunia ini.

Allah Bapa Yang Mahakuasa dan kekal. Kami kenangkan semua orang kudus yang mengimani Engkau dan mempercayakan dirinya kepada cinta kasihMu, 
entah mereka itu terkenal entah tidak.

Mereka telah Kau persatukan dalam GerejaMu.

Maka kami mohon perkenankan kami ikut serta dilimpahi belaskasihMu dan memperoleh warisan Surga yang telah Kau janjikan bagi 
semua orang. Demi Kristus Tuhan kami...Amin.

Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Raya Semua orang Kudus.

Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus....Amin. (Pastor John Lewar SVD)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved