Renungan Harian Katolik
Renungan Harian Katolik Jumat 24 Oktober 2025, "Peka akan Tanda-tanda Kehadiran Tuhan"
Sayangnya banyak orang hanya pandai berbicara dan berkomentar terhadap sesuatu
Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar, SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Jumat, 24 Oktober 2025
Antonius Maria Claret
Rm 7:18-25a; Mzm 119:66,68,76,77,93.94; Luk. 12:54-59
Warna Liturgi Hijau
Peka akan tanda-tanda kehadiran Tuhan
Kita adalah makluk ciptaan Allah yang paling mulia dan bermartabat di antara segala ciptaan yang lain.
Akal budi dan kehendak bebas merupakan ciri khas yang ada pada kita, sehingga dengan memiliki akal budi dan kehendak bebas kita mampu berpikir dan pandai membuat suatu kesimpulan.
Sayangnya banyak orang hanya pandai berbicara dan berkomentar terhadap sesuatu yang dibuat oleh orang lain, yang sesungguhnya ia sendiri tidak sanggup melakukannya.
Banyak orang pandai memberi komentar tentang sepak bola, tetapi tidak mampu menjadi pemain sepak bola yang unggul.
Banyak orang berkomentar tentang politik, namun tidak sanggup berjuang dalam dunia politik.
Kita lebih mudah berkomentar dan mengkritik sesuatu yang dikerjakan oleh orang lain daripada melakukannya sendiri.
Hal tersebut salah satunya disebabkan oleh sikap angkuh kita, merasa lebih tahu dari orang lain.
Semuanya dinilai dari sudut pandang kita.
Sabda Tuhan hari ini, berbicara tentang kekecewaan Yesus terhadap orang banyak dan kaum Farisi yang pandai dalam segala hal terlebih pandai dalam membaca tanda-tanda alam.
Akan tetapi mereka tidak mampu melihat pesan dan kehadiran Tuhan dalam peristiwa-peristiwa tersebut.
Mereka hanya pandai berkomentar dan mengkritik sesuatu yang pada dasarnya tidak mereka ketahui.
“Hai orang-orang munafik, rupa bumi dan langit kamu tahu menilainya, mengapakah kamu tidak dapat menilai zaman ini?”
Pertanyaan Yesus menantang umat sebangsaNya karena tidak mampu mengartikan tandatanda yang Dia kerjakan.
Tanda-tanda itu seperti menggandakan roti, menghidupkan orang mati, menyembuhkan orang sakit, mengusir roh jahat dan bergaul dengan orang kecil.
Tanda-tanda itu belum mencairkan hati mereka untuk menerima dan berpihak kepada Allah.
Taurat yang memberi petunjuk untuk memperjelas tanda-tanda itu sengaja mereka pinggirkan.
Mereka menutup mata, berkeras hati dan acuh tak acuh.
Yesus mengingatkan para murid untuk jeli menangkap dan memahami tanda-tanda jaman, karena Tuhan sering berbicara kepada umatNya melalui tanda-tanda tersebut.
Dengan bermodalkan pengetahuan yang lebih tinggi dalam bidang Taurat, orang-orang Farisi menjadi egois dan sombong, maka mereka tidak mampu melihat kehadiran Allah dalam diri Yesus.
Mereka selalu mengharapkan kedatangan Juru Selamat itu dalam peristiwa-peristiwa besar, tetapi mereka lupa bahwa kehadiran Allah selalu diidentikkan dengan orang-orang lemah, orang-orang kecil dan sederhana.
Begitu pun juga dengan kita yang hidup di zaman yang serba canggih ini. Kita sering tenggelam dalam kesibukan mengurus diri dan lupa terhadap sesama.
Kita menjadi orang yang egois, yang hanya pandai melihat diri sendiri.
Maka kerendahan hati sangat dibutuhkan dalam melihat tanda-tanda kehadiran Tuhan, yang sungguh nyata dalam hidup kita.
Kerendahan hati justru membawa kesabaran bagi kita untuk mampu menilai zaman ini dan mampu menilai mana yang baik dan mana yang tidak baik.
Terlebih kita butuh telinga untuk mendengar, mata untuk melihat, dan hati untuk menyimak pesan di balik peristiwa-peristiwa yang ada.
Sebab Tuhan hadir dalam alam ciptaan dan terlebih khusus dalam diri sesama.
Mari kita mohon rahmat Tuhan agar kita mampu menangkap tanda-tanda 
dari Tuhan.
Dengan menangkap tanda-tanda dari Tuhan, kita mendapat jaminan tidak akan dilemparkan ke dalam penjara.
Tentu kita semua 
tidak berharap akan masuk dalam penjara, apalagi penjara kehidupan. 
Dalam Kristus, hutang-hutang dan dosa kita sudah dihapus-Nya.
Dalam Kristus kita mendapat martabat kebebasan dan diangkat menjadi anakanak Allah.
Masalahnya adalah apakah kita sudah hidup sesuai dengan martabat itu?
Atau justru karena kemampuan kita melihat tanda-tanda jaman, kita 
tidak hidup dalam keagungan martabat anak-anak Allah?
Sering kali 
justru karena kepekaan mata kepala kita, justru kita menjadi terpenjara 
dan tidak mengalami kebebasan sejati.
Semoga kita semakin mampu menjadikan mata kepala sejalan dan sepandangan dengan mata hati.
Ketika Tuhan datang, kita didapati tetap setia dan waspada untuk ikut dalam perjamuan surgawi.
Doa: Ya Tuhan, semoga kami mampu menggunakan kedua mata kepala 
kami untuk melihat dan memandang yang baik dan benar.
Semoga mata kami memancarkan kebaikan dan kebenaran yang berasal dari padaMu.
Ajarilah kami agar kami mampu untuk melihat dengan hati dan budi 
kami. Amin.
Sahabatku yang terkasih, Selamat Hari Jumat. Selamat beraktivitas.
Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada:
Dalam nama Bapa dan Putera dan Roh Kudus....Amin. (Pastor John Lewar SVD)
| Renungan Harian Katolik Jumat 24 Oktober 2025, "Mengapa Tidak Dapat Menilai Zaman Ini? |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 23 Oktober 2025, "Api Ilahi Kristus: Memusnahkan Iman yang Palsu" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 23 Oktober 2025, "Mewartakan Yesus dengan Setia" |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Kamis 23 Oktober 2025, “Bukan Damai, Melainkan Pertentangan” |   | 
|---|
| Renungan Harian Katolik Rabu 22 Oktober 2025, "Kemunafikan Merekayasa Diri Jadi Pribadi yang Palsu" |   | 
|---|


 
                 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
						
					 
				
			 
											 
											 
											 
											 
											
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.