Nasional Terkini
ITS Siap Jadi Katalisator Ekonomi Biru di Kawasan ASEAN - Timor Leste
Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca untuk mencapai target net zero emission 2060.
POS-KUPANG.COM, SURABAYA – Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) menggelar ASEAN Timor Leste Blue Carbon and Financing Profiling 2025. Agenda itu menjadi penanda kesiapan ITS sebagai katalisator agenda ekonomi biru di kawasan ASEAN dan Timor Leste.
Agenda itu, juga sekaligus menegaskan komitmen ITS dalam pengembangan ekonomi karbon biru.
Ketua ASEAN Blue Institute Mukhammad Muryono SSi MSi PhD menjelaskan ekosistem karbon biru seperti mangrove, lamun, dan rawa asin mampu menyerap dan menyimpan karbon lebih besar dibandingkan hutan daratan.
“Indonesia tercatat menyimpan sekitar 17 persen stok karbon biru dunia sehingga memiliki potensi besar dalam perdagangan karbon internasional,” tutur Muryono dikutip dari laman resmi ITS, Selasa (7/10/2025).
Baca juga: Blue Innovation Expo Percepat Ekonomi Biru di ASEAN dan Timor Leste
Sejalan dengan keunggulan tersebut, Indonesia berkomitmen menurunkan emisi gas rumah kaca untuk mencapai target net zero emission pada 2060 mendatang.
“Pencapaian target itu memerlukan kolaborasi erat antar pemangku kepentingan, mulai dari pemerintah, swasta, hingga komunitas masyarakat,” tegas lelaki lelaki yang akrab disapa Muryono itu.
Sebagai tahap awal pemantauan ekosistem karbon biru di Kota Surabaya, ITS bersama para mitra melakukan kunjungan lapangan ke beberapa lokasi ecogreen selama enam hari sejak 12 September lalu.
Lokasi yang dikunjungi meliputi Pulau Bawean, Kawasan Mangrove Gunung Anyar, Kawasan Mangrove Gresik, serta Namira Ecoprint.
“Observasi langsung sangat penting agar rekomendasi riset yang dihasilkan sesuai dengan kebutuhan nyata,” terangnya.
Berdasarkan temuan lapangan, Dosen Departemen Biologi ITS tersebut menjelaskan masih banyak mitra yang belum memahami aspek teknis pengembangan karbon biru. Oleh karena itu, ITS menginisiasi forum ini guna memperdalam pemahaman para mitra terkait Nilai Ekonomi Karbon (NEK), Sertifikasi Pengurangan Emisi Indonesia (SPEI), serta Bursa Karbon Indonesia (IDXCarbon).
Forum yang berlangsung empat hari sejak 22 September lalu di Galeri Riset dan Inovasi Teknologi ITS tersebut membahas sejumlah isu strategis. Di antaranya, mekanisme pembiayaan karbon dan peluang perdagangan kredit, investasi, bisnis, serta penyusunan laporan keberlanjutan untuk transparansi dan akuntabilitas.
“Tantangan implementasi proyek di lapangan serta kebutuhan kemitraan lintas sektor juga menjadi pembahasan utama,” imbuhnya.
Turut hadir memberikan solusi, ITS melalui Pusat Studi Pengembangan Industri dan Kebijakan Publik (PSPI-KP), ASEAN Blue Institute (ABI), dan Maritim Center-ITS (NaSDEC) serta Departemen Biologi ITS bersedia menyediakan ruang akademik, riset, dan kolaborasi lintas sektor.
“Selain itu, dirancang pula Blue Carbon Deck sebagai laman yang mengintegrasikan hasil riset, kebijakan, hingga praktik pengelolaan ekosistem karbon biru,” jelasnya bersemangat.
Lebih jauh, ITS berencana mengintegrasikan risetnya dengan kebijakan publik dan instrumen pasar karbon sekaligus memfasilitasi sertifikasi profesional untuk memperkuat kapasitas sumber daya manusia dalam pengelolaan blue economy.
Langkah ini diharapkan dapat memperkuat peran akademisi sebagai penggerak implementasi nyata pembangunan yang berkelanjutan.
Melalui jejaring akademik dan kolaborasi lintas sektor, Kampus Pahlawan berkomitmen untuk menghadirkan peran sebagai katalis yang menghubungkan sains, kebijakan, serta praktik di lapangan.
“Keunggulan ITS di bidang teknologi dan maritim diharapkan mampu memberikan ekosistem yang mendukung percepatan tercapainya tujuan,” ungkap dosen Laboratorium Ekologi ITS itu.
Menutup pernyataannya, lulusan doktoral Universitas Tohoku, Jepang ini berharap ASEAN Timor Leste Blue Carbon and Financing Profiling 2025 dapat menjadi momentum percepatan transisi menuju ekonomi biru yang inklusif.
Inisiatif ini juga mendukung terwujudnya Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-13 tentang penanganan perubahan iklim. (*)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.