Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 12 September 2025, "Tuhan Mampukan Saya untuk Koreksi Diri"

Terutama fokus pada diri sendiri untuk melihat diri secara menyeluruh dan dengan rendah hati mengakui kesalahan, dosa dan kelemahan-kelemahan

Editor: Eflin Rote
POS-KUPANG.COM/HO
Pater Fransiskus Funan Banusu SVD 

Renungan Harian Katolik
Jumat 12 September 2025
Oleh: Pater Fransiskus Funan Banusu SVD
TUHAN MAMPUKAN SAYA UNTUK KOREKSI DIRI SENDIRI
(1Tim 1:1-2.12-14; Mzm 16:1.2a.5.7-8.11; Luk 6:39-42)

"Mengapa engkau melihat selumbar dalam mata saudaramu, sedangkan balok dalam matamu sendiri tidak kauketahui?" (Luk 6:41).

Tuhan menegur saya dan Anda sebagai pengikut-pengikut-Nya agar selalu setia memperbarui diri dan komitmen pelayanan baik secara pribadi maupun dalam soliditas.

Terutama fokus pada diri sendiri untuk melihat diri secara menyeluruh dan dengan rendah hati mengakui kesalahan, dosa dan kelemahan-kelemahan yang masih bercokol dalam hati. 

Sering sekali kita cenderung untuk mempersalahkan sesama dan lupa menyalahkan diri sebdiri. Maka saling mempersalahkan akhirnya menjadi fenomena yang lumrah dalam kebersamaan hidup ini. Akibatnya motivasi koreksi kehilangan makna sejatinya untuk saling menolong satu sama lain.

Kebencian, iri hati dan dendam lebih dominan maka saling koreksi berubah menjadi momen saling tuding-menuding dan menciptakan kekhaosan baru yang lebih rumit. Kendatipun situasi sering tampak seperti itu, hikmat kebijaksanaan ilahi tercurah dalam diri kita agar masing-masing kita bisa sadar untuk  mengintrospeksi diri, lalu berupaya membuat pembaruan melalui pertobatan yang sungguh.

Kesalahan, dosa dan kejahatan apa pun datang dari kecenderungan yang tak teratur dalam diri kita. Allah sesungguhnya menyertai kita melalui Roh Kudus yang menasehati kita di setiap waktu. Nasehat Tuhan (melalui sesama) ini penting demi tugas perutusan yang Tuhan percayakan kepada kita. Tuhan percaya kita maka Ia mengutus kita untuk tugas kerasulan ini.

Kita mesti arif mengoreksi diri dan secara arif pula siap untuk dikoreksi. Sebab maksud Tuhan itu mulia dan indah untuk diri kita. Maka Yesus mengkritik kita secara keras-pedas dalam Injil-Nya hari ini. Kita mesti sadar bahwa dosa bisa menyergap siapa saja.

Kelengahan atau kelalaian dalam hal sekecil apa pun bisa menjadi penyebab kesalahan  bahkan dosa atau hal yang lebih fatal dalam diri.

Kehendak kita memang kuat namun daging lemah. Maka kita menjadi rapuh. Justru dengan menyadari ketakberdayaan kita karena kerapuhan itu, kita butuh kekuatan kerahiman Allah untuk menyadarkan kita bahwa kita pendosa.

Kita makhluk yang rentan akan dosa, dengan demikian upaya tobat pasti berjalan. Tuhan memerlukan kerendahan hati kita untuk lebih fokus pada diri dalam perjuangan pembaruan diri terus-menerus. Tantangan yang ditemui ialah balok kesombongan untuk menganggap diri selalu benar, lupa refleksi, lalu koreksi sesama dipandang sebagai ekspresi rasa benci dan iri hati pada kita.

Hal ini selanjutnya membuat kita gampang menghakimi orang sebagai pihak bersalah dan pendosa. Orientasi pembaruan bukan pada diri tetapi orang lain. Padahal Tuhan Yesus sudah mengingatkan kita dalam hal saling mengoreksi ini: jika saudaramu berbuat dosa tegurlah di bawah empat, jika ia menyangkal bawah 1 orang lagi sebagai saksi dan seterusnya.

Tuhan sangat menjaga dan menghormati privasi kita walau kita berdosa. Maka melalui perumpamaan serpih kayu dan balok dalam mata, Yesus mengajarkan tentang pentingnya melihat diri sendiri dengan penuh kerendahan hati sebelum menilai atau menolong sesama.

Sikap yang mesti kita waspadai ialah kesombongan, kepongahan dan kemunafikan: mempertahankan diri sendiri sebagai orang benar. Sikap-sikap ini dalam ketaksadaran menjadi balok untuk membentengi diri dalam segala kerapuhannya.

Tuhan datang untuk memanggil orang berdosa supaya bertobat dan diselamatkan. Tuhan kasihanilah aku. Santo Paulus menjadi tokoh penting dalam upaya pembaruan diri sebagai seorang pengikut Tuhan. Dengan penuh kerendahan hati, ia mengakui kerapuhannya di hadapan Timotius, anak sahnya dalam iman: Ia tidak layak menerima dan melaksanakan tugas pelayanan ini. Sebab dahulu ia seorang penghujat dan penganiaya yang keras / pembunuh.

Namun oleh kasih karunia dan iman akan Kristus kita dibarui dari dosa-dosa dan dipenuhi dengan kasih Allah sendiri. Kita harus berpegang teguh pada iman dan kasih Kristus. Paulus bersyukur atas rahmat besar Tuhan Yesus kepada dirinya, "Aku bersyukur kepada Kristus Yesus, Tuhan kita yang menguatkan aku, karena Ia menganggap aku setia, dan memercayakan pelayanan ini kepadaku." (1Tim 1:12).

Pemazmur pun bermadah, "Engkau memberitahukan kepadaku jalan kehidupan, di hadapan-Mu ada sukacita berlimpah, di tangan kanan-Mu  ada nikmat yang abadi." (Mzm 16:11).

Beberapa keuntungan Tuhan minta kita dengan rendah hati mengoreksi diri dan menerima koreksi dari sesama: *Membuka diri dan hati untuk Tuhan dan sesama. *Membangun diri menjadi utuh bagi Tuhan. *Membangun relasi rohani yang baik dengan Tuhan dan mempererat tali persaudaraan sejati di antara kita satu sama lain. *Setia bertobat dan selalu memohon kerahiman Allah untuk menaungi kita. *Sadar bahwa kita berdosa, nanun Tuhan memanggil dan percaya kepada kita dan mengutus kita. Tetap beriman dan setia pada kasih Kristus.

Selamat beraktivitas hari ini. Tuhan berkatimu semua. (RP. FF. Arso Kota, Jumat/Pekan Biasa XXIII/C/I, 120925)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved