Renungan Harian Katolik

Renungan Harian Katolik Jumat 12 September 2025, "Balok Apa yang Ada di Mata Kita?"

Seketika si frater sadar bahwa anak-anak itu tidak memerlukan cahaya lampu untuk membaca. Demikianlah, kita sering menilai dan memperlakukan

Editor: Eflin Rote
Dok. POS-KUPANG.COM
RENUNGAN - RP. John Lewar SVD menyampaikan Renungan Harian Katolik 

Renungan Harian Katolik Suara Pagi
Bersama Pastor John Lewar SVD
Biara Soverdi St. Yosef Freinademetz
STM Nenuk Atambua Timor – NTT
Jumat, 12 September 2025
Hari Biasa Pekan XXIII
Nama Tersuci Maria
1Tim. 1:1-2,12-14; Mzm. 16:1,2a,5,7-8,11; Luk. 6:39-42
Warna Liturgi Hijau

Balok Apa yang Ada di Mata Kita?

Ketika masih di seminari tinggi, beberapa frater yang live-in atau “tinggal bersama” dengan anak-anak tunanetra menceritakan pengalaman konyol mereka. Disebut konyol karena mereka beberapa kali tanpa sadar memperlakukan anak-anak tunanetra itu seperti orang pada umumnya.

Contohnya, ketika menemukan salah satu kelas lampunya tidak dinyalakan, seorang frater berpikir bahwa anak-anak sengaja tidak menyalakan lampu karena mereka malas untuk belajar. Karena itu, ia pun masuk ke kelas tersebut dan menegur mereka dengan suara keras, “Kenapa kalian tidak menyalakan lampu? Apa kalian tidak mau belajar dan hanya mau tidur di kelas?” Serentak beberapa anak menyahut, “Oh, lampunya mati ya?”

Seketika si frater sadar bahwa anak-anak itu tidak memerlukan cahaya lampu untuk membaca. Demikianlah, kita sering menilai dan memperlakukan orang lain mengikuti pikiran kita sendiri(dikisahkan oleh Agustinus Giman Pr ).

Dalam perikop Lukas (6: 39-42) hari ini, Yesus mengatakan, “Keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.” 

Perkataan Yesus itu menjadi peringatan bagi kita bahwa kita sering lebih mudah menilai dan melihat kekurangan orang lain daripada mengoreksi dan melihat kekurangan sendiri. Yesus menggunakan istilah yang kontras, yakni balok dan selumbar untuk menggambarkan hal tersebut.

Balok berkali-kali lipat besarnya dibanding selumbar. Namun, mengapa orang lebih mudah melihat selumbar di mata orang lain daripada balok, yang jauh lebih besar, di mata sendiri?

Dalam hidup bermasyarakat, kecendrungan untuk membicarakan kejelekan orang lain dan dorongan untuk menuding dan mempersalahkan sesama, memang sangat kuat.

Apalagi kalau rame-rame mengusung topik pembicaraan itu. Kita sadar dan tanpa sadar membicarakan orang lain karena keasyikan ngobrol bersama. Jangan lupa bahwa di tempat lain pun orang asyik membicarakan kekurangan dan kelemahan kita.

Yesus menyadari bahwa setiap orang bisa jatuh ke dalam kesalahan dan memiliki kelemahan. Bahkan orang yang baik pun juga memiliki kelemahan. Namun, Tuhan selalu memandang kita masing-masing dengan mata kasih dan kemurahan hati.

Tuhan tidak membenci atau mengutuk kita karena kekurangan atau kegagalan kita. Jadi, balok apa yang ada di mata kita? Apakah kita terbiasa melihat sisi baik dari orang lain, atau sebaliknya melihat sisi buruknya? Apakah kita berani mengubah kebiasaan kita yang suka menilai orang lain?

Doa: Tuhan, jadikanlah kami lebih sadar akan kekurangan kami, agar kami menjadi lemah lembut ketika berurusan dengan orang lain. Tuhan, mampukanlah kami agar seperti Engkau yang menatap orang-orang yang menyebalkan dengan mata kasih dan kemurahan hati. Sahabatku yang terkasih. Selamat Hari Jumat Pekan Biasa XXIII.

Salam doa dan berkatku untukmu dan keluarga di mana saja berada: Bapa dan Putera dan Roh Kudus...Amin. (Pastor John Lewar SVD)

Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved