Timor Leste

Jalaur Strategis Timor Leste di ASEAN, Mengubah Akses Menjadi Dampak

Keputusan ini tidak hanya menandai tonggak diplomatik bagi negara terbaru di Asia tetapi juga menghadirkan ujian kritis bagi ketahanan ekonomi.

Editor: Ryan Nong
POS-KUPANG.COM/HO-ASEAN
Presiden Timor Leste Jose Ramos Horta saat berpidato di Sekretariat ASEAN, Jumat (1/8/2025). 

POS-KUPANG.COM, JAKARTA - Ivo Ribeiro dari Biro Riset Nasional Asia menyampaikan, Timor Leste harus memprioritaskan investasi dalam sumber daya manusia, kapasitas kelembagaan, dan diversifikasi ekonomi dalam menyambut aksesi ke ASEAN

Prioritas itu harus dibarengi secara strategis memanfaatkan dukungan dari mitra pembangunan, untuk mengatasi tantangan dan memaksimalkan potensi manfaatnya. 

Adapun pada KTT ASEAN ke-46 pada bulan Mei 2025, Timor Leste secara resmi diberikan keanggotaan penuh di Perhimpunan Bangsa-Bangsa Asia Tenggara (ASEAN), dan aksesi akan diselesaikan pada KTT ASEAN ke-47 pada bulan Oktober. 

Keputusan ini tidak hanya menandai tonggak diplomatik bagi negara terbaru di Asia tetapi juga menghadirkan ujian kritis bagi ketahanan ekonomi Timor Leste dan kapasitas ASEAN untuk integrasi yang inklusif.

Sementara ASEAN menawarkan platform untuk kerja sama ekonomi regional dan perdagangan multilateral, basis ekonomi Timor Leste yang sempit, kerapuhan fiskal, dan kelemahan kelembagaan dapat membatasi kemampuannya untuk meraih peluang sekali dalam satu generasi ini. 

Baca juga: Sekretariat ASEAN Komitmen Dukung Perjalanan Transformatif Timor Leste

Untuk mengatasi tantangan-tantangan ini dan memaksimalkan manfaat integrasi ASEAN, Timor Leste harus memprioritaskan investasi dalam sumber daya manusia, kapasitas kelembagaan, dan diversifikasi ekonomi sambil secara strategis memanfaatkan dukungan dari mitra pembangunan.

Dikutip dari laman NBR, masuknya Timor Leste ke ASEAN lebih dari sekadar diplomasi simbolis; hal ini merupakan peluang penting untuk memajukan transformasi sosial-ekonomi jangka panjang negara tersebut. 

Namun, struktur ekonomi Timor Leste saat ini masih rapuh. Dana Perminyakan Timor Leste, yang membiayai 80 persen belanja publik negara tersebut, diproyeksikan akan habis dalam dekade mendatang akibat penarikan dana yang berlebihan dan penurunan produksi minyak.

Tanpa sumber pendapatan alternatif, Timor Leste berisiko menghadapi jurang fiskal—kondisi di mana pendapatan pemerintah yang menurun drastis memaksa pemotongan belanja yang tajam dan dengan demikian mengancam stabilitas ekonomi secara keseluruhan serta mengganggu lintasan pertumbuhan.

Dinamika perdagangan negara ini semakin menyoroti kerentanannya. Antara tahun 2004 dan 2022, 60,2 % impor Timor Leste berasal dari pasar ASEAN, sementara produksi dan kapasitas ekspor dalam negeri masih terbatas. 

Defisit perdagangan yang berkelanjutan ini menandakan tingginya ketergantungan pada rantai pasokan eksternal, rendahnya tingkat kewirausahaan produktif, dan terbatasnya sirkulasi modal dalam perekonomian nasional.

Tantangan-tantangan ini diperparah oleh masalah struktural yang telah lama ada, termasuk infrastruktur yang tidak memadai, akses yang buruk terhadap pendidikan dan layanan kesehatan, serta kurangnya peluang ekonomi yang luas.

Tanpa reformasi domestik yang mendesak, integrasi ASEAN justru dapat memperkuat, alih-alih mengatasi, kerentanan ini, terutama dengan memperdalam ketergantungan Timor Leste pada impor dan meningkatkan kerentanannya terhadap guncangan eksternal.

Dengan populasi kecil, hanya 1,34 juta jiwa, Timor Leste dapat memperoleh manfaat signifikan dari keanggotaan ASEAN dengan berpartisipasi dalam perjanjian perdagangan multilateral seperti Kawasan Perdagangan Bebas ASEAN (AFTA) dan Kemitraan Ekonomi Komprehensif Regional (RCEP). 

Akses ke pasar-pasar besar AFTA, dan khususnya negara-negara anggota RCEP, dapat menarik FDI, mendorong skala ekonomi, dan mendukung pengembangan industri lokal.

Halaman
12
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved