Opini
Opini: Menjaga Demokrasi Kampus dari Politik Zero-Sum Game
Rektor terpilih bukan representative of a faction, melainkan guardian of the institution, penjaga martabat universitas di atas semua kepentingan.
Paulo Freire dalam Pedagogy of the Oppressed menegaskan, pendidikan sejati bukanlah kontestasi dominasi, melainkan dialog untuk pembebasan.
Ketika logika politik masuk ke ruang senat, risiko yang muncul adalah hilangnya substansi: ide digantikan intrik, dan prinsip digantikan taktik.
Universitas, yang seharusnya menjadi arena deliberasi nalar, berubah menjadi panggung lobi dan kalkulasi suara.
Dalam situasi semacam ini, kita seperti sedang menonton drama demokrasi yang kehilangan naskahnya.
Di sinilah pentingnya dialektika antara kompetisi dan kolaborasi. Kompetisi menyalakan bara semangat, tetapi kolaborasi menjaga bara itu agar tidak membakar rumahnya sendiri.
Tanpa kolaborasi, kompetisi melahirkan perpecahan; tanpa kompetisi, kolaborasi menjadi lesu dan stagnan.
Rumus sederhana dapat menggambarkan paradoks ini: D = (K – P) + R
(Demokrasi yang sehat = Kompetisi dikurangi Polarisasi, lalu ditambah Rekonsiliasi)
Rumus ini bukan sekadar simbol matematis, melainkan refleksi moral. Di mana ada polarisasi, energi akademik tersedot untuk bertahan; tetapi di mana ada rekonsiliasi, energi itu tumbuh untuk membangun.
Persamaan ini sederhana, namun pelaksanaannya menuntut kebesaran hati.
Rekonsiliasi sebagai Jalan Etis Menuju Leader For All
Pemilihan rektor yang demokratis pasti menghadirkan perbedaan. Tetapi perbedaan tidak harus berujung pada permusuhan.
Setelah kontestasi berakhir, langkah paling penting bukan mengklaim kemenangan, tetapi memulihkan kepercayaan.
Rektor terpilih bukan representative of a faction, melainkan guardian of the institution, penjaga martabat universitas di atas semua kepentingan.
Rekonsiliasi menjadi kunci etis untuk mengembalikan Undana pada watak aslinya: rumah dialog, bukan arena duel.
Dalam konteks ini, senat universitas tidak sekadar forum politik, tetapi penjaga nilai akademik.
| Opini: Saat Komunikasi Publik Menjadi Kunci Layanan Kesehatan Daerah |
|
|---|
| Opini: Suara Moral Indonesia di Tengah Standar Ganda IOC |
|
|---|
| Opini: Neka Hemong Kuni agu Kalo- Salinan Kerinduan dalam Mimbar Filosofis |
|
|---|
| Opini: Dari Cogito Ergo Sum ke Aku Klik Maka Aku Ada |
|
|---|
| Opini: Satu Data untuk Kemajuan Nusa Tenggara Timur |
|
|---|
:quality(30):format(webp):focal(0.5x0.5:0.5x0.5)/kupang/foto/bank/originals/Yoga-Bumi-Pradana.jpg)
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.