Opini
Opini: Kesehatan Mental dan Bunuh Diri
Konsekuensinya, bila badan bisa mengalami sakit, meski bukan hal aneh ketika mental atau jiwa juga mengalami sakit.
Kesediaan untuk selalu berada dalam dua posisi dan antisipasi melalui kesadaran diri merupakan tuntutan yang sangat penting.
Minimal pada hari Kesehatan Mental orang menerima dan menyadari bahwa seperti secara fisik seseorang bisa mengalami kesehatan tubuh/fisik, demikian secara mental / jiwa seseorang juga harus menerima kesehatan seperti ini sebagai bagian yang tak terpisahkan.
Kedua, membangun sebuah lingungan sosial yang menerima kesehatan mental sebagai sebuah kebutuhan bersama.
Hal ini mendorong adanya penerimaan secara sosial dan kesediaan untuk saling membantu (minimal tidak menghukum atau membully) ketika seseorang mengalaami perubahan suasana batin atau penarikan diri dari aktivitas sosial.
Perubahan ini diterima dan selanjutnya membutuhkan upaya saling mendukung. Haru diakui minimnya dukungan sosial terutama dalam media sosial yang malah sangat kejam merupakan PR yang sangat serius.
Indonesia dianggap sebagai salah satu negara dengan tingkatan bullying tertinggi di dunia.
Sebuah studi melaporkan bahwa 41 persen dari pelajar usia 15 tahun menjadi korban bullying dalam sebulan.
Tekait bullying, dampaknya sangat besar. Secara fisik bisa terjadi menyebabkan luka fisik akibat penganiayaan.
Tetapi juga ia bisa terjadi secara mental dan emsosioanl seperti depresi, kecemasan dan trauma psikologis.
Yang paling mengkuatirkan adanya kasus ekstrem yang bisa menyebabkan tindakan bunuh diri.
Ketiga, perlu adanya keberanian berkonsultasi dengan kaum profesional. Seperti kebutuhan untuk pergi ke dokter ketika mengalami gangguan dalam tubuh, semestinya juga terjadi ketika seseorang mengalami gangguan mental/kejiwaan.
Adanya peranan guru BK di sekolah atau hadirnya pemimpin agama sebagai konselor (antara lain melalui sakramen pengakuan) merupakan tindakan yang bisa dilakukan untuk memungkinkan bahwa gejala stres dan kecemasan dan depresi tidak sampai meluas hingga melakukan tindakan ekstrem.
Bagi kita, perayaan hari Kesehatan Mental mengingatkan bahwa ketidaksehatan mental merupakan hal yang sangat nyata.
Karena itu kesediaan untuk menerima menjadi hal yang sangat penting.
Meminjam kata-kata dari Louisa May Alcott, seorang novelis Amerika, penulis cerita pendek kita bisa mengatakan: "I am not afraid of storms, for I am learning how to sail my ship" (Saya tidak takut badai, karena saya sedang belajar cara mengemudikan kapal saya).
Itu berarti saya dengan sadar menerima kondisi mental saya dan berusaha menyehatkan mental saya. (*)
Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News
Opini: Kita Butuh Polisi yang Tidak Gagap Hukum |
![]() |
---|
Opini: Guru Mesti Menjadi Pembawa Damai |
![]() |
---|
Opini: Kontribusi Kepemimpinan Etis bagi Organisasi |
![]() |
---|
Opini: APBD Perubahan, Instrumen Korektif dalam Tata Kelola Keuangan Daerah |
![]() |
---|
Opini: Efisiensi TKD, Saatnya Daerah Berhenti Bergantung dan Mulai Kreatif Secara Fiskal |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.