Opini

Opini: Di Manakah Frans Seda yang Dulu Beken?

Frans Seda sangat layak jadi bandara penyangga utama di NTT dan pulau Flores terutama di kota-kota di Flores bagian Timur.

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI FIDELIS NONG NOGOR
Fidelis Nong Nogor 

Adakah peluang rute yang dibuka nanti survive dan atau berkelanjutan? Mari kita bedah!

Pertama, Bandara Frans Seda Maumere dulunya adalah bandara terbesar dan pintu utama ke Flores meski kini telah terhimpit oleh bandara Komodo Labuan Bajo karena jurus ‘titip pukul’ pemerintah pusat menjadikan Labuan Bajo sebagai kota super prioritas, super premium dengan segala lampiran anggaran yang super memadai pula.

Kedua, Frans Seda, dulunya menjadi satu-satunya di Flores bahkan di NTT selain El Tari Kupang yang bisa didarati pesawat berbadan lebar bahkan jenis Boeing 737-900 Lion Air oleh karena bandara ini telah didukung dengan fasilitas, sarana prasarana yang memadai. 

Landasan pacu bandara ini panjang 2.350 meter, lebar 45 meter, apron bisa memuat 5 armada boeing dan propeller. 

Terminal penumpang yang memadai dan bahkan bisa didarati pada malam hari termasuk dalam kondisi emergensi.

Dari sisi kelayakan, Frans Seda sangat layak jadi bandara penyangga utama di NTT dan pulau Flores terutama di kota-kota di Flores bagian Timur.

Ketiga, dari sisi keterisian kursi (load factor) untuk rute ke Denpasar, Surabaya dan Makassar misalnya, sangat mungkin karena posisi Maumere yang sangat strategis.

Bandara Frans Seda bisa mengakomodasi kepentingan tidak hanya masyarakat kabupaten Sikka tetapi juga Kabupaten Flores Timur, Lembata, Ende, Nagekeo, bahkan Ngada yang ingin langsung terbang ke Bali dan kedua kota tersebut.

Keempat, bahwa rute dari dan ke bandara Frans Seda juga bandara sekitar seperti Ende, Larantuka, Lembata dan Soa Ngada hanya bisa dilayani dengan pesawat propeller, sehingga para penumpang harus menyinggahi Bandara El Tari Kupang sebelum ke Denpasar, Surabaya dan atau Makassar.

Kelima, kalau dibuka penerbangan dari dan ke Maumere menggunakan Boeing 737 Sriwijaya Air maka praktis banyak warga dari empat kabupaten tetangga akan memilih terbang lewat Maumere.

Sebab lebih dekat (jalan darat) dan harga tiketnya pasti lebih murah ketimbang harus ke Kota Kupang dengan Wings Air yang rata-rata harga tiket per sektor di atas Rp 1,2 juta/one way.

Keenam, potensi pariwisata dari Flores bagian Timur yang mendunia seperti taman laut Teluk Maumere yang digandrungi para divers dunia, pesona danau Kelimutu Ende, kampung Adat Bena dan alam bawah laut Riung yang menakjubkan. 

Belum lagi aneka kekayaan budaya, sejarah dan destinasi wisata lain menjadi pemicu tingginya minat wisatawan berdatangan dari Bali sebagai pintu pariwisata dunia ke Pulau Flores.

Demikian halnya pesona kota Larantuka sebagai 'Serambi Vatikan', Lembata dengan ritual penangkapan paus yang kesohor itu menjadikan Bandara Frans Seda Maumere  jadi pintu masuk-keluar yang sangat memikat, murah meriah dan menguntungkan dari kepentingan wisatawan dan juga promosi aksesibilitas daerah.

Daya dukung kepariwisataan ini menjadi alasan mengapa para pelaku wisata, tour operator dan komunitas pegiat wisata yang tergabung dalam ASITA, HPI, para pelaku Ekraf, Pengelola Kampung Adat, pengusaha rumah makan, restoran, pegiat sanggar seni dan lain-lain di Flores bagian Timur sering ‘meneriaki butanya mata dan hati’ pemerintah daerah.

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved