Opini

Opini: Setiap Hari 50 Anak Diracun oleh Negara 

Tingginya sorotan publik, yang diiringi berita keracunan massal di berbagai provinsi, menciptakan citra negatif yang semakin meningkat. 

Editor: Dion DB Putra
DOKUMENTASI PRIBADI DODY KUDJI LEDE
Dody Kudji Lede 

Stunting adalah kondisi gagal tumbuh akibat kekurangan gizi kronis, yang penentuannya terjadi pada 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK), yaitu sejak janin hingga anak berusia dua tahun. 

Ini berarti, ketika anak mencapai usia Sekolah Dasar (6–12 tahun)—target utama MBG—masa kritis pencegahan stunting sudah lewat. Anak yang sudah terlanjur stunting tidak bisa lagi dikejar tinggi badannya. 

Intervensi gizi di usia SD hanya bertujuan memperbaiki gizi umum, daya tahan tubuh, dan konsentrasi belajar, bukan mencegah stunting di level populasi. 

Mengaitkan MBG dengan ‘pencegahan stunting’ memang terdengar manis secara politik, memberikan daya tawar program yang tinggi. 

Namun, alangkah lebih baik jika pencegahan stunting lebih difokuskan pada ibu hamil, bayi, dan balita. 

Pemerintah harusnya bisa mengandalkan Posyandu, sebagai ujung tombak Pemberian Makanan Tambahan (PMT) balita, dan suplementasi.

Realitas Harian: 50 Anak Tumbang Setiap Hari

Masalah kedua, dan yang paling mendesak, adalah kegagalan manajemen yang ditunjukkan oleh tingginya kasus keracunan.

Pemerintah berpegang teguh pada persentase yang dianggap kecil. Hanya 0,00017 persen korban keracunan dari total penerima manfaat. Klaim ini justru memerangkap pemerintah jebakan statistik yang menyesatkan. 

Ketika statistik yang dipakai sebagai standar pemerintah untuk membela kepentingannya, seharusnya mereka tidak boleh hanya terjebak dalam angka dan kuantitas yang pada akhirnya gagal menangkap nilai kualitatif atau emosional dari fenomena keracunan MBG ini. 

Sebab angka bisa dimanupilasi hingga akhirnya mendukung argumen yang bias. 

Ketika sebuah program menyentuh nyawa manusia, angka statistik tidak boleh dijadikan pembenaran untuk kelalaian. 

Jika pemerintah memaksakan menggunakan statistik, saya pun dapat menggunakan statistik yang sama sehingga kita bisa melihat bahwa jumlah korban sebenarnya lebih besar daripada sekedar angka kecil yang disampaikan. 

Mari kita berhitung untuk meng-counter narasi statistik yang dingin dari pemerintah. 

Ada dua versi korban, menurut BGN, per 21 September 2025 jumlah korban MBG sebanyak 6.452 anak. 

Halaman 2 dari 4
Rekomendasi untuk Anda
Ikuti kami di
AA

Berita Terkini

Berita Populer

© 2025 TRIBUNnews.com Network,a subsidiary of KG Media.
All Right Reserved