Opini
Opini: Menghadapi Kekeringan dan Musim Hujan Atas Normal di NTT
Untuk wilayah kepulauan ini, strategi penanggulangan bencana tidak lagi bisa fokus pada satu jenis ancaman, melainkan harus bersifat adaptif...
Suhu muka laut di perairan sekitar Indonesia tercatat lebih hangat dengan anomali suhu muka laut berkisar +0,42 0C dari rata-rata klimatologis, yang secara intensif memicu pembentukan awan hujan.
Hal ini kemudian akan memberikan dampak terhadap sifat musim hujan 2025/2026 di NTT yang diprediksi akan berada pada kondisi Atas Normal (lebih basah) dari klimatologisnya sebesar 57 persen ZOM di NTT, sementara 43 persen sisanya diprediksi berada pada sifat musim normal.
Pergeseran waktu Awal Musim Hujan (AMH) juga menjadi perhatian khusus, dimana beberapa wilayah ZOM di NTT akan berpeluang masuk AMH maju atau lebih cepat terjadi pada bulan Oktober dan November 2025 sebesar 43 persen dari 28 ZOM di NTT.
Kemudian untuk wilayah yang AMH diprediksi terjadi pada bulan November dan Desember 2025 atau Sama dengan klimatologinya sebesar 43 persen dari 28 ZOM, sedangkan untuk ZOM yang akan berpeluang masuknya awal musim hujan mundur atau lebih lambat dari klimatologisnya diprediksi sebesar 14 persen.
Sehingga AMH 2025/2026 di 28 ZOM di NTT secara umum diprediksi akan datang lebih awal hingga sama dengan normalnya.
Di sisi lain puncak musim hujan diprediksi akan berpeluang terjadi pada Januari 2026 sebesar 46 persen ZOM dan Februari 2026 sebesar 54 persen ZOM.
Strategi Lintas Sektor: Mengubah Ancaman Menjadi Investasi
Prediksi musim hujan yang lebih basah ini membawa konsekuensi serius berupa potensi bahaya hidrometeorologi (banjir, banjir bandang, genangan air, tanah longsor, dan angin kencang).
Namun, ini juga merupakan peluang yang sangat baik untuk mengatasi masalah kekeringan agronomis (kekurangan air untuk pertanian) dan mendukung ketahanan pangan.
Berikut adalah langkah-langkah strategis yang mungkin bisa menjadi masukan sebagai bahan pertimbangan yang juga perlu diprioritaskan di wilayah NTT, di antaranya;
Sektor Pertanian, seperti memanfaatkan "Bonus" air awal musim hujan yang datang lebih cepat dengan sifat musim Atas Normal adalah kesempatan bagi petani untuk menyesuaikan musim tanam lebih awal dan meningkatkan produktivitas pangan.
Di sisi lain Penggunaan Kalender Tanam Adaptif, Pemerintah Daerah dalam hal ini Dinas Pertanian Kabupaten/Kota di NTT dan masyarakat petani harus segera memanfaatkan informasi iklim yang disediakan oleh BMKG - Stasiun Klimatologi Kelas II Nusa Tenggara Timur, sebagai panduan awal untuk menentukan waktu dan pola tanam serta memilih varietas tanaman yang optimal berdasarkan skenario tahun basah.
Sektor Sumber Daya Air, dalam mengatasi krisis kekurangan air saat kemarau tidak dapat diatasi hanya dengan menunggu hujan, langkah mendasar yang diperlukan adalah perbaikan sistem dalam manajemen air.
Peningkatan Pengelolaan Waduk dan Drainase: perlu adanyan perbaikan drainase secara menyeluruh di wilayah yang diprediksi curah hujannya Atas Normal.
Selain itu, manajemen volume air di waduk harus dilakukan secara hati-hati, dikurangi sedikit demi sedikit saat curah hujan tinggi untuk mencegah luapan.
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.