Opini
Opini: Priority Triangle for NTT
Wisata premium Labuan Bajo masih menjadi andalan, namun banyak aset sudah menjadi milik “orang lain”.
Dalam rangka mewujudkan semua ini, perlu ada grand design dan road map kemitraan/kolaborasi dan inovasi yang selaras dengan visi, misi, nilai kearifan lokal, dan kebijakan pemerintah Provinsi NTT.
Perlu diketahui, inovasi dan kemitraan ini juga menjadi penekanan dalam 17 pilar SDGs.
Tour de EnTeTe harusnya menjadi kesempatan untuk menunjukkan bahwa NTT telah mampu mewujudkan inovasi dan kolaborasi melalui penguatan investasi, faslitasi, trust, komunikasi, dan publikasi.
Maka, sebuah event besar (apapun itu) bukan lagi mejadi ajang promosi, tetapi harus hendaknya merujuk pada key performande indicator (KPI) capaian seperti peningkatan pendapatan masyarakat, keberluasan dampak positif, dan memperbanyak masyarakat yang berdampak.
Harapannya, NTT tidak hanya jadi penonton di rumahnya sendiri, hanya memberi tempat bagi para penikmat, lalu mereka akan pulang dengan hanya membawa kenangan.
Ketiga, (masih) soal geotermal yang menjadi perhatian banyak pihak baik pro maupun kontra.
Megaproyek geotermal dengan janji akan mendongkrak kesejahteraan dan pertumbuhan ekonomi di NTT belum dapat dikatakan sebagai prioritas. Hal ini cukup beralasan.
Dalam sebuah kesempatan diskusi dengan seorang tokoh agama di NTT (23/8/2025), kurang lebih beliau mengatakan demikian, masyarakat kita belum diberdayakan secara maksimal.
Potensi lokal kita selain panas bumi juga belum dimanfaatkan secara optimal, untuk apa harus keruk perut bumi.
Pihak PLN sebagai salah satu pendukung utama kegiatan Tour de EnTeTe dalam wawancara persiapan di stasiun TV tersebut mengatakan bahwa PLN siap suport termasuk menyediakan stasiun pengisisan kendaraan listrik.
Lalu untuk apa kita harus terburu-buru mengeruk perut bumi? Komentar tersebut sejalan denan pendapat Phillips & Pittman (2008), capacity building community development process belum mampu melibatkan social capital yang mendorong terjadinya community development outcome yang berdampak pada community improvement.
Masyarakat perlu terus disadarkan bahwa ada cara lain untuk menciptakan lapangan kerja, mereka mulai fokus pada peluang internal (potensi lokal) seperti UMKM dan memastikan bahwa usaha yang sudah ada di masyarakat tetap ada dan berkembang.
Artinya, antara community development dan economic development di NTT belum bersinergi secara maksimal dalam mendukung pertumbuhan indeks pembangunan manusia dan indeks desa membangun.
Bagian akhir, saya menyebut ketiga persoalan di atas sebagai “priority triangle’ bagi NTT saat ini.
Pariwisata yang tidak bisa dipisahkan dari gerakan membangun desa, dan gerakan membangun desa perlu didukung oleh kekuatan dunia usaha/industri.
Willfridus Demetrius Siga
Tour de EnTeTe 2025
Opini Pos Kupang
Proyek Geotermal
Gubernur NTT Melki Laka Lena
Nusa Tenggara Timur
OVOP
One Village One Product
Opini: Refleksi 80 Tahun Kemerdekaan Indonesia dan Cinta |
![]() |
---|
Opini: Tebe, Warisan Leluhur yang Menyimpan Nilai-nilai Pancasila |
![]() |
---|
Opini - Mengurai Krisis BBM di Sabu Raijua: Saatnya Solusi Konkret dan Berkelanjutan |
![]() |
---|
Opini: 150 Tahun, Seribu Cahaya Satu Harapan |
![]() |
---|
Opini: 150 Tahun Serikat Sabda Allah, Api Misi yang Tetap Menyala di Era Digital |
![]() |
---|
Isi komentar sepenuhnya adalah tanggung jawab pengguna dan diatur dalam UU ITE.