Alfonsius mengatakan, Sasando dirancang untuk mendukung tujuh pilar pembangunan daerah, dengan fokus pada transparansi, akuntabilitas, dan keterbukaan data.
"Sasando juga dirancang untuk mengintegrasikan data lintas perangkat daerah (OPD) dan terintegrasi dengan portal data di pusat," katanya.
Ke depan, Sasando akan menampung hasil bagi-pakai Data Sosial Ekonomi Nasional (DTSEN) untuk selanjutnya diolah menjadi data daerah.
Keberhasilan Satu Data NTT di masa depan akan sangat bergantung pada kolaborasi erat antara pemerintah pusat sebagai pengelola basis data dan pemerintah daerah sebagai pihak yang memvalidasi sekaligus memanfaatkannya.
Melalui proses validasi yang direncanakan hingga tingkat kecamatan dan desa, data diharapkan dapat benar-benar mencerminkan kondisi nyata di lapangan.
Menurut dia, penggunaan data yang konsisten di seluruh tingkatan pemerintahan memungkinkan penargetan program yang lebih tepat sasaran, meminimalkan duplikasi, dan memaksimalkan pemanfaatan sumber daya.
Integrasi data sosial-ekonomi yang terkelola dengan baik tidak hanya membantu mempercepat penanggulangan kemiskinan, tetapi juga memperkuat akuntabilitas publik.
Langkah ini menegaskan bahwa Satu Data NTT bukan sekadar proyek teknologi, melainkan strategi pembangunan berkelanjutan yang berpihak pada masyarakat yang paling membutuhkan.
Dengan dukungan strategis dari Program SKALA, Provinsi NTT menargetkan implementasi Satu Data sebagai tulang punggung kebijakan daerah yang transparan, inklusif, dan berbasis bukti.
Dia berharap, langkah ini tidak hanya memperkuat tata kelola di NTT, tetapi juga menjadi model bagi provinsi lain di Indonesia, sebagaimana disampaikan oleh Team Leader Program SKALA, Petra Karetji. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS