Opini

Opini: Menuju Sekolah Cerdas, Integrasi Deep Learning dan AI dalam Transformasi Pembelajaran 

Editor: Dion DB Putra
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Heryon Bernard Mbuik

Lebih lanjut, 'kesenjangan digital' masih menjadi hambatan utama di banyak sekolah, terutama di daerah tertinggal. 

Tanpa infrastruktur digital yang memadai dan pelatihan guru yang sistematis, adopsi AI dapat memperlebar jurang ketimpangan pendidikan antardaerah dan antarwilayah.

Langkah Strategis Menuju Sekolah Cerdas

"Vision without action is a daydream. Action without vision is a nightmare." (Japanese proverb)

Transformasi menuju sekolah cerdas berbasis AI dan deep learning menuntut pendekatan yang komprehensif. Beberapa strategi yang dapat diterapkan:

  1. Penyusunan kebijakan nasional tentang integrasi AI dalam pendidikan yang menekankan aspek etika, keadilan, dan keamanan data.
  2. Pelatihan intensif bagi guru dan tenaga kependidikan tentang literasi AI, interpretasi data, dan pedagogi digital berbasis sistem cerdas.
  3. Kemitraan strategis dengan sektor teknologi (edutech startups, universitas, platform AI) untuk pengembangan konten, pelatihan, dan infrastruktur.
  4. Penerapan prinsip pembelajaran hibrid berbasis teknologi untuk memadukan keunggulan digital dan kekuatan interaksi manusiawi.
  5. Evaluasi berkelanjutan dan partisipatif yang melibatkan siswa, orang tua, guru, dan pakar teknologi dalam menilai efektivitas sistem AI di sekolah.

Penutup: Sekolah Masa Depan yang Membebaskan

"Education is not the learning of facts, but the training of the mind to think." (Albert Einstein)

Integrasi AI dan deep learning bukan sekadar tren teknologi, melainkan keniscayaan dalam mewujudkan sistem pendidikan yang lebih adaptif, kontekstual, dan manusiawi. 

Namun, teknologi bukanlah jawaban mutlak ia hanyalah alat. Yang menentukan adalah nilai, visi, dan orientasi kemanusiaan dari setiap pemanfaatannya.

Sekolah yang cerdas adalah sekolah yang mampu mengolah kecanggihan teknologi menjadi sarana pembebasan, bukan dominasi. 

Ia memampukan guru untuk lebih peka, siswa untuk lebih reflektif, dan sistem untuk lebih adil. 

Dengan demikian, integrasi AI bukan sekadar revolusi digital, tetapi harus menjadi revolusi pedagogis yang berpihak pada pembentukan manusia yang utuh: berpikir kritis, berjiwa bebas, dan bertindak bijak. (*)

Simak terus berita POS-KUPANG.COM di Google News

 

Berita Terkini