Virus Hanta di Kota Kupang

Pedagang Pasar Kasih Naikoten 1 Kupang Sudah Biasa Hidup Bersama Tikus

AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

KONDISI PASAR - Kondisi Pasar Inpres Naikoten Kota Kupang, Provinsi NTT, Selasa (22/7)

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Tari Rahmaniar Ismail

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Di tengah lalu-lalang aktivitas jual beli di Pasar Kasih Naikoten 1 Kupang, kehadiran tikus bukanlah pemandangan yang asing bagi para pedagang.

Setiap hari pedagang sudah terbiasa menjalani kehidupan bersama tikus yang lalu lalang di sekitar lapak jualan pedagang. 

Namun, sejak mencuatnya informasi tentang virus Hanta yang dibawa oleh hewan pengerat tersebut, kewaspadaan mulai tumbuh, meski pemahaman tentang virus ini masih minim.

Damaris Mamun,  pedagang  asal Timor, mengaku pernah mendapatkan sosialisasi dari pihak kesehatan mengenai virus Hanta.

Baca juga: Dinkes Malaka Belum Terima Edaran Resmi Terkait Virus Hanta, Masyarakat Diminta Tetap Waspada

Meski belum benar-benar memahami karakteristik virus itu, ia mengaku mulai berhati-hati setelah membaca bahwa virus tersebut bisa membahayakan.

“Saya lihat di internet, katanya virus ini berbahaya. Tapi kami pedagang ini sudah biasa lihat tikus, bahkan yang besar-besar,” ujar Damaris Mamun, saat diwawancarai POS-KUPANG.COM, Senin (22/7/2025).

Berdasarkan hasil wawancara saat itu diberikan sosialisasi dari pihak kesehatan sekaligus menawarkan obat yang harganya cukup mahal Rp 200. 000 dalam satu botol.

Karena mahal, kata Damaris Mamun, sehingga tidak banyak pedagang yang mampu membeli juga karena mereka merasa belum terkontaminasi dengan virus hanta tersebut. 

Damaris Mamun menyebutkan bahwa keberadaan tikus sangat merugikan, terutama bagi pedagang sayur. Banyak dagangan yang rusak karena dilahap tikus, bahkan kadang ditemukan bangkai tikus mati akibat racun di bawah kolong-kolong lapak.

“Tikus-tikus itu makan semua dagangan, jadi dagangan simpan baik-baik. Kadang juga ketemu tikus mati di bawah karena sudah terkena racun,” ungkap Damaris Mamun.

Damaris Mamun menambahkan, menjaga kebersihan lapak adalah kunci untuk menghindari kehadiran tikus. Ia percaya bahwa jika pedagang lebih disiplin dalam menjaga kebersihan, tikus tidak akan mudah datang dan menetap di area pasar.

Baca juga: LIPSUS: Produsen Beras Diduga Tipu Rakyat Indonesia, Kurangi Takaran Beras hingga Dioplos

“Kalau tidak mau tikus datang, lapak harus bersih. Itu kembali lagi ke masing-masing pedagang,” kata Damaris Mamun.

Hal senada disampaikan Jefri Rohimiha, pedagang lainnya di pasar yang mengaku sudah terbiasa melihat tikus-tikus berkeliaran.

Namun setelah membaca tentang virus Hanta, ia menjadi lebih waspada.

“Kalau ketemu tikus, saya biasanya lempar atau pukul. Tapi setelah baca-baca soal virus Hanta, saya mulai jaga-jaga. Jangan sampai kita kena juga,” ujar Jefri Rohimiha.

KONDISI PASAR - Kondisi Pasar Inpres Naikoten Kota Kupang, Provinsi NTT, Selasa (22/7) (POS KUPANG/TARI)

Meski kesadaran mulai tumbuh, para pedagang berharap adanya edukasi yang lebih intensif dan rutin dari pihak berwenang mengenai bahaya virus serta langkah-langkah pencegahannya.

Jefri Rohimiha berharap agar sosialisasi itu tidak hanya dilakukan sekali, tetapi berkelanjutan dan disampaikan dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat pasar.

"Kehadiran tikus di pasar bukan hanya soal gangguan kebersihan, tetapi kini menjadi potensi ancaman kesehatan," kata Jefri Rohimiha. 

Di tengah keterbatasan fasilitas dan padatnya aktivitas harian, para pedagang tetap berjuang menjaga keamanan dagangan sekaligus kesehatan diri dari risiko penyakit yang bisa datang tanpa disangka. 

Apa itu Virus Hanta

Mengutip laman Kemenkes, disebutkan bahwa virus Hanta merupakan virus yang bisa menyebabkan penyakit zoonosis berbahaya, yang ditularkan oleh rodensia, seperti tikus dan celurut.

Baca juga: LIPSUS: Nepotisme Warnai Seleksi PPPK di TTU  Pejabat Beri Rekomendasi untuk Keluarga

Jenis tikus di Indonesia yang bisa menjadi tempat bagi virus Hanta yaitu tikus got (Rattus norvegicus) dan tikus rumah (R.tanezumi).

Penyebab dari virus Hanta sendiri yaitu virus dari genus Orthohantavirus. Sejauh ini, berdasarkan penelitian yang ada, belum ada penularan dari manusia ke manusia.

Penyakit dari virus ini menyebabkan dua macam gejala klinis, yaitu Hemorrhagic Fever with Renal Syndrome (HFRS) dan Hantavirus Pulmonary Syndrome (HPS).

Laporan Kemenkes menyebut, bahwa tipe HFRS ini banyak tersebar luas di dunia, terutama di wilayah Eropa dan Asia, dengan masa inkubasi 1-2 minggu dan angka kematian 5-15 persen.

Sementara untuk tipe HPS hanya ditemukan di Benua Amerika, dengan masa inkubasi berkisar 14-17 hari dan angka kematian 60 % .

Bagaimanakah gejala-gejala yang muncul saat seseorang sudah terkena virus Hanta?

Ada dua gejalah utama yang bisa mucul saat seseorang terkena virus Hanta

1. Tipe hemorrhagic fever with renal syndrome (HFRS):

- Demam

- Sakit kepala

- Nyeri badan

- Malaise (lemas)

- Ikterik (jaundice/tubuh menguning)

2. Tipe hantavirus pulmonary syndrome (HPS):

- Demam

- Nyeri badan

- Malaise (lemas)

- Batuk

- Sesak napas.

Untuk diketahui, di Indonesia hanya ditemukan kasus Hanta dengan manifestasi klinis berupa HFRS.

Baca juga: LIPSUS: Massa Lempar Polisi dengan Ban Bekas  Ratusan Sopir Pikap Demo di Kantor Gubernur NTT 

Bagaimana cara mencegah virus hanta?

Berikut ini sejumlah pencegahan utama yang bisa dilakukan untuk penyakit virus Hanta menurut Kementerian Kesehatan RI:

1. Menghindari kontak manusia dan hewan pengerat

2. Mengendalikan jumlah hewan pengerat di lingkungan rumah

3. Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan

4. Menggunakan Alat Pelindung Diri (APD) (masker, sarung tangan, dan alas kaki) ketika membersihkan rumah dan lingkungan yang dilalui hewan pengerat

5. Membersihkan kotoran, urin, dan sekreta lain dari tikus dengan disinfektan

6. Tidak menyentuh hewan pengerat secara langsung baik yang hidup atau mati. Apabila kontak dengan hewan pengerat, gunakan disinfektan dan APD lengkap.

7. Melakukan pengelolaan sampah dengan benar

8. Menjaga kebersihan tangan dengan cuci tangan pakai sabun dan air mengalir (40-60 detik) atau menggunakan cairan antiseptik (20-30 detik). (iar/vel) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

 

 

 

Berita Terkini