NTT Terkini

Pengamat Ekonomi Thomas Ola Langoday Soroti Fenomena Beras Oplosan

Editor: Oby Lewanmeru
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

BERAS OPLOSAN - Pengamat ekonomi Thomas Ola Langoday memberikan tanggapan keras terkait maraknya peredaran beras oplosan di Indonesia.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Eugenius Suba Boro

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Pengamat Ekonomi Thomas Ola Langoday memberikan tanggapan keras terkait maraknya peredaran beras oplosan di Indonesia.

Saat dihubungi oleh POS-KUPANG.COM, Selasa (15/7/2025), Thomas menilai fenomena beras oplosan merupakan bagian dari warisan panjang praktik-praktik "oplosan" yang sudah melekat dalam berbagai sendi kehidupan bangsa.

"Beberapa pemimpin negara ini mewariskan filosofi oplosan di negeri ini," tegasnya. 

"Mulai dari manusia dengan ijazah oplosan, gelar akademik oplosan, hingga jabatan akademik oplosan. Maka tidak heran kalau produk-produk yang lahir pun ikut menjadi oplosan, termasuk beras."

Baca juga: Marak Beras Oplosan Beredar,  Pedagang Pasar Oesao Pilih Jual Beras Mol

Menurut Thomas, praktik mencampur beras berkualitas rendah lalu menjualnya dengan label premium adalah bentuk penipuan yang sangat merugikan konsumen.

Ia menyebut, hal ini hanya menguntungkan segelintir pihak, yaitu produsen oplosan dan jaringan distribusinya.

"Beras oplosan dijual dengan harga premium. Ini jelas keuntungan besar bagi para pengoplos, tapi merugikan masyarakat luas sebagai konsumen," jelasnya.

"Kualitasnya pun sangat rendah, bahkan layak dikonsumsi oleh hewan piaraan, bukan manusia. Dampaknya bukan hanya pada ekonomi, tapi juga pada kesehatan masyarakat dan kecerdasan generasi bangsa."

Lebih jauh, Thomas menyoroti bahwa praktik oplosan bukan sekadar persoalan teknis, melainkan sudah menjadi budaya buruk yang mengakar.

Ia menyebut bahwa selama para pemimpin dari pusat hingga desa masih berpikiran "oplosan", maka praktik seperti ini akan terus ada.

"Karena pemimpin negeri ini dari pusat sampai desa adalah pemimpin oplosan, maka sampai kapanpun kita tidak bisa menghilangkan perilaku dan dampak oplosan ini," ungkapnya.

Sebagai solusi, Thomas mendorong adanya penempatan pejabat-pejabat yang memiliki integritas tinggi dan bukan bagian dari budaya oplosan di sektor-sektor strategis.

Baca juga: Cegah Beras Oplosan, Pemda Sabu Raijua Warning Para Pengusaha 

"Yang bisa dilakukan adalah menempatkan oknum-oknum pejabat yang bukan oplosan di setiap sudut pabrikasi dan distribusi produk strategis di negeri ini agar perilaku oplosan dengan produk oplosan dapat diminimalisir," pungkasnya.

Pernyataan tajam Thomas Ola Langoday ini menjadi sorotan di tengah meningkatnya kekhawatiran publik terkait keamanan dan kualitas pangan di Indonesia, khususnya menjelang musim paceklik dan lonjakan harga bahan pokok. (uge)

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM Lainnya di GOOGLE NEWS 

Berita Terkini