Bank NTT terus melakukan pembenahan dan siap memberikan dukungan pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal. Lalu, prinsip transparansi dan akuntabilitas, mendorong digitalisasi sehingga bisa meningkatkan PAD bagi daerah.
Selanjutnya, Bank NTT terus melakukan kolaborasi dan sinergitas dengan berbagai pihak. Bank NTT juga meningkatkan promosi layanan agar lebih banyak masyarakat memanfaatkan fasilitas perbankan lokal. Serta, pengembangan edukasi keuangan untuk memperkuat literasi keuangan bagi masyarakat.
"Bank NTT memiliki peran strategis dalam mendukung visi ekonomi pemerintah provinsi, kabupaten/Kota dengan pengelolaan yang baik dan pengawasan yang efektif," katanya.
Pengamat Ekonomi NTT, Dr Fritz Fanggidae dalam diskusi itu mengawalinya dengan merekonstruksi visi Ekonomi dari Gubernur dan Wakil Gubernur, kemudian bagiamana bisa mengawal dalam persoalan ekonomi makro dan mikro.
Pengajar UKAW Kupang itu mengemukakan visi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yakni NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berkelanjutan. Visi itu ditopang oleh 7 pilar dan 10 program prioritas. Salah satu pilar, adalah ekonomi berkelanjutan.
"Pilar ini berisikan empat muatan," kata Fritz.
Pertama, kata dia, pilar itu memandang pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan adalah sektor strategis di NTT. Kedua, pilar ekonomi ini hendak mendorong penciptaan lapangan kerja dan wirausaha baru.
Ketiga, pilar itu juga ingin mengangkat pariwisata alam dan budaya, yang berbasis komunitas sebagai suatu potensi ekonomi di NTT. Keempat, lanjut dia, pilar ini memuat aspek proteksi atau perlindungan terhadap masyarakat NTT, khusus para pekerja rentan.
Dari lima sasaran visi, Dr Fritz menilai terdapat dua visi yang erat dengan aspek ekonomi yakni peningkatan pendapatan per kapita dan pemerataan yang diukur oleh indikator kemiskinan menuju nol persen dan rasio gini yang semakin membaik.
"Jadi kita mau ukur visi ekonomi ini berhasil atau tidak, ukurlah dari dua indikator sasaran visi itu. Pendapatan kita naik atau tidak, pemerataan kita jadi lebih baik atau tidak," tambah dia.
Pendapatan per kapita di NTT adalah Rp 24-25 juta per kapita per tahun atau rata-rata Rp 2 juta per bulan. Sementara garis kemiskinan dari angka 500-600.
"Logikanya, kenapa kemiskinan kita di 19 persen. Karena ada yang dapat banyak sekali, ada yang dapat sedikit sekali. Untuk mengatasi ini digagas 10 program. Empat program itu berkaitan dengan visi ekonomi," katanya.
Dia berkata, program satu desa satu produk yang dicetuskan Gubernur dan Wakil Gubernur tidak sedang mendorong desa untuk memproduksi produk. Minimal, ada bahan yang bisa menghasilkan sebuah produk.
Program itu lebih berbasis ke bahan baku. Sehingga setiap desa bisa menyiapkan bahan baku dah selanjutnya dilakukan hilirisasi sebuah produk.
Program ini juga membidik kelompok perempuan dan milenial. Dr Fritz menyebut, sektor pariwisata diharapkan bisa menjadi alternatif ekonomi yang menggerakkan pertumbuhan di NTT.
Dia menjelaskan, kondisi pertumbuhan ekonomi NTT saat ini melambat saat normal. Sebelum covid 19, NTT stagnan pada pertumbuhan ekonomi 5,1 persen, saat masa krisis NTT hanya minum 0,8 persen dan nasional 2,8 persen.
Namun, saat pemulihan sejak tahun 2023 NTT baru berada di angka 3,73 persen dan nasional 5,4 persen. Begitu juga dengan provinsi lainnya ada yang diatas 10 persen.
"Jadi ini ada penyakit kronis dalam ekonomi kita. Saat susah kita kuat bertahan, tapi saat normal kita lambat berlari. Ini harus kita bedah betul. Mesin apa yang macet sehingga akselerasi tidak bisa," ujarnya.
Berkaca dari PDRB sisi pengeluaran, motor penggerak ekonomi NTT adalah konsumsi rumah tangga. Tidak bisa dipungkiri kredit ke perbankan digunakan untuk konsumsi rumah tangga.
Dr Fritz mengatakan, sektor pertanian dan jasa sangat dominan pada sisi industri. Sementara industri pengolahan di NTT sangat minim. Artinya NTT masih melakukan sistem dagang bahan mentah. Alhasil ekonomi NTT dinilai kekurangan nilai tambah.
"Gubernur melihat penting hilirisasi sehingga kedepan kita tidak jual bahan mentah. Tapi minimal kita jual barang setengah jadi, atau syukur-syukur barang jadi. Dengan nilai tambah yang lebih tinggi," katanya.
Dia mengatakan, eksport NTT sampai hari ini masih negatif. Fritz meminta tidak boleh terbuai dengan angka statistik. Perlu mengaitkan angka ekspor dan impor sehingga tidak terjadi kesesatan.
Dari sisi pelaku, kata dia, pertanian masih rapuh. Secara data memang banyak UMKM tapi tidak terkonsolidasi dengan baik. Sisi lain, ruang fiskal NTT juga menyempit. Padahal Kepala Daerah memburuk ruang fiskal yang lebih baik untuk menjalankan program yang digagas.
"Ini kondisi faktual perekonomian kita di NTT," kata dia. (fan)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS