Kota Kupang Terkini

Pemkot Kupang Minta Masukan dan Saran untuk Kepemimpinan Chris - Serena 

Penulis: Irfan Hoi
Editor: Oby Lewanmeru
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

DISKUSI PUBLIK - PWI NTT saat menggelar diskusi publik bertajuk Membedah dan Mengawal visi Ekonomi Kepala Daerah di NTT di Kantor Gubernur NTT dimoderatori Asher Rihi Tugu, Senin (24/3/2025).

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Irfan Hoi

POS-KUPANG.COM, KUPANG - Pemerintah Kota (Pemkot) Kupang meminta masukan dan saran untuk kepemimpinan Wali Kota Kupang Chris Widodo dan Wakil Wali Kota Kupang Serena Francis. 

Pemkot Kupang melalui Asisten Perekonomian Setda, Ignasius Lega menyampaikan itu saat acara Diskusi bertajuk "Membedah dan Mengawal visi Ekonomi Kepala Daerah di NTT" yang diselenggarakan Persatuan Wartawan Indonesia (PWI) Provinsi NTT, Senin (24/3/2025) di Kantor Gubernur NTT dipandu 
Asher Rihi Tugu. 

"Bapa Wali Kota dan Wakil Wali Kota baru bertugas 21 hari. Kami dari Pemerintah Kota menginginkan masukan dan saran dari bapa ibu sekalian yang hampir semua disini adalah warga Kota Kupang," kata Ignasius mengawali materi mewakili Wali Kota Kupang, Chris Widodo. 

Dalam spirit pemerintahan Chris - Serena, ada sebuah motto yakni Memerintah adalah Melayani. Itu adalah semangat yang sering diingatkan kepada semua ASN maupun pegawai Pemkot Kupang. Ignasius mengajak semua agar bergandengan tangan membantu Chris - Serena memimpin Kota Kupang. 

Dalam dokumen RPJPD bertema Kota yang Maju, Mandiri, dan Berkelanjutan. Di RPJMD, kata dia, Kota Kupang sebagai Rumah Bersama yang Maju, Sejahtera dan Berkelanjutan. 

Baca juga: Peringati Hari Pers Nasional 2025, PWI NTT Gelar Diskusi Publik 


Pada misi kedua RPJMD, menurut dia, ditelaah lagi mengenai penguatan daya saing ekonomi Kota berbasis sektor jasa. Sementara program kerja 100 hari Chris - Serena adalah penanganan sampah. 

Dia mengatakan, masalah sampah di Kota Kupang hingga kini masih ada. Pemkot Kupang bakal membangun Tempat Pembuangan Sampah Terpadu (TPST) di enam kecamatan. 

"Kita berharap dalam waktu yang tidak lama, pembangunan atau TPST di enam kecamatan sudah bisa berdiri dan mulai bekerja," kata Ignasius. 

Kemudian program lainnya adalah penguatan UMKM. Pemkot Kupang mencatat ada 40 ribu UMKM. Penguatan UMKM bertujuan untuk mendongkrak perekonomian. Nantinya UMKM diberi edukasi dan pelatihan. 

Program ketiga adalah tata kelola birokrasi. Menurut dia, agenda itu dilakukan untuk meningkatkan kinerja pemerintahan demi mewujudkan kualitas pelayanan publik. Ignasius meminta dukungan dan kerja sama dari berbagai pihak mewujudkan tiga program itu. 

Deputi Kepala Perwakilan Bank Indonesia Provinsi NTT, Pratyaksa Candraditya mengatakan, investasi di NTT masih melambat atau tumbuh 1,35 persen dengan share 44,21 persen. Sehingga perlu dorongan. 

Baca juga: Pemkot Kupang Gandeng KPP Pratama Kupang Sosialisasikan Sistem Administrasi Perpajakan Coretex

Dengan struktur ekonomi yang diperkuat dengan pertanian share 28,76 persen dan konsumsi 66,7 persen. 

"Apa yang kita harus lakukan, mau tidak mau kita harus link-kan. Pertanian ini dengan investasi kita," kata dia. 

Dia mengatakan, NTT dikenal dengan investasi pada sektor pariwisata. Dia menyarankan agar penggunaan pola agrowisata di tiap daerah di NTT. Harapan kehadiran investasi bisa ikut meningkatkan SDM. 

"Karena pertanian itu kita sangat menggantungkan profil dari petani kita, mohon maaf, penduduk kita masih (ada) 50 persen dengan pendidikan berlatar belakang SD," katanya. 

Dari profil kemiskinan, juga didominasi oleh penduduk dengan pekerjaan dari pertanian. Pratyaksa mengatakan, kajian BI NTT bersama Kanwil BI Bali Nusra menemukan potensi yang bisa dikembangkan, seperti rumput laut. 

Rumput laut NTT, kata dia, menjadi nomor dua terbesar di Indonesia. Volume produksi per tahun di atas 1 juta ton dengan share 69 secara total untuk wilayah Bali - Nusra. 

Jumlah petani Bali - Nusra yang melakukan budidaya rumput laut adalah 60-an ribu dengan total produksi lebih dari 2 juta ton per tahun. Namun, ada tantangan dalam pengerjaan itu. 


Terdapat degradasi akibat penurunan kualitas bibit atau sekitar 14-16 generasi. Kemudian alih profesi petani rumput laut akibat harga yang tidak menentu. 

"Di NTT kita punya dua perusahaan rumput laut. Astil dan RKN. Astil milik pemerintah yang sepatunya pemerintah bisa memaksimalkan Astil sebagai perusahaan. Astil ini bergerak di Sumba Timur," katanya. 

Perusahaan milik pemerintah itu, kata dia, mampu memproduksi rumput laut 38 ton per bulan. Tapi, perusahaan ini belum bisa melakukan ekspor langsung. Perusahaan harus menjual ke perusahaan lainnya di Sulawesi. 

Berbeda dengan perusahaan swasta seperti RKN yang langsung melakukan ekspor. Menurut Pratyaksa faktor investasi yang harus didorong adalah sektor pertanian, khususnya rumput laut. 

Hal itu disebabkan produksi dan hilirisasi rumput laut yang dilakukan. Pola hilirisasi itu dilakukan dari rumput laut kering hingga berupa barang yang sudah diolah. Nilainya bahkan lebih dari ratusan ribu. 

"Astil ini belum ke tahap itu. Masih jual rumput laut kering," kata dia. 

Potensi investasi lainnya yang bisa dilakukan di NTT adalah pembangunan kampung perikanan dan dorongan dari pemerintah provinsi. Investasi terbuka itu, menurut dia perlu diperkenalkan ke para investor dalam dan luar negeri. 

"Potensi yang dimiliki tiap kabupaten/kota itu tentu bisa. Tentu yang diutamakan masih dengan program strategis dari pemerintah," kata Pratyaksa. 

Pratyaksa mengatakan, ketergantungan NTT dengan daerah lain memenuhi kebutuhan komoditi dalam daerah harus diperhatikan. Dari dalam daerah perlu melihat ini. 

Kajian BI ada telur, bawang, daging dan beras merupakan komoditi masih masuk dari luar NTT. Sementara program makan bergizi gratis (MBG) yang dijalankan turut membutuhkan empat komponen itu. 

Sehingga, perlu ada perhatian dan daya dorong lebih kuat mencapai kemandirian dalam daerah, sekaligus tetap menjaga ketersediaan bahan pangan untuk masyarakat luas. 

Plt Bank NTT Yohanis Landu Praing memaparkan visi Bank NTT yakni sebagai Bank yang Kuat, Sehat dan Terpercaya. Misi Bank NTT adalah ingin menggali sumber potensi yang bisa dikembangkan bagi kesejahteraan masyarakat. 

"Ada tiga misi, dan dua Grand strategi menjadi tujuan kami kedepan. Yaitu bagaimana bisa menurunkan angka kemiskinan lewat program-program yang kita lakukan dan juga bagaimana bisa mempercepat pertumbuhan ekonomi lewat sektor jasa yang kami lakukan," ujarnya. 

Bank NTT memiliki 220 kantor jaringan tersebar di seluruh wilayah NTT. Selain itu terdapat kanal yang dimiliki Bank NTT diantaranya M-banking, ATM, QRIS, CMS, 1.811 agen Lagu Pandai, 1.006 unit EDC dan 13.190 Dia Bisa yang dikhususkan bagi ibu-ibu rumah tangga, mahasiswa dan pelajar. 

Landu Praing mengatakan, total aset yang dihimpun perbankan sampai per tahun 2024 sebesar 64,1 miliar. Penyaluran kredit berada di angka 45, 3 miliar atau tumbuh 2,63 persen (YoY) dari tahun sebelumnya. 

Sedangkan penghimpunan dana pihak ketiga (DPK) mengalami penurunan atau sebesar 38,8 miliar atau turun 0,33 persen (YoY) dari tahun 2023 sebesar 38,9 miliar. 

"Sehingga ini menyebabkan LDR di Nusa Tenggara Timur itu di 130 persen. Kalau kita lihat ini berarti ada 30 persen dana dari luar masuk di NTT. Sehingga LDR ini naik sebesar 130 persen," katanya. 

Sementara itu tantangan pembangunan di NTT, lanjut dia, seperti kemiskinan, pengangguran, stunting, ketahanan pangan, infrastruktur, sosial, pendidikan dan kesehatan. 

Kehadiran lembaga penyedia jasa keuangan seperti Bank NTT paling tidak bisa memberi bantuan pada bidan pembiayaan keuangan terhadap program pemerintah yang sejalan dengan pertumbuhan ekonomi dan peningkatan kesejahteraan masyarakat. 

Sehingga harapan dari masing-masing pemerintah tiap daerah terkhusus peningkatan kesejahteraan, bisa terwujud. Namun, kata dia, perlu dilihat dari skema dan kolaborasi yang dilakukan. 

"Bank NTT tidak bisa sendiri untuk menjawab persoalan ekonomi di Nusa Tenggara Timur," kata Landu Praing. 

ia mengatakan, Bank NTT membutuhkan aktor lainnya menjawab tantangan pertumbuhan ekonomi, pengentasan kemiskinan dan persoalan lainnya. 

Landu Praing mengungkit peran media dalam kacamata Pentahelix. Media massa bisa mengawal setiap langkah yang dilakukan oleh masing-masing pihak dalam Pentahelix itu seperti akademisi, pemerintah, perbankan dan lainnya. 

Dia menyampaikan, otoritas jasa keuangan terus melakukan pendampingan ke Bank NTT terkhusus pada finansial inklusi dan literasi keuangan. 

Berbagai potensi yang ada di NTT, dan dilanjutkan dengan pembiayaan dari perbankan maka akan menjawab persoalan kemiskinan dan pengentasan kemiskinan. 

Bank NTT, kata dia, telah menyiapkan enam misi yang akan memberikan dukungan bagi visi tiap Kepala Daerah di NTT. Dari layanan, pembiayaan usaha hingga pembiayaan  infrastruktur, Bank NTT menyiapkan itu. 

Bank NTT terus melakukan pembenahan dan siap memberikan dukungan pengembangan ekonomi berbasis potensi lokal. Lalu, prinsip transparansi dan akuntabilitas, mendorong digitalisasi sehingga bisa meningkatkan PAD bagi daerah. 

Selanjutnya, Bank NTT terus melakukan kolaborasi dan sinergitas dengan berbagai pihak. Bank NTT juga meningkatkan promosi layanan agar lebih banyak masyarakat memanfaatkan fasilitas perbankan lokal. Serta, pengembangan edukasi keuangan untuk memperkuat literasi keuangan bagi masyarakat. 

"Bank NTT memiliki peran strategis dalam mendukung visi ekonomi pemerintah provinsi, kabupaten/Kota dengan pengelolaan yang baik dan pengawasan yang efektif," katanya. 

Pengamat Ekonomi NTT, Dr Fritz Fanggidae dalam diskusi itu mengawalinya dengan merekonstruksi visi Ekonomi dari Gubernur dan Wakil Gubernur, kemudian bagiamana bisa mengawal dalam persoalan ekonomi makro dan mikro. 

Pengajar UKAW Kupang itu mengemukakan visi Gubernur dan Wakil Gubernur NTT yakni NTT Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Berkelanjutan. Visi itu ditopang oleh 7 pilar dan 10 program prioritas. Salah satu pilar, adalah ekonomi berkelanjutan. 

"Pilar ini berisikan empat muatan," kata Fritz. 

Pertama, kata dia, pilar itu memandang pertanian, peternakan, perikanan dan kelautan adalah sektor strategis di NTT. Kedua, pilar ekonomi ini hendak mendorong penciptaan lapangan kerja dan wirausaha baru. 

Ketiga, pilar itu juga ingin mengangkat pariwisata alam dan budaya, yang berbasis komunitas sebagai suatu potensi ekonomi di NTT. Keempat, lanjut dia, pilar ini memuat aspek proteksi atau perlindungan terhadap masyarakat NTT, khusus para pekerja rentan. 

Dari lima sasaran visi, Dr Fritz menilai terdapat dua visi yang erat dengan aspek ekonomi yakni peningkatan pendapatan per kapita dan pemerataan yang diukur oleh indikator kemiskinan menuju nol persen dan rasio gini yang semakin membaik. 

"Jadi kita mau ukur visi ekonomi ini berhasil atau tidak, ukurlah dari dua indikator sasaran visi itu. Pendapatan kita naik atau tidak, pemerataan kita jadi lebih baik atau tidak," tambah dia. 

Pendapatan per kapita di NTT adalah Rp 24-25 juta per kapita per tahun atau rata-rata Rp 2 juta per bulan. Sementara garis kemiskinan dari angka 500-600. 

"Logikanya, kenapa kemiskinan kita di 19 persen. Karena ada yang dapat banyak sekali, ada yang dapat sedikit sekali. Untuk mengatasi ini digagas 10 program. Empat program itu berkaitan dengan visi ekonomi," katanya. 

Dia berkata, program satu desa satu produk yang dicetuskan Gubernur dan Wakil Gubernur tidak sedang mendorong desa untuk memproduksi produk. Minimal, ada bahan yang bisa menghasilkan sebuah produk. 

Program itu lebih berbasis ke bahan baku. Sehingga setiap desa bisa menyiapkan bahan baku dah selanjutnya dilakukan hilirisasi sebuah produk. 

Program ini juga membidik kelompok perempuan dan milenial. Dr Fritz menyebut, sektor pariwisata diharapkan bisa menjadi alternatif ekonomi yang menggerakkan pertumbuhan di NTT. 

Dia menjelaskan, kondisi pertumbuhan ekonomi NTT saat ini melambat saat normal. Sebelum covid 19, NTT stagnan pada pertumbuhan ekonomi 5,1 persen,  saat masa krisis NTT hanya minum 0,8 persen dan nasional 2,8 persen. 

Namun, saat pemulihan sejak tahun 2023 NTT baru berada di angka 3,73 persen dan nasional 5,4 persen. Begitu juga dengan provinsi lainnya ada yang diatas 10 persen. 

"Jadi ini ada penyakit kronis dalam ekonomi kita. Saat susah kita kuat bertahan, tapi saat normal kita lambat berlari. Ini harus kita bedah betul. Mesin apa yang macet sehingga akselerasi tidak bisa," ujarnya. 

Berkaca dari PDRB sisi pengeluaran, motor penggerak ekonomi NTT adalah konsumsi rumah tangga. Tidak bisa dipungkiri kredit ke perbankan digunakan untuk konsumsi rumah tangga. 

Dr Fritz mengatakan, sektor pertanian dan jasa sangat dominan pada sisi industri. Sementara industri pengolahan di NTT sangat minim. Artinya NTT masih melakukan sistem dagang bahan mentah. Alhasil ekonomi NTT dinilai kekurangan nilai tambah. 

"Gubernur melihat penting hilirisasi sehingga kedepan kita tidak jual bahan mentah. Tapi minimal kita jual barang setengah jadi, atau syukur-syukur barang jadi. Dengan nilai tambah yang lebih tinggi," katanya. 

Dia mengatakan, eksport NTT sampai hari ini masih negatif. Fritz meminta tidak boleh terbuai dengan angka statistik. Perlu mengaitkan angka ekspor dan impor sehingga tidak terjadi kesesatan. 

Dari sisi pelaku, kata dia, pertanian masih rapuh. Secara data memang banyak UMKM tapi tidak terkonsolidasi dengan baik. Sisi lain, ruang fiskal NTT juga menyempit. Padahal Kepala Daerah memburuk ruang fiskal yang lebih baik untuk menjalankan program yang digagas. 

"Ini kondisi faktual perekonomian kita di NTT," kata dia. (fan) 

Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS

Berita Terkini