POS-KUPANG.COM, KUPANG- Sosok dr. Christian Widodo yang merupakan politisi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) kini semua mata tertuju padanya.
Pasalnya, dr. Christian Widodo merupakan salah satu calon wali Kota Kupang periode 2024/2029 berpasangan dengan calon wakil wali Kota Kupang, Serena Cosgrove Francis.
Kesehariannya, dr Christian merupakan salah satu pengusaha di Kota Kupang dan memiliki spesialisasi keilmuannya mengurus orang sakit.
Di tengah kesibukannya mengelola apotik, dr Christian mencoba mengadu nasib menjadi seorang legislator.
Alhasil, dia meraih suara terbanyak kedua dari Dapil Kota Kupang untuk duduk di kursi DPRD NTT Tahun 2019.
Dia pun melangkah manis dan berhak dilantik untuk duduk di kursi DPRD NTT dari PSI yang merupakan partai yang tengah naik daun.
Hal yang mencengangkah dan termasuk langka ketika seluruh anggota Dewan wajib mengenakan pin emas tetapi tidak bagi dr Christian.
Baca juga: Profil Tokoh NTT, Buang Sine Mantan Polisi yang Berjiwa Sastrawan
Dia malah menolak mengenakan karena terlalu mahal ketika keadaan ekonomi masyarakat sangat memrihatinkan.
Apalagi pada tahun 2019 dunia dilanda Covid 19 termasuk di Kota Kupang. Dia menilai pembuatan PIN Emas DPRD tersebut termasuk pemborosan anggaran.
Bahkan saking cintanya pada warga, dr Christian menyumbangkan satu bulan gaji dan tunjangannya penuh untuk menyelamatkan nyawa dari serangan Covid 19.
Dia merupakan anak nomor 2 dari Ayah Theodorus Widodo (kelahiran Kefa dan Ende) dan Ibu Theressia Avila asal Maumere.
Suami dari dr.Widya Cahaya dan ayah dari tiga orang anak , Dwayne Rafael Widodo, Denzel Mikhael Widodo dan Chiara Abigail Widodo ternyata juga memiliki hobi di dunia tinju.
Saking hobinya ini dia terpilih menjadi salah satu dari 2 dokter yang dipercayakan sebagai dokter Asian Games 2018 pada cabang olahraga tinju yang dikuti 45 Negara. Selain itu, dia menjadi dokter ring di Piala Presiden yang diikuti 28 Negara.
"Kalau lihat saya latihan tinju, orang tua saya bilang, saya ini salah masuk jurusan harusnya jadi petinju. Memang kalau saya tidak jadi dokter, pasti jadi petinju," kata lulusan SDK Donbosko III Kupang ini.
Baca juga: Profil Tokoh NTT, Yabes Roni Malaifani Sosok Multi Peran yang Disukai Stefano Cugurra
Pria murah senyum yang merupakan lulusan dari SMPK St. Theresia Kupang ini menuturkan bahwa mengurus olahraga itu lebih banyak mengeluarkan dana dari pada mendapatkan uang.
Contohnya jika dia harus meninggalkan tugas sebagai dokter praktek untuk mengawasi saat pertandingan tinju.
"Saya ada klinik sehingga harus ada dokter pengganti. Kalau saya bertugas selama satu minggu maka dokter pengganti juga harus dua orang, pagi dan sore. Belum lagi biaya selama berada di luar," ujar pemilik klinik 24 jam Kupang Graha Medika.
Meski yang diperoleh lebih sedikit dari pada uang yang harus dikeluarkan, namun bagi Christian hal ini membuatnya happy karena baginya hal itu adalah refreshing dari tugasnya.
Salah satu prestasi tertinggi yang pernah diraih alumni Universitas Tarumanagara Fakultas Kedokteran adalah saat pelaksaaan Asian Games di Indonesia.
"Ini adalah prestasi tertinggi yang pernah saya raih. Tidak bisa diulang lagi. Asian Games itu terbesar kedua setelah olimpiade. Dari Indonesia, khusus untuk cabang tinju, saya bersama dokter dari Jakarta yang usianya 70 tahun. Bahkan waktu itu saya menjadi dokter olahraga termuda untuk semua cabang olahraga saat pelaksanaan Asian Games," kata dr Christian yang juga Ketua SPI Provinsi NTT ini. (*)
Ikuti Berita POS-KUPANG.COM lainnya di GOOGLE NEWS