Keempat orang tersebut menempuh cara yang sulit. Rumah tempat Yesus berada telah dikerumuni oleh orang banyak. Mereka mengalami kesulitan dalam membawa orang lumpuh itu bertemu Tuhan. Satu-satunya cara yang mereka tempuh adalah berupaya membuka atap rumah di mana Yesus berada tepat di atasnya.
Tentu saja upaya ini membutuhkan proses dan kehati-hatian untuk menghindari resiko celaka yang bisa saja mereka dan si lumpuh alami. Meskipun cerita ini menuliskan tentang empat orang yang menggotong si lumpuh.
Namun kita yakin bahwa proses menolong si lumpuh tentu tidak hanya dilakukan oleh empat orang. Dukungan untuk bisa sampai ke atas atap, membongkar atap milik tuan rumah, serta bagaimana menggotong si lumpuh naik ke atas atap, lalu menurunkan tepat di tempat Yesus berada, pasti membutuhkan berbagai pihak.
Bergerak bersama dilakukan oleh keempat orang yang menyusung si lumpuh. Bergerak bersama dibutuhkan sebagai bentuk dari upaya mencapai tujuan.
Tanpa proses bergerak bersama tidak mungkin tujuan dapat tercapai. Tujuan bersama dapat dicapai jika masing-masing pihak menyadari keberadaan mereka terhadap tujuan yang hendak dicapai.
Jika pihak-pihak yang terkait tidak saling membantu serta memberikan dukungan aktifitas masing-masing, maka tidak mungkin orang lumpuh tersebut dapat sampai kepada Yesus. Keberhasilan si lumpuh untuk sampai kepada Yesus merupakan bukti dari suatu proses bergerak bersama yang dilatar belakangi oleh rasa kepedulian yang tinggi terhadap nasip sesama.
Biasanya untuk sebuah perjuangan yang dilakukan bersama-sama, ada keterlibatan pembagian tugas, di mana masing-masing orang fokus mengerjakan tugasnya secara bertanggung jawab. Dalam kesadaran mengerjakan tugas secara bertanggung jawab, pasti ada sikap kerja tim yang saling terbuka, saling memahami, saling mendukung, saling memaafkan jika terjadi kekeliruan, dan saling memperbaiki demi mencapai tujuan bersama.
Pembebasan si lumpuh tidak bisa dilakukan tanpa upaya bergerak bersama dari semua komponen yang hendak membantunya. Tanpa bergerak bersama, maka apa yang diharapkan tidak dapat berjalan dengan baik. Menarik bahwa keempat orang yang mengusung si lumpuh dapat sampai ke atas atap rumah dan mampu untuk menurunkan si lumpuh tepat di mana Yesus berada.
Tentu saja dalam upaya itu ada kesediaan untuk saling ketergantungan satu dengan yang lain demi memperkuat kerja sama mereka mengusung dan menurunkan si lumpuh secara tepat dan benar (ayat 4). Bagaimana mereka membuka atap rumah, bagaimana mereka menurunkan tilam tempat si lumpuh itu berbaring. Dalam rangka mencapai tujuan, keempat orang tersebut mampu mengesampingkan sikap ego dan individualisme meraka.
Pilihan sulit yang ditempuh serta kekompakan hati keempat orang tersebut membuahkan hasil. Apa yang dilakukan oleh keempat orang dalam bacaan ini membawa penilaian tersendiri dari Yesus terhadap mereka. Apa yang disampaikan dalam nas kita menyebutkan bahwa Yesus melihat itu sebagai bagian dari iman. Di katakan: ...Yesus melihat iman mereka...” (ayat 5).
Lanjutan dari ayat itu mengatakan: “...ketika Yesus melihat iman mereka: berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu: Hai anakku dosamu sudah diampuni!.” Iman hidup dalam tindakan keempat orang tersebut.
Iman yang hidup lewat tindakan itu membawa dampak tidak hanya kesembuhan tetapi juga pengampunan bagi si lumpuh.
Tindakan iman lewat perbuatan yang dilakukan ke-empat orang tersebut mengingatkan kita kepada perkataan Yakobus tentang iman yang tanpa perbuatan pada hahikatnya adalah mati. “ ....tunjukanlah kepadaku imanmu itu tanpa perbuatan dan aku akan menunjukan imanku dari perbuatan-perbuatanku..” (Yakobus 2:18).
Kita juga dapat belajar dari peristiwa dalam cerita ini bahwa tidak semua masalah dalam hidup kita dapat kita atasi sendiri. Karena akan ada pergumulan-pergumulan tertentu di mana kita juga nantinya akan sangat membutuhkan bantuan orang lain.
Buruknya kondisi si lumpuh menjadi keprihatinan tersendiri dari si pengusung. Di sini kita dapat belajar untuk selalu membuka diri dalam menolong sesama.