“Tim Prabowo harus diapresiasi berhasil mem-branding dirinya atau menjelaskan posisi yang dirinya secara jelas bahwa penerus Jokowi itu nyata,” kata Nyarwi dikutip dari Kompas TV, Kamis.
Baca juga: Litbang Kompas Paparkan Hasil Quick Count: Prabowo-Gibran Jauh Tinggalkan Anies dan Ganjar
Nyarwi menjelaskan, efek Jokowi bukan hanya dalam konteks elektoral, tetapi sebagai kepala pemerintahan ia memiliki sumber ‘Kampanye yang tak berbatas’.
“Sebagai presiden memang menjalankan program, kebijakan sekaligus juga di situ ada kegiatan kampanye. Jika dikatakan efek Jokowi, buktinya apa Cuma kita buka aja data quick count Jawa Tengah dan Bali Jawa Tengah hari ini terrsa sekali. Betul kandang banteng tetapi tidak menjadikan kandang Ganjar,” papar dia.
Diketahui berdasarkan hasil quick count sementara Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC) di Jawa Tengah Rabu kemarin, Anies-Muhaimin 29,20 persen, Prabowo-Gibran 63,68 persen serta Ganjar-Mahfu 24,27 persen.
Hal yang sama juga terjadi di Bali, Anies-Muhaimin13,21 persen, Prabowo-Gibran 51,77 persen, Ganjar-Mahfud 35,02 persen.
Pendiri SMRC Saiful Mujani menambahkan, sosok individu Jokowi sangatlah melekat dihati rakyat melebihi partai politik.
“Pak Jokowi ini lepas dari kritik suka ataupun tidak suka. Pemilih secara umum bahwa Pak Jokowi memang sangat populer, sangat disukai oleh masyarakat,” ujar Saiful Mujani.
Selain itu, sebagai Presiden, Jokowi bisa memaksimalkan sumber yang ada untuk kepentingan politiknya.
“Pak Jokowi bisa mengklaim bahwa menang sebagai presiden bukan karena partai politik, hanya untuk kepentingan administratif daftar ke KPU karena konstitusi kita. Tapi sesungguhnya adalah sosok yang lebih penting,” jelas dia.
Melihat kondisi ini dirinya menyebut ada anomali yang terjadi, dimana pada sistem demokrasi yang mapan seorang calon presiden biasanya memiliki sentimen yang kuat terhadap partai politik. (tribun network/yuda)
Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS