Opini

Opini Henry Bouk: Memaknai Ruang-Waktu 05.00 Per Argumentum Ad Baculum

Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Siswa SMKN 4 Kupang pada hari pertama menerapkan sekolah masuk jam 5.30 pagi, Senin 6 Maret 2023. Henry Bouk menulis opini: Memaknai Ruang-waktu 05.00 Per Argumentum Ad Baculum.

Nah, dengan merujuk pada konsep proses meruangdan konsep kemajuan dari Hegel ini, maka proses peningkatan kecerdasan diri dan kesuksesan seorang siswa atau siswi dalam belajar ditentukan oleh kesadaran dalam dirinya dan keativannya proses meruang yaitu kemampuan menggunakan metafora waktu: detik, menit, jam yang mengkondisikan dirinya untuk mencapai permulaan baru yang berbeda dengan keadaan sebelumnya.

Nomor satu adalah kesadaran diri sendiri untuk berdinamisasi dalam proses waktu secara berkualitas untuk menjadi cerdas dan meraih kesuksesan karena dikondisikan metode metafora waktu.

Sederhananya ialah saya menjadi orang cerdas dan sukses di bidang ilmu pengetahuan tertentu karena saya sendiri sadar diri untuk mengatur waktu belajar saya, tapi bukannya saya cerdas dan maju karena orang lain yang menyusun waktu belajar dan waktu sekolah buat saya.

Mungkin bisa, tetapi keputusan bersama mesti lahir dari kesadaran diriku dan diri yang lain. Kalau orang lain 100 persen menciptakan proses meruang buat saya, maka proses meruang saya terjebak dalam determinisme kebijakan orang lain, maka saya tidak mungkin mencapai kecerdasan dan kemajuan maksimal karena kesadaran diri saya yang murni sudah terbelenggu oleh kebijakan eksternal sepihak.

Jadi, bagi Hegel kecerdasan seseorang ditentukan oleh kesadaran murni dalam dirinya sendiri, sedangkan pengukuran menggunakan metode metafora waktu : detik, menit, jam hanyalah syarat yang mengkondisikan dirinya mencapai kemajuan.

Gagasan Hegel yang paling pokok di sini ialah kesadaran murni diri sendiri untuk berdinamisasi dalam proses meruang secara berkualitas untuk meningkatkan kecerdasan dan meraih kesuksesan.

Baca juga: Opini Theresia Wariani: Belajar Etos dan Ilmu Mendidik dari Negeri Sakura

Apa artinya membangun metafora waktu: menit, detik, jam 07.00 sekolah tanpa kesadaran diri murni dari para siswa-siswi? Barangkali impian akan kecerdasan dan kemajuan hanyalah sebuah utopia belaka.

Proses Mewaktu. Bagi Hegel, seseorang dapat membangun identitasnya dengan cara memaksimalkan aktivitasnya dalam proses ruang-waktu dengan kesadaran diri penuh, seraya menegasi atau meniadakan yang lain. Yang pandai dan sukses adalah yang pandai berproses dalam ruang-waktu atau dalam proses meruang yang dikondisikan oleh metafora waktu.

Bergson menyempurnakan pemikiran Hegel, dengan konsep mewaktunya. Menurut Bergson, perbedaan kemajuan manusia tidak ditentukan oleh faktor eksternal metafora ruang yakni membagi ruang-waktu atau menciptakan proses meruang untuk waktu menurut ukuran detik, menit, jam - melainkan perbedaan kemajuan itu digerakkan oleh intuisi sebagai penggerak internal seseorang.

Kekuatan intuisi atau kreativitas internal di dalam diri seseorang, itulah yang menciptakan perbedaan kemajuan, tanpa ada determinisme eksternal yang membatasi struktur perbedaan.

Maka perbedaan konsep tentang waktu dan cara memanage waktu dari masyarakat multikultural yang menganut budaya waktu linear-aktif, budaya waktu multi-aktif dan budaya waktu siklis,yang dibangun menggunakan pola nalar determinisme - akhirnya pemikiran Hegel tentang proses meruang dan pemikiran Bergson tentang proses mewaktu, mereduksi semua konsep dari semua budaya waktu berbeda itu, lalu menggiring mereka ke sebuah titik simpul baru yakni pengakuan yang sama bahwa waktu itu bersifat dinamis, terus mengalir.

Bagi Bergson,nalar tentang waktu adalah kontinuitas. Manusia sebagai homo historicus dan homo temporalis terus berdinamisasi dalam proses meruang dan proses mewaktu atas dasar kesadaran diri yang murni dan gerakkan oleh intuisi internal, yang juga dikondisikan oleh metafora waktu untuk menghasilkan perbedaan perubahan kreativitas dan produktivitas dari waktu ke waktu.

Di dalam perbedaan perubahan inilah orang dapat mengakui kecerdasan dan kemajuan manusia sebagai permulaan baru yang melahirkan konsep baru lagi, guna menciptakan permulaan baru dan memaknainya terus-menerus dari waktu ke waktu: tempora mutantur, et nos mutamur in illis. (Penulis tinggal di Biara SVD TDM IV Oebufu Kupang)

Ikuti berita POS-KUPANG.COM di GOOGLE NEWS

 

Berita Terkini