Opini

Opini Ovan Baylon: Hacker dan Kolonialisasi Digital

Editor: Alfons Nedabang
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Peretas data di media sosial yang diketahu bernama Bjorka. Ovan Baylon menulis opini Hacker dan Kolonialisasi Digital.

“Kolonialisasi digital artinya proses penjajahan yang termanifestasi melalui jagat digital dan hacker diklaim sebagai salah satu aktor utamanya”.

Identitas, motif dan tujuan para hacker biasanya tidak diketahui jelas sehingga sulit dideteksi. Selain itu, mereka cenderung introvert menjejakki jalan gelap. Bahkan, ia melampaui keahlian pengguna lain sehingga ia menjadi semacam tuan atas pengguna lain dalam jagat digital.

Google, Facebook, WhatsApp, Instagram, Twitter, Gmail, dan lain sebagainya merupakan platform-platform digital yang sering menjadi medan sentrum hacker bermain atau bertingkah liberal. Siapa saja yang memiliki akun pada platform tersebut, pada titik tertentu pernah di-hack.

Korban yang terperangkat biasanya tidak hanya dialami masyarakat biasa, tetapi bisa dialami oleh lembaga-lembaga penting, seperti pemerintahan, pendidikan, kesehatan dan perusahaan. Selain itu, orang-orang terkenal, seperti artis, penyanyi dan figur-figur terkenal lainnya juga mengalami hal serupa.

Baca juga: Bareskrim Usut Peretasan Data Pemerintah oleh Bjorka

Fakta mengenai serangan dalam dunia digital (serangan siber) tidak bisa terselipkan dari ranah publik ketika hal tersebut tersingkap dalam catatan tahunan dari pelbagai pihak.

Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), dikutip dari (https://aptika.kominfo.go.id), mencatat hingga April 2022, serangan siber di Indonesia mencapai angka 100 juta kasus. Jenis serangan siber yang banyak ditemukan BSSN didominasi oleh serangan ransomware dan malware.

Pada 13 September 2022, di bagian Headline Liputan6.com, menyingkap sebuah kasus tentang serangan siber yang dilakukan hacker terkenal Bjorka yang diduga meretas akun milik pemerintah Indonesia.

Nama Bjorka mulai jadi buah bibir ketika menjual 1,3 miliar data registrasi SIM prabayar yang berisi nomor handphone warga Indonesia di forum breached.to, pada 31 Agustus 2022. Sontak aksinya itu bikin geram warganet Indonesia yang khawatir menjadi korban kebocoran data.

Dalam unggahannya, Bjorka mengklaim data yang dimilikinya tersebut berasal dari Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kominfo). Namun, pihak Kominfo membantahnya. Hacker Bjorka pun terus melancarkan aksinya dengan menyerang pemerintah Indonesia.

Meski akun Twitter dan saluran Telegram-nya telah hilang dari platform, ia tak berhenti. Bahkan Bjorka memperluas jaringannya dengan membuka saluran Telegram private dan akun Twitter baru.

Baca juga: Pemuda Penjual Es Jadi Tersangka, Bantu Hacker Bjorka Buat Grup Telegram

Lebih lanjut, Bjorka terpantau telah membocorkan data pengguna IndiHome, KPU, registrasi SIM prabayar, dan dokumen rahasia Presiden Joko Widodo (Jokowi).

Ia juga rajin melakukan doxing (mengungkap data pribadi ke publik) terhadap sejumlah pejabat Indonesia melalui saluran Telegramnya.

Pejabat publik yang menjadi korbannya adalah Menkominfo Johnny G. Plate, Ketua DPR Puan Maharani, Menteri BUMN Erick Thohir, dan Dirjen Aptika Kementerian Kominfo Semuel Abrijani Pangerapan.

Lalu, Ketua Umum Partai Berkarya Muchdi Purwoprandjono, Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Mendagri Tito Karnavian, dan Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan (Bdk. https://www.liputan6.com).

Secara langsung para korban merasa kehilangan akan propertinya, dalam hal ini akun yang dimilikinya, apalagi di dalamnya termuat data penting. Lebih dari itu, korban mengalami tekanan psikis yang tinggi apalagi ia merasa di-doxing, data pribadinya dibocorkan ke ruang publik.

Halaman
123

Berita Terkini