Berita Malaka Hari Ini

Ini Makna "Halirin Rai Katak Rai" untuk Kawasan Lahan Pembangunan Kantor Bupati Malaka

Editor: Kanis Jehola
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Bei Tema dan Bei Rai di lokasi pendinginan kawasan lahan pembangunan Kantor Bupati Malaka di Dusun Labarai, Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Senin 14 Februari 2022.

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Nofry Laka

POS-KUPANG.COM, BETUN- Makna "Halirin Rai Katak Rai" Pendinginan Kawasan Lahan  Pembangunan Kantor Bupati Malaka sebagai Bentuk Permohonan Izin dan Restu dari Alam dan Leluhur di Dusun Labarai, Desa Kamanasa, Kecamatan Malaka Tengah, Kabupaten Malaka, Nusa Tenggara Timur, Senin 14 Februari 2022. 

Tepat pada sebuah batu yang sedikit berbentuk bulat, walau sisi-sisinya tidak beraturan. Di atas batu tersebut terdapat Sirih dan pinang masing-masing berada di tanasak (tempat menaruh sirih dan pinang,Red). Sirih dan pinang itu tersusun rapi, berurutan, sesuai tatanan dan habitus usai dipersembahkan (hakserak-red) di rumah adat.

Sirih dan pinang dalam tanasak itu digendong sekawanan wanita separuh bayu. Mengenakan kain adat tanpa memakai baju. Dalam tatanan adat Wesei Wehali, wanita-wanita yang mesti membawa sirih dan pinang. Membungkusnya dalam kain dan baru akan dikeluarkan jika sudah sampai tujuan. 

Wanita-wanita yang menggendong sirih dan pihak itu berjalan mengikuti para lelaki, yang juga tua adat lalu berdiri melingkari batu itu. Setelah memohon, para wanita itu mengeluarkan sirih dan pinang yang tadi digendong, lalu menyerahkan kepada tua adat lelaki Bei Tema, Raimundus Klau Bei Tema dan Bei Rai, Yoseph Klau Bei Rai
(Pemangku Rumah Adat, Red) untuk kemudian meletakkannya di atas batu.

Baca juga: Seruan Bupati Simon SN-KT Dua Periode Saat Pendinginan Kawasan Lahan Puspem Kantor Bupati Malaka

Hewan kurban pun disembelih lalu darahnya ditaruh pada sebuah wadah dengan sehelai sirih dan disimpan di tengah-tengah tanasak pada batu yang satu dan sama. Darah hewan kurban yang dipersembahkan itu sejatinya adalah ikatan yang sangat kuat antara kekuatan mistis dan permohonan manusia kepada leluhur yang telah mendahului di negeri seberang. 

Darah merah hewan kurban terpercik membasahi bumi dan membasahi bebatuan tempat pembantaian. 

Selesai sudah! Jarum jam tepat berdetak Pukul 09.13 wita waktu Malaka.  Darah hewan kurban yang akan dipersembahkan kepada alam dan kepada leluhur yang menghuni wilayah itu sudah mengalir.

Sudah disaksikan oleh mereka yang ada, kini dan di sini, di tempat ini dan mereka yang melihat dari dunia seberang, di alam lain nun jauh di sana. Saat darah hewan kurban mengalir ada senyuman yang menghias di bibir.

Baca juga: Pemda dan Forkompinda Malaka Bagi Bunga Kasih Sayang kepada Pengendara

Tak terkecuali mereka yang di alam lain itu  juga pasti tertawa, bertepuk tangan riuh. Ikatan emosional yang cukup kuat dan dipertahankan dari sejak dahulu kala, hingga detik ini di tanah malaka.  Labarai menjadi saksi bisu peristiwa itu. 

Ketika seorang tua adat menghujam pisau di leher hewan kurban, seekor ayam berkokok dari kejauhan. Itu pertanda, ada isyarat persetujuan seturut paham dan mitos yang ditinggalkan nenek moyang. 

Pukul 09.36 wita, usai dimohonkan para tetua adat, Bupati Malaka, Dr. Simon Nahak, SH, MH menjulurkan tangan dan mengambil sirih dan pinang di tanasak yang dipangku dan diserahkan dengan sangat istimewa oleh Bei Tema dan Be Rai. Kedua tokoh adat ini dikelilingi para fukun yang punya kepentingan di hajatan suci ini. 

Angin sepoi lewat menyapu. Satu per satu diangkatnya sehelai sirih lalu sebuah pinang lalu berpindah ke tanasak yang satunya. Bersamaan dengan itupun Wakil Bupati Louise Lucky Taolin, S.Sos melakukan gerakan yang sama. Samar terdengar juga jago berkokok bersahutan. Labarai memeteraikan peristiwa yang tak akan terulang kedua kalinya itu. 

Semua yang berada di situ tertegun. Mengelus dada dan membatin, kita semua adalah saksi sejarah sebuah kisah dan ceritera yang akan turun temurun hingga titik klimaks.

Pos Kupang, pun mencatat itu dengan tangan gemetar di atas sehelai kertas yang akan disatupadukan menjadi kenangan yang tidak banyak dipunyai insan manusia yang terlahir di buana fana ini. 

Halaman
12

Berita Terkini