Berita Pemprov NTT

SMA Negeri 2 Nekamese Kabupaten Kupang Diproyeksikan Jadi Sekolah Model 

Penulis: Ryan Nong
Editor: Rosalina Woso
AA

Text Sizes

Medium

Large

Larger

Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT Linus Lusi saat Safari Restorasi Pendidikan di SMA Negeri 2 Nekamese Kabupaten Kupang, Sabtu 31 Juli 2021.

SMA Negeri 2 Nekamese Kabupaten Kupang Diproyeksikan Jadi Sekolah Model 

Laporan Reporter POS-KUPANG.COM, Ryan Nong 

POS-KUPANG.COM, KUPANG -- Sekolah Menengah Atas Negeri (SMAN) 2 Nekamese Kabupaten Kupang kini secara serius diproyeksikan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT menjadi salah satu sekolah model. 

Saat melaksanakan Safari Restorasi Pendidikan ke sekolah tersebut, Sabtu 31 Juli 2021, Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Linus Lusi, S.Pd.,M.Pd menjanjikan akan mendukung pengembangan dan pembangunan sekolah itu menjadi sekolah model

Sekolah yang terletak di Desa Taloetan, Kecamatan Nekamese Kabupaten Kupang itu menjadi sekolah menengah yang diakses oleh anak anak dari 6 desa di wilayah itu, yakni Desa Taloetan, Desa Bone, Desa Usapi Sonbai, Desa Oenif, Desa Tasikona dan Desa Kepada. 

Kepala SMA Negeri 2 Nekamese, Alexander Lasi mengatakan, sekolah yang dibangun pada tahun 2016 atas inisiasi dan swadaya dari orang tua dan masyarakat setempat kini telah mendapat akreditasi C.

Proses akreditasi dilaksanakan sejak 2019 lalu setelah sebelumnya mendapat izin operasional pada 2018. Sebelumnya, SMAN 2 Nekamese merupakan sekolah vilial dari SMAN 1 Kupang Barat

Baca juga: Dewan Minta Optimalkan Pengelolaan Limbah Medis di Incenerator Pemprov NTT 

Namun demikian, saat ini, sekolah tersebut kekurangan ruang kelas karena dua bangunan sekolah yang dibangun swadaya orang tua, guru dan sumbangan desa telah hancur akibat badai siklon tropis seroja yang menerjang wilayah Kupang pada 5 April 2021 lalu. 

Bangunan dari bebak untuk ruang kelas XI dan XII berukuran 15 meter x 7 meter yang dibangun pada 2019 kini rusak parah dan tidak dapat digunakan.

Demikian pula bangunan sederhana untuk perpustakaan pun telah rata dengan tanah. 

Akibatnya, aktivitas siswa dan guru hanya mengandalkan dua bangunan lama. Bangunan pertama berukuran 12 meter x 6 meter yang dibangun swadaya dari bebak dan daun gewang dimanfaatkan untuk dua ruang kelas.

Sementara itu, bangunan semi permanen berukuran 12 meter x 6 meter digunakan untuk ruang kepala sekolah, ruang guru dan ruang administrasi. 

Baca juga: 3 Daerah PPKM Level 4, Pemprov NTT Ingatkan Koordinasi Untuk Pelaksanaan Penyekatan 

"Kami disini, kami mengadakan KBM dalam bentuk shift. Setiap hari ada tiga shift belajar agar tidak terjadi kerumunan dan tetap mematuhi protokol kesehatan ketat. KBM shif ini juga tidak terlepas dari tidak adanya gedung belajar. Kita mengharapkan satu gedung sehingga belajar shift menjadi solusi," ujar Alexander. 

Saat ini, terang Alexander, jumlah siswa di sekolah itu mencapai 145 orang dengan dukungan 24 guru dan 2 tenaga pendidik.

Dari jumlah itu, hanya 2 guru yang berstatus ASN, sementara sisanya berstatus guru komite dengan gaji Rp 250 ribu per bulan. 

Halaman
123

Berita Terkini